Mohon tunggu...
HMIMPO Tarbiyah
HMIMPO Tarbiyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Universitas Islam Negeri Mataram

Mahasiswa UIN Mataram

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Revitalisasi Nilai-nilai Luhur Pancasila sebagai Paradigma Pendidikan Nasional

9 Mei 2020   06:43 Diperbarui: 9 Mei 2020   06:53 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum HMI MPO Komisariat Tarbiyah & Keguruan UIN Mataram (Andri)

Peradaban yang terjadi di dalam kehidupan manusia adalah sebuah kenyataan yang tidak pernah terlepas dari eksistensi pendidikan. Tugas utama pendidikan tidak saja hanya sebagai media untuk melakukan tranfer pengetahuan melainkan yang paling utama adalah sebagai media transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai budaya untuk membentuk manusia yang seutuhnya.

Pendidikan sebagaimana yang diungkapkan oleh Paulo Freire (Paulo Freire adalah salah seorang pemikir pendidikan bermadzhab kritis berkebangsaan Brasil yang mencurahkan hidupnya untuk pendidikan yang beprespektif kerakyatan.

Pendidikan yang diperuntukan untuk orang-orang miskin yang tertinggal) adalah usaha untuk memenusiakan manusia atau dengan kata lain pendidikan adalah proses humanisasi.

Sebagai sebuah aktivitas tentunya pendidikan tidaklah sama dengan sekolah. Term pendidikan akan selalu dikorelasikan dengan konotasi yang positif tentang segala aktivitas yang dilakukan untuk metransformasi diri menjadi manusia.

Sedangkan sekolah bila kita kembalikan kepada makna awalnya adalah kata (term) yang diambil dari bahasa Yunani yaitu "scolae" yang artinya adalah "waktu luang", maka tidak kemudian mengharuskannya mempunyai makna yang positif.

Sebab berbicara tentang sekolah pada zaman Yunani kuno hanya kaum aristokrasi atau bangsawan saja yang mempunyai banyak waktu luang untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan tertentu kepada orang-orang bijak sebagai instrumen untuk melanggengkan hegemoni kekuasaannya terhadap rakyat jelata.

Di lain pihak bagi rakyat jelata mereka tidak memiliki waktu luang yang dapat dipergunakan untuk sekolah, sebab waktu mereka hanya dihabiskan untuk bercocok tanam yang dengan senang hati mereka lakukan sebagai sebuah konsekuensi doktrin kebodohan yang ditanampamkan pada mereka.

Kebodohan tersebut mengaktual menjadi pengabdian semu kepada para raja atas dasar ketundukan yang dibangun di atas doktrin bahwa raja adalah anak atau wali Tuhan. Sehingga bila di era modern saat ini di tengah kuasa sistem Kapitalisme bila sekolah kemudian menjelma menjadi suatu institusi yang baik secara langsung ataupun tidak langsung berkontribusi bagi terbentuknya ketimpangan kelas sosial masyarakat, maka itu tidaklah mengherankan.

Sayangnya pendidikan oleh sebagaian masyarakat saat ini secara maknawi masih disamakan dengan sekolah. Sehingga bila term pendidikan yang disebutkan maka itu dipahami sama dengan sekolah dan begitu pula sebaliknya.

Pendidikan yang jelas-jelas tidak pernah bebas nilai (Paulo Freire mengatakan bahwa pendidikan tidaklah bebas nilai) kemudian diposisikan suci bebas dari kepentingan politik apapun. Padahal menurut Michel  Foucoult dengan tegas mengatakan bahwa pendidikan merupakan komponen yang tidak pernah lepas dari kekuasaan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun