Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Korban G30S PKI, Antara Menuntut dan Melupakan

14 November 2020   14:34 Diperbarui: 14 November 2020   16:40 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya, jangan ungkit masa lalu, jangan bahas tragedi ini itu bla bla bla karena itu masa lalu, kita harus fokus melihat ke depan. Ya, kalimat tersebut memang ada benarnya. Tapi tujuan Saya memposting yang demikian adalah agar semua orang tahu, membaca, mengerti apa yang sesungguhnya terjadi di masa lampau. Banyak anak-anak muda yang tidak paham akan sejarah bangsa ini dan mereka perlu tahu agar tidak terjebak ke dalam propaganda warisan Orde Baru.

Memang, Saya tidak lahir dan hidup pada saat G30S 1965 terjadi, atau, Saya masih bocah pada saat menjelang lengsernya Soeharto. Tapi setidaknya Saya memiliki banyak sumber bacaan, referensi, source yang ditulis oleh para saksi, oleh orang yang hidup pada masa itu atau artikel yang dipublikasikan oleh media yang kredibel. Bahkan, Saya mempunyai arsip dokumen dari Partai Komunis Indonesia sejak masa kedatangan Hank Sneevliet hingga dokumen pembelaan DN Aidit terkait G30S PKI. Saya pun memiliki dan sudah membaca literasi yang pro kepada Orde Baru, namun setelah Saya komparasikan, justru Saya menemukan keanehan dalam setiap dokumen yang pro kepada Orde Baru.

Apa yang terjadi pada masa menjelang dan pasca lengsernya Soekarno nyatanya masih terjadi hingga sekarang, yaitu "militerisme". Entah sudah berapa kali Saya memasukkan "militerisme" pada artikel yang saya buat sebagai tema. Dimulai dari pasca lengsernya Soekarno hingga saat ini, di mana yang katanya sudah reformasi namun tidak bisa menyingkirkan penyakit yang diciptakan oleh Orde Baru.

Tindakan represif yang dilakukan oleh aparat juga mendapatkan pembelaan dari banyak orang, khususnya bagi mereka yang pro kepada Pemerintah. Katanya kalau tidak ada yang provokasi, katanya kalau sesuai aturan atau SOP, maka aparat tidak akan melakukan tindakan represif. Saya beri satu contoh kasus yang terjadi di sekitar lingkungan saya tinggal.

Ceritanya kampung A terendam banjir karena air rob dan juga dampak dari hujan. Kawasan tersebut tergenang banjir hingga berminggu-minggu. Ada sebuah bendungan antara kampung A dan kampung B, maka dibongkarlah bendungan itu secara diam-diam. Warga kampung B mengetahui aksi pembongkaran tersebut dan melaporkannya ke warga yang lain dan akhirnya bertemulah warga kedua kampung tersebut.

Warga kampung A ditemani oleh seorang brimob atau TNI [Saya kurang paham], merasa aman atas apa yang dilakukan atas pembobolan bendungan/tanggul karena ada perlindungan dari aparat, mereka pun berujar sesukanya. Katanya "banjir satu, banjir semua. Biar semua kawasan merasakan banjir". Warga kampung B tidak gentar karena apa yang dilakukan oleh warga kampung A salah dan akhirnya dilakukan pengecoram ulang pada bendungan/tanggul tersebut.

Dari contoh kasus di atas Saya hanya ingin memberi gambaran bahwa, penyakit Orde Baru belum sepenuhnya hilang. Mereka yang berada di instansi keamanan negara [TNI dan Polri] merasa mempunyai kuasa atas tindakan yang mereka lakukan. Ada juga orang yang ketika bermasalah menyeret kolega mereka yang ada di instansi keamanan negara untuk membantu menyelesaikan masalahnya, walaupun sejatinya orang tersebut yang salah.

Kesimpulan pada artikel kali ini adalah, bahwa apa yang terjadi pada masa lampau akan sulit terpecahkan. Biar bagaimanapun juga, pihak keamanan negara tidak ingin menanggung malu atas apa yang terjadi di masa lampau jika G30S PKI didalangi oleh Soeharto.

Peristiwa yang kelam itu akan selamanya menjadi sejarah hitam, yang catatannya tidak akan pernah diselesaikan dengan tuntas. Dan Saya yakin, isu seputar PKI akan tetap ada dan dipakai pra dan pasca pemilihan umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun