Mohon tunggu...
Sahabat Husnil
Sahabat Husnil Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya bernama Husnil Mubarak, berasal dari Kota Parepare, daerah yang sangat kecil namun sering di sebut Tana Uddani (bahasa bugis) yang berarti tanah yang selalu di rindukan. Memang Kota Parepare di apit oleh tiga daerah yakni Pinrang, Sidenreng Rappang dan Barru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pura-Pura Pulih Sendiri

16 Juli 2024   21:04 Diperbarui: 16 Juli 2024   21:21 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika manusia lain beristirahat dari lelah
Dia memilih bercengkerama dengan malam
Berharap ketenangan akan hadir di sana

Detak detik jarum jam
Menjadi pengiring atma yang tengah kesakitan
Dia sendirian tak ada seorang pun di sana
Dingin penuh represi, tak ada penghangat kecuali kewarasan

Sialnya, ketenangan hanyalah angan
Selaksa obat menyayat sadis seluruh tubuhnya
Pikiran di kepala berlari ke sana kemari tak tentu arah
Jiwa yang dia bawa bahkan dibuat mati olehnya

Dalam keterasingan yang menyiksa,
Ia memeluk kesendirian dengan erat
Napasnya tersengal menahan derita

Karena terperangkap dalam labirin keputusasaan yang tak berujung
Sungguh, ketakutan menyelimuti dirinya

Ia takut, pikirannya tak mampu lagi dikendalikan
Ia takut, akhirnya ia akan menghabisi diri dengan tangannya sendiri.

Dia harus pergi
Mencari sinar harapan yang perlahan memudar
Namun siapa yang akan mendengar teriakannya?

Sambil tertatih
Ia ke sana kemari mengetuk seluruh pintu yang ada

Namun siapa yang akan membukakan pintu untuknya?
Siapa yang akan sudi meraih tangannya yang dipenuhi darah?

Lagi, lagi realita merangkul erat rasa putus asa
Dia ditampar begitu kerasnya
Dia sadar,
Dia hanya punya dirinya sendiri

Namun harapan tetap ia kumandangkan,
Berharap semua orang akan menyesal
Karena tak membukakan pintu untuknya

Berharap nestapa akan mereka rasakan
Karena tak mendengar jeritan tangisnya

Dia sudah mati,
Menggenggam erat
Seluruh harapannya yang sia-sia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun