Wahai Iblis, apa kau tidak kasihan kepada keturunanku? Mereka kedinginan, banyak binatang buas yang mengintai kami. Lagi pula, untuk apa kau msih saja menghasut keturunanku? Apa salah mereka kepadamu? Bila kau benci kepadaku, bencilah aku, jangan libatkan keturunanku. Mereka tidak tahu menahu perkara yang mengawali perselisihan ini.
Wahai Adam. Aku sama sekali tidak menghasutmu. Kamu sudah diberikan akal oleh Tuhan, dan kenapa kamu tidak menggunakan akalmu itu? Aku menolak untuk sujud kepadamu karena kamu adalah makhluk yang baru menetas dari kinder joy. Seharusnya kamu yang sujud kepadaku sebagai kakak tertua. Aku sama sekali tidak sudi untuk sujud kepadamu.
Sujudku ini aku berikan hanya kepada Tuhan yang menciptakan kita semua. Kamu jangan angkuh, mentang-mentang kamu baru menetas, lantas kamu merasa paling disayangi. Jangan ngimpi wahai manusia laknat! Kamu bukanlah tandinganku. Aku bisa saja memusnahkan kamu beserta keluargamu dengan sekali tembakan. Tapi aku sama sekali tidak menginginkannya. Aku tidak ingin memusuhi dan berperang melawan sesama ciptaan Tuhan. Kau harus tahu itu!
Iblis dan Adam pun bingung. Mereka masih tetap bertahan dengan argumen masing-masing. Mereka masih saja memperdebatkan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Perselisihan keduanya membuat Tuhan dan penghuni khayangan tertawa terbahak-bahak. Mereka bagai sedang menonton telenovela yang teramat seru.
Mereka sama-sama mencintai Tuhannya. Mereka sangat tunduk dan patuh kepada Tuhan. Tetapi Tuhan masa bodo dengan perselisihan yang terjadi di antara keduanya. Iblis dan manusia sama-sama membuat kerajaan di bumi, mereka sama-sama berebut wilayah kekuasaan. Perselisihan dan perang tidak terelakkan di antara mereka. Pada akhirnya mereka akan musnah, digantikan oleh Iblis kedua dan Adam kedua. Alur ceritanya masih sama, latarnya juga masih sama. Peperangan keduanya akan terus terjadi hingga terciptalah yang ketiga, keempat, dan seterusnya. Dan akan terus seperti itu. Manusia digantikan oleh manusia yang lainnya. Begitu juga dengan Sang Iblis berserta kroninya. Bukankah sejarah akan terus berulang?