Salah satu insight paling kuat dari kedua buku ini adalah pesan bahwa cewek nggak harus jadi korban abadi. Firdaus ngebuktiin kalau perempuan bisa mengambil keputusan ekstrim buat ngambil alih hidup mereka. Dan di "Perempuan dalam Budaya Patriarki", Nawal bilang kalau pendidikan adalah kunci buat cewek-cewek bangkit. Begitu lo sadar hak-hak lo dan gimana lo selama ini dikontrol, lo bisa mulai lawan balik. Firdaus mungkin mengambil langkah ekstrem, tapi pilihan lo gak harus sama. Pendidikan dan kesadaran adalah senjata yang lebih kuat dari apapun.
Bagi setiap perempuan yang membaca tulisan ini dan sedang melanjutkan Pendidikannya tolong kuatkan komitmen kalian Karena Pendidikanlah hal terkuat untuk merubah dunia senjata terkuat perempuan. Jangan takut speak up bagi para korban kalian gak sendirian masih banyak orang orang yang peduli dan bakal ngedengerin curhatanmu.
Kesimpulan: Berani Ngambil Kendali atas Hidup Lo Sendiri
Setelah baca dua buku ini, satu hal yang paling jelas adalah bahwa kita harus berani ngambil kendali atas hidup kita sendiri. Firdaus ngajarin kita bahwa meskipun kita hidup di dunia yang suka ngatur, kita selalu punya pilihan. Dan "Perempuan dalam Budaya Patriarki" ngasih kita perspektif soal gimana peran gender itu cuma konstruksi sosial yang bisa kita lawan. Jadi, pertanyaannya sekarang adalah: Lo mau terus dijadiin korban atau lo mau jadi pejuang yang ngambil alih hidup lo sendiri?
"Education is key, bro!"
Buat lo, Gen Z yang selalu haus akan kebebasan dan nggak mau dibatasi, karya Nawal El Saadawi ini wajib banget dibaca. Ini bukan cuma soal cewek yang ditindas, tapi soal kita semua yang hidup di bawah sistem patriarki yang udah nggak relevan. Yuk, saatnya kita reclaim hidup kita! Semoga menginspirasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H