Mohon tunggu...
Heni Kurniawati
Heni Kurniawati Mohon Tunggu... Penulis - Visit my personal blog, tulisanheni.blogspot.com

A woman who likes writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maryam

21 September 2012   01:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:06 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Susah payah aku membangkitkan semangat Andre. Tak lelah aku memotivasinya, berusaha mengangkatnya dari keterpurukan, agar ia bisa mengejar ketinggalan studinya. Aku layaknya seorang pahlawan bagi Andre, yang menemani, menyayangi, mendengarkan, menghibur, dan mengembalikan gairah hidupnya. Hingga akhirnya ia memilihku meskipun beberapa cewek pernah berusaha menarik simpatinya setelah Maryam pergi. Aku tahu benar kalau Andre tidak pernah berhasil melupakan Maryam dan pernikahan kami baginya lebih menyerupai suatu balas budi karena aku selalu di sisinya ketika ia membutuhkan bahu untuk bersandar. Apapun alasannya, menjadi istri Andre adalah hal yang paling kudambakan saat itu. Kuharap waktu akan menghapus Maryam dari hatinya. Nyatanya harapan ini sia-sia, Andre tetap menyisakan cinta untuk Maryam.

"De, kamu dan Andre apa kabar? Anak kalian sudah berapa?"

Pertanyaan Maryam memaksaku keluar dari lamunan tentang masa lalu.

"Alhamdulillah baik, Maryam, Andre juga baik. Bernard, anak pertama kami sudah sepuluh tahun dan si kecil Maria bulan depan berulang tahun yang ke-3. Kamu sendiri bagaimana, Maryam? Apa kamu sudah menikah?"

Aku melirik cincin yang melingkari jari manisnya.

Maryam menggeleng. Rasa bersalah kembali mencuat dari hatiku, tersekat di kerongkongan, dan menjelma menjadi lapisan mendung tebal di wajahku.

"Maafkan aku, Maryam," isakku tak tertahan.

"Aku telah memisahkan cinta kalian. Aku merebut Andre darimu. Aku dan Andre sangat kehilangan kamu. Kami sama sekali tak menyangka kalau kamu akan pergi dari kota ini. Maryam, aku telah menyiksa kamu dan Andre selama bertahun-tahun."

"Sss...st, sudahlah, De. Aku rela melakukannya untukmu. Kebahagiaan kalian adalah kebahagiaanku juga. Aku hanya tidak punya cara lain untuk melupakan Andre selain pergi dari kehidupan kalian."

Ah, Maryam. Aku tidak yakin kalau kami benar-benar bahagia. Seandainya kamu tahu Maryam, hingga detik ini Andre belum sepenuhnya mencintai aku. Ia tidak pernah bisa melupakanmu. Sering kalau hatinya sedang gundah, ia menghabiskan waktu di sini, di In Blue Café, tempat dimana ia bisa menikmati kembali kenangan-kenangannya bersamamu. Hanya di tempat inilah ia bisa merasakan kehadiran bayang-bayangmu. Dan aku tidak boleh merasa cemburu. Bukankah aku telah berjanji padamu untuk membuat Andre bahagia? Aku tidak akan menyia-nyiakan pengorbananmu, Maryam. Aku akan melakukan apapun agar Andre bahagia, termasuk membiarkannya mengenangmu dan menyisakan ruang untukmu di relung hatinya yang paling dalam. Apa kamu tahu Maryam, kadang-kadang ia juga lewat di depan rumahmu dan berharap kamu keluar dari pintunya. Anak perempuan kami pun ia beri nama Maria, nama yang mirip dengan namamu.

"De...," ia menyentuh tanganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun