Mohon tunggu...
Hari Listrik Nasional PLN
Hari Listrik Nasional PLN Mohon Tunggu... Karyawan -

Akun resmi yang menayangkan hasil artikel pegawai PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero dalam kegiatan blog competition "Kerja Nyata Terangi Negeri". Email: hln71@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Kisah Usang di Balik 23 Tahun di PLN

26 Oktober 2016   13:59 Diperbarui: 27 Oktober 2016   10:38 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Ranting Raha inilah gempuran pemberitaan media, baik media cetak maupun media on line meningkat. Judul judul beritanyapun membuat miris, “ Tangkap Kepala PLN Muna, Ada Mafia Di PLN Muna, Kepala PLN Muna Menjual SJI, Harga Pasang Baru selangit Rakyat Menjerit, dan masih banyak lagi berita berita miring tentang PLN Raha. Belum lagi Email calon pelanggan ke PLN Pusat yang memposting  “ Katanya Gerakan Sejuta Pelanggan, kok desa kami Cuma dapat 20 kWh meter.” Berita yang bertubi tubi inilah yang harus juga kami selesaikan secara arif dan bijaksana.

Merambah Tanah Makassar

Dua tahun mengurai benang kusut daftar tunggu pemasangan baru di Raha, mendapat tugas baru di Tanah Makassar yakni Ranting  Takalar. Sebelumnya melalui Fit and Profert test dihadapan GM dan seluruh Manajer Bidang. Saat Fit and Profert Test inilah menjadi pengalaman menarik. Ketika saya ditanya apa cita cita nya setelah lulus PLN. Saya jawab menjadi Kepala Ranting. Dan GM saat itu marah, beliau mengatakan kenapa tidak bercita cita menjadi GM. Saya pun jawab bahwa saya ini kalau ibaratnya di Militer cuma pangkat Bintara karena masuk PLN dengan Ijazah SLTA, tidak mungkin jadi Pangdam. Andai saya masuk dengan ijazah S1, pasti cita cita saya GM pak. Beliaupun semakin marah dan memberi motivasi pentingnya punya cita cita tinggi agar bersemangat untuk bekerja keras untuk mencapai cita cita tersebut.

  Merambah Tanah Makassar punya cerita tersendiri. Dari tunggakan nihil menjadi tunggakan tertinggi se Cabang Makassar. Tunggakan nihil karena semua loket pembayaran berani menebus rekening tunggakan. Namun setelah berlaku loket PPOB yang on line, tidak ada lagi loket PPOB yang berani menebus rekening tunggakan. Jadilah pekerjaan utama adalah pemutusan dan penyambungan.

Ratio elektrifikasi Kab Takalar sudah di atas 90 %. Akan tetapi daerah otonomi Kab Jeneponto masih banyak yang belum terlistriki. Kebetulan daerah ini disuplay dari Takalar. Kertika kami meninjau Desa Pappalluang Kab Jeneponto, kami didatangi oleh kepala desa yang mengatakan “ Tidak usah digambar dan diukur lagi pak, sudah empat kali orang PLN datang ukur dan gambar sejak tahun 1997 , tetapi hingga saat ini belum ada realisasi. Jadi janganmi diukur lagi “ demikian katanya. Hal inilah yang membuat kami bertekad merealisasikan perluasan jaringan masuk ke desa mereka secepatnya. Bidang Niaga PLN Wilayah pun merespon dengan cepat. Kami mau buktikan bahwa PLN sangat serius dengan pembangunan Lisdes ini. Saat penyalaan pertama, mereka mengundang kami untuk makan siang bersama di desa mereka, tetapi karena kami tidak sempat, mereka mendatangi kantor PLN Takalara sekedar mengucapkan terima kasih.

Humas Kurang Kerjaan

Pasca lengser dari Manajer Rayon Takalar, kami ditempatkan sebagai Enginer K2 dan Lingkungan. Tugas baru ini merupakan hal baru juga dalam karir. Belajar tentang lingkungan dan Keselamatan Ketenagalistrikan. Belajar lagi tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ). Di samping sebagai Enginer Lingkungan dan K2, juga diserahi tugas sebagai Humas PLN Area Makassar. Rutinitas berkomunikasi dengan media merupakan pekerjaan sehari hari, mulai dari menjawab surat pembaca di media cetak, talk show di media elektronik atau menghadapi teman teman pers. Mendatangi sekolah sekolah untuk sosialisasi tentang K3 sekaligus dialog tentang permasalahan probis PLN menjadi pekerjaan sehari hari. 

Kenapa memilih sekolah ?. Karena di sekolah itulah tempatnya orang berkumpul dari berbagai daerah, berbagai suku dan agama serta berbagai pelosok negeri sehingga penyebarluasan informasi tentang PLN dapat tercapai. Akhir dari semua kegiatan ini pada akhirnya penulis jarang lagi menemukan surat pembaca tentang PLN, tidak lagi sering didatangi rekan rekan pers yang hendak konfirmasi berita, bahkan permintaan untuk talk show juga sudah tidak ada. Jadilah humas yang kurang kerjaan. Semua permasalahan yang sedianya masuk media finis di ujung telepon dan sms.

Ahli K3 Yang Gagal

Pekerjaan berat sebagai Ahli K3 Umum bagaimana menekankan penerapan budaya K3 dalam setiap lingkup pekerjaan. Baru seminggu bertugas sebagai orang K3, 6 Orang meninggal karena kecelakaan kerja pada pekerjaan rekonduktor JTM di Rayon Sungguminasa. Mengelilingi semua kantor pelayanan baik di darat maupun unit unit Lisdes yang ada di kepulauan setiap triwulan. Tujuanya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat, pegawai, maupun tenaga alih daya PLN setempat. Tujuannya hanya satu yakni bagaimana K3 ini menjadi budaya kerja di setiap jenis pekerjaan. Juga tentunya bagaimana lingkungan tetap terawat sehingga tidak ada pencemaran lingkungan akibat dari proses bisnis PLN terutama di unit lisdes yang mengelola pembangkit. 

Namun seberapa sering kami sosialisasi dan mengawasi pekerjaan di lapangan, ternyata masih juga terdapat kecelakaan kerja. Seorang pekerja di Rayon Panakkukang menjadi korban akibat bekerja di luar kewenangannya. Dua pekerja jaringan di Rayon Kalebajeng menjadi korban berikutnya, walau tidak meninggal tetapi menjadi cacat seumur hidup. Menjelang mutasi ke Area Pinrang, seorang pekerja jaringan dari Rayon Malino juga merenggut nyawa di jaringan. Lalu pertanyaannya hasil sosialisasi yang berulang ulang itu kemana hasilnya ?. ini berarti sebagai Ahli K3 Umum masih gagal mengemban amanah sebagai orang K3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun