Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Benarkah Peradaban Manusia Akan Musnah (Lagi)?

22 Oktober 2020   04:19 Diperbarui: 22 Oktober 2020   04:34 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image via anehtapinyata

Pernahkah Anda mendengar tentang sebuah peradaban yang hancur, bebarengan dengan kemajuan teknologi yang pesat saat itu? Manusia sendiri diperkirakan muncul sejak 200.000 tahun yang lalu, namun para ilmuwan meyakini bahwa hadirnya perdaban manusia dimulai sejak 6.000 tahun yang lalu.

Dan sepanjang peradaban 6.000 tahun yang lalu itu, diyakini telah ada peradaban manusia kuno yang hancur secara misterius. Beberapa peradaban yang hancur itu salah satunya adalah peradaban Lembah Indus yang muncul pada tahun 3300 sebelum masehi.

Lembah Indus terkenal dengan sistem drainasenya yang maju, serta terkenal juga dengan pembangunan kota yang terstruktur. Namun sayangnya, jurnal ilmiah yang dipublikasikan pada tahun 2012, menyebutkan bahwa peradaban Indus tiba-tiba menghilang pada tahun 1600 sebelum masehi.

Teori yang diajukan oleh ilmuwan untuk mengorek penyebab musnahnya peradaban itu adalah, tentang perubahan iklim di mana curah hujan berkurang, sehingga menyebabkan terjadinya kekeringan dan memaksa penduduknya untuk pindah.

Peradaban lain yang diyakini telah musnah adalah peradaban Rapa Nui, warga asli pulau Paskah. Ilmuwan memprediksi bangsa Rapa Nui berlebihan dalam mengeksploitasi alam di Pulau Paskah, demi membangun patung Moai. Saat sumber daya alam menipis, terutama pepohonan, bangsa Rapa Nui diklaim melakukan 'transmigrasi' besar-besaran dan keluar dari pulau itu.

Ketika bangsa Eropa datang ke pulau tersebut tahun 1722, mereka hanya menemukan sekitar 3000 penduduk saja. Padahal untuk membangun ratusan patung Moai di pulau itu, diperkirakan butuh 30.000 orang. Selanjutnya adalah peradaban Maya. Bangsa Maya diketahui pertama muncul 1800 sebelum masehi, atau 3820 tahun lalu.

Mereka adalah bangsa yang hidup dari pertanian yang menduduki kawasan semenanjung Yucatan di Guatemala, Belize, Meksiko, serta Honduras. Peradaban Maya dilaporkan lenyap secara tiba-tiba.

Ketika itu, di tahun 1517, bangsa Spanyol berlayar ke Amerika Tengah berniat menghancurkan peradaban yang terkenal akan ritual kematiannya itu. Akan tetapi, saat mereka tiba di sana, bangsa Maya telah hilang.

Namun sayangnya, dalam artikel ini Saya tidak akan membahas musnahnya peradaban manusia yang dikarenakan oleh bencana alam, muehehehehehe. Saya lebih tertarik untuk membahas musnahnya peradaban manusia pada abad yang akan, yang dikarenakan oleh perubahan serta kemajuan teknologi.

Ada yang pernah mendengar nama Sophia? Jika kalian pernah mendengar nama Sophia, bisa dipastikan bahwa kalian adalah tipe manusia yang berteman dengan banyak orang (tapi bohong, heheh).

Sophia yang Saya maksud adalah sebuah robot menyerupai manusia yang sudah mendapatkan kartu kewarganegaraan Arab Saudi. Loh, kok bisa? Mari kita kenalan dulu dengan yang namanya Sophia.

Sophia adalah sebuah robot humanoid yang dikembangkan oleh perusahaan yang berbasis di Hong Kong, Hanson Robotics. Robot tersebut dirancang untuk memberikan jawaban berbagai pertanyaan dan telah "diwawancara" di seluruh dunia. Sophia pertama kali diaktifkan pada 19 April 2015.

David Hanson selaku perancang, mengungkapkan bahwa Sophia menggunakan kecerdasan buatan (AI), pengolahan data visual dan pengenalan wajah. Robot ini menggunakan teknologi pengenalan suara dari Alphabet Inc. (perusahaan induk Google) dan dirancang untuk menjadi lebih pintar dari waktu ke waktu.

Pada Oktober 2017, robot tersebut menjadi warga negara Arab Saudi. Sophia adalah robot pertama yang meraih kewarganegaraan dari sebuah negara. Mari kita campakkan Sophia sejenak terlebih dahulu, hehe.

Setelah Sophia dipublikasikan dan berhasil mendapat respon positif serta negatif dari penduduk bumi, orang-orang di bumi semakin bersemangat untuk ikut serta dalam kemajuan teknologi, khususnya dalam hal kecerdasan buatan (AI).

Laman BBC Indonesia pada Agustus 2015 memuat berita yang berjudul "Ilmuwan ciptakan robot yang bisa 'membuat' robot lain", Loh? Gimana ceritanya? Apakah robot itu melahirkan seorang bayi robot? Lalu, bagaimana proses yang dibutuhkan oleh robot untuk membuat bayi robot? Apakah robot-robot itu juga melakukan senggama? Bercanda, hehehe.

Dikutip dari laman BBC Indonesia, Ilmuwan Inggris berhasil mengembangkan robot yang bisa membuat robot lainnya tanpa campur tangan manusia. Robot yang dibuat di Universitas Cambridge -bekerjasama dengan Universitas Zurich- ini bisa 'membuat keturunan' lalu menilainya sebaik apa gerakan si 'anak', kemudian memperbaiki rancangan untuk 'anak robot' berikutnya (rumit juga ya ternyata, wkwkwk). Pada proyek ini, si 'ibu robot' ini membuat sepuluh robot, dan robot yang kesepuluh berhasil bergerak dengan jarak dua kali lipat dari robot yang pertama kali ia buat. Meski demikian, koresponden BBC menyatakan bahwa robot-tobot ini masih jauh dari gambaran kecerdasan buatan yang ada dalam film fiksi ilmiah. Karena apa yang disebut 'anak robot' ini sebetulnya kubus plastik dengan sebuah motor di dalamnya. WKWKWKWKWK.

Laman Detik pada Januari 2020 juga memuat berita yang berjudul cukup ngehek, yaitu "Ilmuwan Ciptakan Robot yang Bisa Berkeringat". Lah, gimana ceritanya? Apakah robot juga memiliki kulit beserta sel-selnya? Sehingga, ketika joging, robot itu akan mengeluarkan keringat? Ataukah robot itu ditempeli kulit manusia? Hehe, guyon kok Saya. Selaw, jangan emosi.

Dikutip dari laman Detik, Ilmuwan berhasil menciptakan tangan robot yang bisa berkeringat. Fungsi ini ditambahkan untuk membantu robot agar tidak kepanasan hingga performanya menurun saat bekerja dalam waktu yang lama.

Robot ini merupakan hasil dari kolaborasi ilmuwan di Cornell University dan Istituto Italiano di Technologia. Salah satu desainer robot ini, T.J Wallin, mengatakan kelenjar keringat merupakan salah satu fitur terbaik manusia yang bisa membantu kinerja robot.

Robot ini terbuat dari bahan dasar karet yang permukaannya dipenuhi lubang atau pori-pori. Bagian dalamnya yang kosong diisi oleh air dan terhubung ke permukaan lewat saluran yang terbuat dari plastik yang reaktif terhadap panas.

Ketika plastik tersebut mencapai suhu 30 derajat Celcius, pori-pori tersebut akan terbuka dan mengeluarkan air di permukaan. Air kemudian akan menguap dan menciptakan efek dingin yang bisa mendinginkan robot. Pori-pori kemudian menutup setelah suhu menurun.

Tapi, kenapa robot ini diciptakan untuk berkeringat? Karena materialnya yang terbuat dari karet membuat robot ini rawan mengalami overheating. Hehehe, jadi bukan keringat seperti manusia ya guys, karena memang robotnya sengaja disetting seperti itu agar lebih dramatisir wkwkwk.

Lalu, apa hubungannya robot dengan musnahnya peradaban manusia seperti judul artikel yang ngehek ini? Laman Detik Finance pada Rabu (21/10) memuat berita yang berjudul "Robot Bakal Gantikan Pekerjaan Manusia, tapi Kapan?". Peran sejumlah pekerjaan diprediksi terkikis dan digantikan oleh robot.

World Economic Forum (WEF) memprediksi separuh dari pekerjaan di dunia akan digantikan oleh robot pada 2025. Dikutip dari BBC, Rabu (21/10/2020) WEF mengatakan revolusi robot akan membuka 97 juta pekerjaan baru. Namun dengan perkiraan jumlah yang sama, peran pekerjaan akan hilang.

Terutama pekerjaan yang biasa dikerjakan secara manual seperti administrasi dan pemrosesan data akan dibuat otomatis dengan mesin. WEF melakukan riset ke 300 perusahaan terbesar dunia yang memiliki tenaga kerja sebanyak delapan juta orang di seluruh dunia.

Hasil riset mencatat lebih dari 50% perusahaan mengatakan, mereka berharap agar robot dan otomatisasi bisa dipercepat. Sedangkan 43% perusahaan akan cenderung melakukan PHK saat teknologi itu telah ada.

Kabar ini cukup mengejutkan bagi Saya, mengingat saat ini terjadi lonjakan pengangguran akibat wabah virus corona. Dilansir dari situs resmi United Nation, pada 2011 jumlah penduduk dunia mencapai angka 7 miliar orang. Kemudian di 2016 mencapai 7,4 miliar orang dan jumlah penduduk dunia 2020 mencapai 7,7 miliar orang.

Diperkirakan pada 2030 akan tumbuh mencapai 8,5 miliar penduduk dan pada 2050 mencapai 9,7 miliar penduduk. Coba bayangkan, berapa ratus juta manusia di dunia yang akan kehilangan pekerjaannya, jika suatu saat nanti peran robot lebih diandalkan oleh perusahaan? Apakah akan terjadi perang antara manusia dan robot? Hehehehe, ya bisa saja hal itu terjadi jika keadaan memang sangat mendesak.

Dan, andai saja perang itu dimenangkan oleh robot, bukankah peradaban manusia akan musnah yang kemudian akan digantikan oleh robot? Hehehe, seperti film Doraemon saja ya J, lalu manusia yang tersisa menghimpun kekuatan untuk melakukan serangan balasan kepada robot, dan akhirnya manusia kembali berkuasa. Hehehe, sungguh plot twist yang sangat membosankan. Kenapa tidak kiamat saja sekalian? Hehehe, bercanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun