Mohon tunggu...
Heni Kurniawati
Heni Kurniawati Mohon Tunggu... Penulis - Visit my personal blog, tulisanheni.blogspot.com

A woman who likes writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sungguh, Aku Ini Orang yang Suka Iri

29 Mei 2019   10:51 Diperbarui: 29 Mei 2019   10:55 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Ia berusaha tegar, bertahan, dan memperbaiki hidupnya setelah Gempa. Untuk ini aku meminta bantuan kepada seorang teman FB untuk beberapa dialog yang ingin kutuliskan dengan bahasa daerah setempat. Cerpen ini selesai pada September 2018 dan meluncur lewat email ke Tabloid Nova. 

Dua bulan menunggu, aku mendapat informasi bahwa Tabloid Nova tidak lagi menerbitkan cerpen. Sedihnya. Tak patah semangat, cerpen ini kukirimkan lagi ke Media Indonesia. Sayangnya tiga bulan setelah itu belum ada kabar juga. Sekarang cerpen ini terkirim ke redaksi Solo Pos. Aku masih menunggu kabar baiknya.

Di waktu luang, aku masih gooling, aktif membaca cerpen untuk menambah wawasan dan menggali ide. Akhir-akhir ini aku suka mampir ke situs The Jakarta Post dan terpesona pada sebuah cerpen yang berjudul The Secret of The Citrus Tree tulisan Alya Hikmayuda. Aku pelajari baik-baik gaya menulisnya, alur ceritanya. Sepertinya aku juga bisa menulis cerpen seperti ini. Dan aku kembali menatang diri untuk menulis cerpen dalam bahasa Inggris. Targetnya tentu saja The Jakarta Post. Iri juga aku kepada Alya. Kalau cerpennya bisa dimuat, mestinya cerpenku juga bisa. 

Jadilah cerpen The Story of a Rooster. Kisah tentang seorang anak gadis yang suka menendang ayam karena trauma masa lalunya. Untuk ini aku meminta bantuan pada seorang teman untuk mengoreksi pilihan kata juga grammarnya. (Walaupun aku lulusan Sastra Inggris, aku sudah lama tenggelam dalam dunia lain yaitu dunia excel). Plus, aku cuma sekali nulis cerpen dalam Bahasa Inggris. Itu pun tertumpuk di laci. 

Dari temanku itu aku mendapatkan nasehat kalau cerpen baiknya ditulis dengan salah satu tense saja. Present atau Past Tense. Jangan di-mixed, nggak nyembung. Then, the editing time teselesaikan. Kirim ke redaktur. Lega. Berdoa lagi semoga rezeki.

Dua bulan setelah itu. Tepat di hari pertama tarawih. Berkah bulan Ramadhan. Tidak seperti redaktur yang lain, redaktur The Jakarta Post mengabari via email. Kira-kira bunyinya seperti ini.

Dear Heni,

Thank you for submitting your story. What a lovely read. We will publish it in our upcoming Monday edition and transfer the honorarium no later than 30 days following the date of publication.

Thanks again and we hope to read more of your work.

Cheers,

Gosh! Betapa aku suka kalimatnya, What a lovely read. Ini pertama kali aku mendapatkan komen dari redaktur seperti ini. Kedengaran berlebihan mungkin. Tapi aku bahagia. This is my first short story after a long time. Dan dimuat oleh The Jakarta Post.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun