Antara Guru Dan Pekerja Listrik
Menempuh pendidikian di perguruan tinggi boleh jadi merupakan keinginan semua pelajar yang lulus SLTA. Ada kebanggan ketika disebut Mahasiswa, apalagi mahasiswa perguruan tinggi negeri. Kebetulan penulis saat itu tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan ( IKIP ) Ujung Pandang, Fakultas Pendidikan danTeknologi Keguruan ( FPTK ) jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Kenapa memilih kuliah di IKIP, maklum sejak kecil memang bercita cita jadi guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Bahkan Lagu Hymne Guru hapal luar kepala hingga saat ini, saking cintanya pada profesi guru.
1993 saat penulis memasuki semester IV di IKIP, penulis iseng iseng seleksi penerimaan calon Pegawai PLN Wilayah VIII saat itu. Niat pertama sebenarnya sekedar uji kemampuan akademik, namun ternyata lulus seleksi penerimaan hingga dinyatakan berhak untuk diangkat menjadi pegawai PLN Wilayah VIII. Ada gundah dalam hati bahwa cita cita untuk menjadi guru pupus sudah. Tapi keyakinan bahwa inilah jalan pengabdian yang Tuhan tunjukkan selain jadi guru. Menjadi pekerja listrik di perusahaan listrik negara.
Dari Puncak Bakaru ke Lembah Pakkatto
Pusat Listrik Tenaga Air Bakaru pada Sektor Bakaru menjadi fase pertama tempat meniti karir sebagai pekerja listrik, tepatnya Nopember 1993. Tempatnya cukup jauh dari kota. Dikelilingi bukit dan gunung gunung membuat pemandangan nan indah. Tinggal di kompleks perumahan yang jauh dari perumahan penduduk menjadikan kami setiap saat bertemu satu sama lain. Ke kantor pun kami jalan kaki sepanjang satu kilo meter mendaki dan menurun. interaksi dengan masyarakat setempat sangat jarang. Seminggu sekali kami turun di Pasar Bungi untuk belanja keperluan selama seminggu. Kadang naik bis dinas kadang pula naik dump truk jam 04.00 dini hari hingga sholat shubuh di masjid dalam perjalanan.
Februari 1994 OJT berakhir dilanjutkan dengan fase kedua yakni Pendidikan Bela Negara di Resimen Induk Kodam VII Wirabuana Pakkatto. Di lembah inilah pembinaan mental, kesamaptaan, disiplin dan jiwa korsa digembleng. Saat itu Bulan Ramadhan yang mewajibkan kami berpuasa sambil latihan militer. Berat memang, tetapi berkah Ramadhan membuat kami semangat hingga akhir pendidikan selama dua minggu. Pendidikan prajabatan dan pembidangan selama tiga bulan kami laksanakan di Udiklat Makassar. Selama tiga bulan kami masih menggunakan seragam seperti saat bela negara. Apel pagi dan baris berbaris masih mewarnai hari hari prajabatan ini.
Operator dan Pemeliharaan Thermal
Pasca diklat Prajabatan, penempatan penulis bersama 8 orang lainnya di PLN Sektor Tello. Pembangkit thermal menjadi pekerjaan kami sehari hari. PLTU Tello, PLTG Tello dan PLTD Tello adalah tiga jenis mesin thermal yang ada di PLN Sektor Tello. Disamping unit pembangkit yang ada di Sulawesi Tenggara. PLN Sektor Tello juga membawahi Unit Tragi Tello. Memelihara mesin thermal khususnya pemeliharan listrik dan kontrol instrumen sekaligus memelihara peralatan gardu induk menjadi rutinitas sehari hari.
Terbakarnya NGR Trafo Distribusi 20 kV 20 MVA GI SS0 Tello menjadi pengalaman yang pertama dalam karirku. Kegagalan system proteksi menjadi penyebabnya. Ada gangguan pada Penyulang PDAM, namun PMT Penyulang tidak trip walaupun ada perintah relay. Inilah pengalaman betapa pentingnya pemeliharaan system proteksi. Mulai dari relay, Battery sumber DC, tripping coil pada PMT, kabel wiring, system pentanahan dan lainnya.
Pengalaman berikutnya saat manuver GI SSO sisi 34,5 kV, saat di energize inilah terjadi ledakan pada CT nya, kejadian ini yang menyebabkan 3 orang teman kami luka bakar yang sangat serius, ke tiganya cacat seumur hidup.
Sebagai operator PLTG, terbakarnya combustion compartment PLTG Westcan menjadi pengalaman berikutnya. Dua kali start unit tapi gagal menjadi pemicunya. Ruang bakar nomor tiga gagal, menyebabkan semprotan HSD tidak terbakar. HSD inilah yang meluber keluar ruang bakar sehngga menyebabkan kebakaran. Penulis belum pernah pelatihan menggunakan APAR, Kami masih berdua Kepala jaga saat itu Pak Ambo Rappe sehingga beliaulah yang menggunakan APAR untuk memadamkan api, namun sial selang tabung pemadam bocor dan menyemprot ke wajah beliau, Pak Ambo pingsan. Di tengah kepanikan antara memadamkan api dan menolong Pak Ambo datanglah Pak Marthen Kambuno, Enginer Operasi kami. Pak Marthen lah yang melanjutkan memadamkan api dengan tabung pemadam yang lebih besar. Saya menolong Pak Ambo Rappe.
3 Hari 3 Malam di Akhir Ramadhan
Pasca mutasi ke Unit PLTD Bau Bau, sentral PLTD Raha. Daya mampu mesin sama dengan beban puncak sistem Raha 5.200 KW dan daya mampu mesin 5.220 KW. Kondisi sistem Raha yang isolated menyebabkan bila ada mesin pemeliharaan maka pemadaman juga terjadi sebesar daya mampu mesin yang gangguan.
Bulan Ramadhan tahun 2003 menjadi pertaruhan hidup mati kami, gangguan mesin Miirlees dengan daya mampu 2.200 KW menyebabkan pemadaman 45 % system Raha. Hari ke 27 Ramadhan gangguan mesin miirlees. Pemadaman malam tanggal 28 Ramadhan 2.200 KW. Setelah magrib massa mulai berdatangan memprotes pemadaman ini. O-ring Liner cylinder No 3 bocor menyebabkan air masuk ke oil carter. Saat itu Oring liner lagi kosong di gudang. Harus menunggu kiriman dari Sektor Tello yang dua hari baru tiba di Raha. Ada Oring liner mesin Daihatsu Bau Bau yang tiba sore hari. Walau Oring ini kecil namun kami coba pasang. Waktu pemasangan hingga mesin dapat di operasikan butuh waktu 4 Jam. Mesin kami coba operasikan namun cuma mampu bertahan 45 menit masuk system. Kami bongkar kembali yang saat itu gantry crane tidak ada jadi semua serba manual. Selesai pembongkaran menjelang subuh dan sahur
Pada malam ke 29 Ramadhan berikutnya kami mencoba tetap menggunakan Oring mesin Daihatsu ditambah dengan Oring mesin Daihatsu yang kami belah untuk menutupi kekecilannya Oring ini. Inisiatif belah Oring ini sebenarnya tindakan yang tidak masuk akal, namun usaha ini kami lakukan minimal kami telah berupaya agar mesin dapat beroperasi kembali. Pemasangannya ditambah dengan Silicon Red dengan maksud semoga kebocorannya tidak terjadi lagi. Menjelang magrib mesin kami coba isi air pendinginn namun ternyata masih bocor sehingga kami bongkar kembali. Massa yang datang sudah melihat kami non stop bekerja namun mereka tetap mengancam akan membakar PLN ini jika sampai besok malam takbiran masih pemadaman.
Hari ketiga atau hari ke 29 Ramadhan jam 11 siang, Oring asli tiba dari Makassar, diantar langsung staf PLN Sektor Tello. Jujur saat itu kami semua sudah kelelahan tiga hari dua malam bekerja non stop sambil berpuasa. Perasaan cemas menghantui kami bila nantinya juga gagal, takut massa akan bertindak anakis. Kebetulan jalur pawai malam takbiran itu melintasi depan kantor. Tapi ini adalah puasa terakhir kami sehingga kami yakin semua akan selesai tepat pada waktunya. Mesin kami selesaikan setelah sholat ashar menjelang Magrib. Saat start sampai parallel dengan system, semua personil PLTD Raha ditambah dengan personil Ranting Raha stand by. Alhamdulillan puasa terakhir kelar dan mesin mirrlees juga operasi dengan aman.
Kepala Ranting Pertama
Awal 2005 menjadi awal berkarir di bidang lain yakni bidang distribusi dan pelayanan pelanggan, dipercaya sebagai Manajer Ranting Pasarwajo Cabang Bau Bau Oleh GM PLN Sulselra saat itu. Ranting Pasarwajo adalah Ranting baru yang sebelumnya adalah Sub Ranting Pasarwajo. Ranting ini terbentuk karena pembentukan ibukota Kab Buton yang baru pasca ibukota Bau Bau yang menjadi satu otonomi sendiri menjadi kota Bau Bau Saya. Satu satunya Manajer Ranting yang promosi dari pembangkitan menjadi Manajer Ranting yang pertama di Ranting baru sekaligus menjadi jabatan structural saya yang pertama pula.
Memulai rutinitas sebagai manajer ranting menjadi pengalaman yang berbeda dengan sebelumnya yang setiap hari berhadapan dengan mesin pembangkit. Di pembangkitan telinga menjadi tuli karena suara mesin, dan sekarang di pelayanan pelanggan telinga menjadi sakit karena mendengar keluhan, cacian dan hinaan pelanggan yang belum paham tentang kondisi system Bau Bau saat itu. Pemadaman bergilir setiap hari dan hujan batu setiap malam di kantor. Namun bagi kami pelayanan adalah suatu kewajiban yang tetap harus berjalan. Diancam parang, diancam kantor dibakar adalah hal yang sudah biasa kami hadapi bersama teman teman di Ranting Pasarwajo khususnya dan di Cabang Bau Bau umumnya.
Ditolak Di Ranting Raha
Setelah pas 4 tahun mengabdi di Ranting Pasarwajo, mendapat amanah baru memimpin Ranting Raha di Kab Muna. Ranting tertinggi kelasnya di Prov Sultra saat itu, Kelas D. Mengabdi di Kota Raha untuk kedua kalinya, sebelumnya sebagai staf pemeliharaan mesin PLTD Raha. Baru hari kedua bertugas sudah didatangi sejumlah LSM, kata sambutan pertama dari mereka “ Bapak sebagai kepala PLN Muna membawa berapa KWH Meter ?, kalau tidak ada kami sebagai perwakilan masyarakat Muna menolak Bapak sebagai Kepala PLN Muna “. Betapa gembiranya saya saat mereka menolak saya, saya sampaikan kalau bukan karena tugas saya juga tidak bermimpi kembali bertugas di PLN Ranting Raha, 3 tahun di PLTD Raha sudah cukup. Namun saya juga berterima kasih pada mereka, karena saya lebih tahu betapa masyarakat Muna ini merindukan pemasangan baru listrik di rumah mereka. Setelah berkomunikasi dengan mereka yang menolak hingga akhirnya mereka mau bekerja sama dengan PLN untuk mengawal proses pasang listrik yang lebih tertata dengan baik.
Daftar tunggu 11 ribu calon pelanggan, sementara kuota kwh meter Cuma 600 buah sesuai dengan daya mampu pembangkit PLTD Raha. Pemasangan menjadi sangat mahal karena terkadang pelanggan mau membayar lebih tinggi dari orang lain yang penting menyala. Atas bantuan LSM inilah kami mencoba mengawal pemasangan baru sesuai dengan daftar tunggu terlama, menyambung calon pelanggan yang sudah lebih dari lima tahun menunggu. Bahkan ada yang sudah menjual 3 ekor sapinya untuk biaya pasang baru dan membayar kepada oknum demi mendapatkan listrik. Sedikit demi sedikit daftar tunggu ini kami urai berikut harganya. Melalui DPRD kami mencoba berkoordinasi agar ada ketetapan harga pemasangan instalasi oleh pihak ketiga. Keluarlah penetapan biaya yang disetujui oleh anggota DPRD Kab Muna sehingga tidak ada lagi pembengkakan harga instalasi di calon pelanggan.
Di Ranting Raha inilah gempuran pemberitaan media, baik media cetak maupun media on line meningkat. Judul judul beritanyapun membuat miris, “ Tangkap Kepala PLN Muna, Ada Mafia Di PLN Muna, Kepala PLN Muna Menjual SJI, Harga Pasang Baru selangit Rakyat Menjerit, dan masih banyak lagi berita berita miring tentang PLN Raha. Belum lagi Email calon pelanggan ke PLN Pusat yang memposting “ Katanya Gerakan Sejuta Pelanggan, kok desa kami Cuma dapat 20 kWh meter.” Berita yang bertubi tubi inilah yang harus juga kami selesaikan secara arif dan bijaksana.
Merambah Tanah Makassar
Dua tahun mengurai benang kusut daftar tunggu pemasangan baru di Raha, mendapat tugas baru di Tanah Makassar yakni Ranting Takalar. Sebelumnya melalui Fit and Profert test dihadapan GM dan seluruh Manajer Bidang. Saat Fit and Profert Test inilah menjadi pengalaman menarik. Ketika saya ditanya apa cita cita nya setelah lulus PLN. Saya jawab menjadi Kepala Ranting. Dan GM saat itu marah, beliau mengatakan kenapa tidak bercita cita menjadi GM. Saya pun jawab bahwa saya ini kalau ibaratnya di Militer cuma pangkat Bintara karena masuk PLN dengan Ijazah SLTA, tidak mungkin jadi Pangdam. Andai saya masuk dengan ijazah S1, pasti cita cita saya GM pak. Beliaupun semakin marah dan memberi motivasi pentingnya punya cita cita tinggi agar bersemangat untuk bekerja keras untuk mencapai cita cita tersebut.
Merambah Tanah Makassar punya cerita tersendiri. Dari tunggakan nihil menjadi tunggakan tertinggi se Cabang Makassar. Tunggakan nihil karena semua loket pembayaran berani menebus rekening tunggakan. Namun setelah berlaku loket PPOB yang on line, tidak ada lagi loket PPOB yang berani menebus rekening tunggakan. Jadilah pekerjaan utama adalah pemutusan dan penyambungan.
Ratio elektrifikasi Kab Takalar sudah di atas 90 %. Akan tetapi daerah otonomi Kab Jeneponto masih banyak yang belum terlistriki. Kebetulan daerah ini disuplay dari Takalar. Kertika kami meninjau Desa Pappalluang Kab Jeneponto, kami didatangi oleh kepala desa yang mengatakan “ Tidak usah digambar dan diukur lagi pak, sudah empat kali orang PLN datang ukur dan gambar sejak tahun 1997 , tetapi hingga saat ini belum ada realisasi. Jadi janganmi diukur lagi “ demikian katanya. Hal inilah yang membuat kami bertekad merealisasikan perluasan jaringan masuk ke desa mereka secepatnya. Bidang Niaga PLN Wilayah pun merespon dengan cepat. Kami mau buktikan bahwa PLN sangat serius dengan pembangunan Lisdes ini. Saat penyalaan pertama, mereka mengundang kami untuk makan siang bersama di desa mereka, tetapi karena kami tidak sempat, mereka mendatangi kantor PLN Takalara sekedar mengucapkan terima kasih.
Humas Kurang Kerjaan
Pasca lengser dari Manajer Rayon Takalar, kami ditempatkan sebagai Enginer K2 dan Lingkungan. Tugas baru ini merupakan hal baru juga dalam karir. Belajar tentang lingkungan dan Keselamatan Ketenagalistrikan. Belajar lagi tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ). Di samping sebagai Enginer Lingkungan dan K2, juga diserahi tugas sebagai Humas PLN Area Makassar. Rutinitas berkomunikasi dengan media merupakan pekerjaan sehari hari, mulai dari menjawab surat pembaca di media cetak, talk show di media elektronik atau menghadapi teman teman pers. Mendatangi sekolah sekolah untuk sosialisasi tentang K3 sekaligus dialog tentang permasalahan probis PLN menjadi pekerjaan sehari hari.
Kenapa memilih sekolah ?. Karena di sekolah itulah tempatnya orang berkumpul dari berbagai daerah, berbagai suku dan agama serta berbagai pelosok negeri sehingga penyebarluasan informasi tentang PLN dapat tercapai. Akhir dari semua kegiatan ini pada akhirnya penulis jarang lagi menemukan surat pembaca tentang PLN, tidak lagi sering didatangi rekan rekan pers yang hendak konfirmasi berita, bahkan permintaan untuk talk show juga sudah tidak ada. Jadilah humas yang kurang kerjaan. Semua permasalahan yang sedianya masuk media finis di ujung telepon dan sms.
Ahli K3 Yang Gagal
Pekerjaan berat sebagai Ahli K3 Umum bagaimana menekankan penerapan budaya K3 dalam setiap lingkup pekerjaan. Baru seminggu bertugas sebagai orang K3, 6 Orang meninggal karena kecelakaan kerja pada pekerjaan rekonduktor JTM di Rayon Sungguminasa. Mengelilingi semua kantor pelayanan baik di darat maupun unit unit Lisdes yang ada di kepulauan setiap triwulan. Tujuanya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat, pegawai, maupun tenaga alih daya PLN setempat. Tujuannya hanya satu yakni bagaimana K3 ini menjadi budaya kerja di setiap jenis pekerjaan. Juga tentunya bagaimana lingkungan tetap terawat sehingga tidak ada pencemaran lingkungan akibat dari proses bisnis PLN terutama di unit lisdes yang mengelola pembangkit.
Namun seberapa sering kami sosialisasi dan mengawasi pekerjaan di lapangan, ternyata masih juga terdapat kecelakaan kerja. Seorang pekerja di Rayon Panakkukang menjadi korban akibat bekerja di luar kewenangannya. Dua pekerja jaringan di Rayon Kalebajeng menjadi korban berikutnya, walau tidak meninggal tetapi menjadi cacat seumur hidup. Menjelang mutasi ke Area Pinrang, seorang pekerja jaringan dari Rayon Malino juga merenggut nyawa di jaringan. Lalu pertanyaannya hasil sosialisasi yang berulang ulang itu kemana hasilnya ?. ini berarti sebagai Ahli K3 Umum masih gagal mengemban amanah sebagai orang K3.
Cita Cita Awal Yang Terkabul
Rezeki itu tak mungkin tertukar, itu kata kata mutiara yang tetap saya yakini kebenarannya. Pasca lengser dari Manajer Rayon dan menjadi fungsional, itu berarti tunjangan P2 atau tunjangan jabatan turun drastis, sekitar 2 juta penghasilan yang hilang. Namun Tuhan memberi rezeki dari arah yang lain, yakni dari PLN Udiklat Makassar. Menjadi instruktur di Udiklat Makassar berarti menjadi guru buat para pegawai yang sedang mengikuti diklat. Berkat instruktur di Udiklat Makassar inilah bisa ke luar negeri berkali kali tanpa paspor, yakni ke perbatasan RI – Papua Nugini. Cuma melangkahi garis perbatasan RI Papua Nugini berkali kali, berarti saya sudah menginjak tanah Negara Papua Nugini berkali kali, he he he. Menjadi Instruktur K3 berkeliling Area Area dan Sektor Pembangkitan untuk mengajar atau sosialisasi K3 mewakili PLN Wilayah Sulselrabar bersama Ibu Hamsinah Saiman, Enginer K2 L nya PLN Wilayah Sulselrabar. Jadilah cita cita awal menjadi guru terkabul sudah, ternyata Tuhan memang Maha mengatur segalanya. Menjadi Pekerja Listrik sekaligus jadi guru.
Seperti Pemain Sepakbola
Teringat kata kata GM PLN Sulselrabar saat sertijab Manajer Rayon Takalar tahun 2011 lalu. Beliau mengatakan ketika anda difungsionalkan atau ditarik dari jabatan structural, bukan berarti kalian jelek, tapi ibaratnya dalam sepak bola kalian lelah atau permainannya tidak focus. Sehingga pelatih menarik dan mengganti dengan pemain cadangan yang lebih fresh. Bila saatnya nanti atau d pertandingan berikutnya pasti akan dimainkan lagi. Setelah dua tahun mengemban amanah jabatan fungsional, ditunjuk lagi kembali ke jabatan structural. Awal tahun 2016 inilah kami mengemban amanah baru manjadi salah satu Asman d PLN Area Pinrang. Inilah siklus pengabdian kita kepada perusahaan. Diberi amanah apapun harus diterima dengan semangat yang tinggi. Jadilah bagian yang akan tercatat dalam sejarah PLN.Apapun hasil akhir kinerja, itulah garis finis yang kita lalui. Barcelona tidak selamanya juara teman, begitupun kita. Yang penting kita telah menumpahkan segala upaya untuk mencapai kinerja yang dibebankan.
BIODATA PENULIS :
Nama : Muh Pahri M Jafar
NIP : 7193073F
Jabatan : Asman Transaksi Energi Listrik
Unit : PLN Area Pinrang Wilayah Sulselrabar
Email : muh.pahri@pln.co.id
Facebook : http://www.facebook.com/pahri.jafar
*Tulisan ini dikirim ke Kompasiana pada tanggal 25 Oktober 2016. Karena satu dan lain hal, tulisan ini ditayangkan pada 26 Oktober 2016. Tulisan ini tetap masuk ke dalam tahap penjurian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H