Keesokan harinya...
Dia bangun dari tempat tidurnya. Dia melihat kamar kosnya yang sederhana dan sepi. Dia tidak melihat wajah-wajah teman-temannya yang selalu menyambutnya dengan senyum dan canda. Dia hanya melihat foto-foto dan surat-surat yang mengingatkannya akan mereka.
Dia mengambil ponselnya. Dia membuka aplikasi chat yang sering mereka gunakan. Dia melihat nama-nama teman-temannya yang masih online. Dia ingin mengirim pesan kepada mereka. Dia ingin menanyakan kabar mereka. Dia ingin mendengar suara mereka. Tapi dia tidak bisa. Dia takut mengganggu mereka. Dia takut mereka sudah melupakannya. Dia takut mereka sudah memiliki teman-teman baru. Dia takut mereka sudah tidak peduli lagi.
Dia menaruh ponselnya. Dia mengambil tasnya. Dia bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Dia harus menghadiri kelas-kelas yang membosankan dan sulit. Dia harus berurusan dengan dosen-dosen yang galak dan sombong. Dia harus bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa yang licik dan iri. Dia tidak suka hidupnya di Medan. Dia merindukan hidupnya di Bandung. Dia merindukan teman-temannya. Dia merindukan program Pertukaran Mahasiswa Merdeka-3.
Dia keluar dari kamar kosnya. Dia naik angkot menuju kampus. Dia melihat jalan-jalan yang macet dan kotor. Dia melihat orang-orang yang sibuk dan stres. Dia melihat kota Medan yang tidak ada warnanya.
Sepanjang perjalanan, ia masih teringat dan terbayang-bayang akan wajah teman-temannya di Dormitory UPI Bandung. Seketika pula ia melihat seorang pemuda yang dari kejauhan mirip seperti temannya yang selalu bersama dengan dia bermain yang berasal dari Universitas Bengkulu, Yopan namanya.
Ia memanggil pemuda itu dengan nama panggilan temannya...
Yopan....
Pemuda itu melihatnya, akan tetapi Wira merasa malu karena telah memanggil orang yang salah. Pikirannya kini sangat kacau, hari-harinya selalu saja terbayang-bayang akan setiap momen yang ada di Bandung dan wajah-wajah dari teman-temannya.
      Setelah seharian penuh berkuliah, Wira balik ke kos-nya. Setelah sampainya di kos, ia masih kebingungan akan dirinya yang sulit untuk move-on dari semua tentang Bandung dan teman-temannya selama Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka batch-3 tersebut.
      Dia merasa kesepian kini. Tak ada kegiatan tiap sore lagi yang dulunya ketika di Bandung mereka sudah prepare mencari makanan untuk makan malam mereka nanti, dan Gerlong adalah tempat favorit mereka untuk haunting makanan.