Sophia adalah sebuah robot humanoid yang dikembangkan oleh perusahaan yang berbasis di Hong Kong, Hanson Robotics. Robot tersebut dirancang untuk memberikan jawaban berbagai pertanyaan dan telah "diwawancara" di seluruh dunia. Sophia pertama kali diaktifkan pada 19 April 2015.
David Hanson selaku perancang, mengungkapkan bahwa Sophia menggunakan kecerdasan buatan (AI), pengolahan data visual dan pengenalan wajah. Robot ini menggunakan teknologi pengenalan suara dari Alphabet Inc. (perusahaan induk Google) dan dirancang untuk menjadi lebih pintar dari waktu ke waktu.
Pada Oktober 2017, robot tersebut menjadi warga negara Arab Saudi. Sophia adalah robot pertama yang meraih kewarganegaraan dari sebuah negara. Mari kita campakkan Sophia sejenak terlebih dahulu, hehe.
Setelah Sophia dipublikasikan dan berhasil mendapat respon positif serta negatif dari penduduk bumi, orang-orang di bumi semakin bersemangat untuk ikut serta dalam kemajuan teknologi, khususnya dalam hal kecerdasan buatan (AI).
Laman BBC Indonesia pada Agustus 2015 memuat berita yang berjudul "Ilmuwan ciptakan robot yang bisa 'membuat' robot lain", Loh? Gimana ceritanya? Apakah robot itu melahirkan seorang bayi robot? Lalu, bagaimana proses yang dibutuhkan oleh robot untuk membuat bayi robot? Apakah robot-robot itu juga melakukan senggama? Bercanda, hehehe.
Dikutip dari laman BBC Indonesia, Ilmuwan Inggris berhasil mengembangkan robot yang bisa membuat robot lainnya tanpa campur tangan manusia. Robot yang dibuat di Universitas Cambridge -bekerjasama dengan Universitas Zurich- ini bisa 'membuat keturunan' lalu menilainya sebaik apa gerakan si 'anak', kemudian memperbaiki rancangan untuk 'anak robot' berikutnya (rumit juga ya ternyata, wkwkwk). Pada proyek ini, si 'ibu robot' ini membuat sepuluh robot, dan robot yang kesepuluh berhasil bergerak dengan jarak dua kali lipat dari robot yang pertama kali ia buat. Meski demikian, koresponden BBC menyatakan bahwa robot-tobot ini masih jauh dari gambaran kecerdasan buatan yang ada dalam film fiksi ilmiah. Karena apa yang disebut 'anak robot' ini sebetulnya kubus plastik dengan sebuah motor di dalamnya. WKWKWKWKWK.
Laman Detik pada Januari 2020 juga memuat berita yang berjudul cukup ngehek, yaitu "Ilmuwan Ciptakan Robot yang Bisa Berkeringat". Lah, gimana ceritanya? Apakah robot juga memiliki kulit beserta sel-selnya? Sehingga, ketika joging, robot itu akan mengeluarkan keringat? Ataukah robot itu ditempeli kulit manusia? Hehe, guyon kok Saya. Selaw, jangan emosi.
Dikutip dari laman Detik, Ilmuwan berhasil menciptakan tangan robot yang bisa berkeringat. Fungsi ini ditambahkan untuk membantu robot agar tidak kepanasan hingga performanya menurun saat bekerja dalam waktu yang lama.
Robot ini merupakan hasil dari kolaborasi ilmuwan di Cornell University dan Istituto Italiano di Technologia. Salah satu desainer robot ini, T.J Wallin, mengatakan kelenjar keringat merupakan salah satu fitur terbaik manusia yang bisa membantu kinerja robot.
Robot ini terbuat dari bahan dasar karet yang permukaannya dipenuhi lubang atau pori-pori. Bagian dalamnya yang kosong diisi oleh air dan terhubung ke permukaan lewat saluran yang terbuat dari plastik yang reaktif terhadap panas.
Ketika plastik tersebut mencapai suhu 30 derajat Celcius, pori-pori tersebut akan terbuka dan mengeluarkan air di permukaan. Air kemudian akan menguap dan menciptakan efek dingin yang bisa mendinginkan robot. Pori-pori kemudian menutup setelah suhu menurun.