Mohon tunggu...
Hizbul Aulia Indriansyah
Hizbul Aulia Indriansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Strata 1 UINSI Samarinda

Menyukai Literasi Diskusi dan aksi paket lengkap dengan aktif di organisasi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Berani Tidak Disukai Tanpa Validasi

12 Oktober 2024   15:19 Diperbarui: 12 Oktober 2024   15:22 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendahuluan

Siapa di sini yang suka overthinking tentang masa lalu, trauma, atau gimana orang lain lihat kita? Well, it's totally normal, especially for us Gen-Z yang selalu hidup dengan standar sosial yang tinggi, apalagi di era sosial media. Tapi, pernah nggak sih kalian ngerasa lelah karena terlalu mikirin masa lalu atau approval orang lain? Nah, di buku Berani Tidak Disukai karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga, ada satu insight mind-blowing yang bisa ngerubah cara kita ngelihat diri sendiri: masa lalu nggak menentukan masa depan. Buku Berani ini merupakan hasil dialog filsafat antara seorang filsuf dan seorang pemuda yang membahas ajaran psikologi Alfred Adler, Salah satu tokoh besar psikologi. Banyak Hal yang menantang pandangan umum tentang kebahagiaan, hubungan antar manusia, maupun pandangan sosial. Let's break it down!

Pembahasan

1. Masa Lalu Nggak Nentuin Masa Depan, Bro!

Kita sering banget terjebak sama mindset kalau trauma atau pengalaman buruk di masa lalu bikin kita stuck. Contohnya, kalau pernah gagal atau ditolak, terus ngerasa itu ngebentuk siapa kita sekarang. Padahal, menurut Adler (psikolog yang ajarannya jadi dasar buku ini), masa lalu cuma sekadar cerita yang udah lewat. Kita punya power buat nentuin langkah hidup kita di masa kini. So, stop blaming the past, and start focusing on what you wanna achieve now. You're in control! " Lo gak perlu jadi sempurna untuk diterima Sama diri lo sendiri." Masa lalu lo bukan patokan Yang nentuin masa depan tapi lo sendiri Yang milih itu"

2. Stop Cari Validasi dari Orang Lain

Ini nih yang bikin kita stress, apalagi di era digital di mana likes, comments, dan followers kayak jadi ukuran harga diri. Buku ini ngajarin kita buat berani nggak disukai, berani nggak dapet approval dari orang lain, as long as kita hidup sesuai dengan nilai yang kita yakini. Jadi, kalau kamu suka fashion unik atau hobi yang beda dari kebanyakan, just own it! Hidupmu bukan buat nyenengin orang lain, but to live authentically. "Jika lo terus mengejar persetujuan orang lain, lo gak akan pernah bebas."

3.Happiness is a Choice, Not a Destination

Gen-Z seringkali ngerasa kalau kebahagiaan itu goal yang harus dicapai. Tapi, reality check---kebahagiaan itu pilihan harian. Kita yang milih buat bahagia atau nggak, regardless of what happens. Adler ngajarin kalau kita bebas memilih buat jadi bahagia kapan aja, bahkan ketika situasi nggak ideal. Happiness is an inside job, not a gift from the outside world. "Tujuan hidup itu gak harus wow, tapi setidaknya cukup bermanfaat bagi yang lain." Kebahagian Manusia itu sepenuhnya pilihan lo sendiri bukan yang lain dan itu dimulai dari apa tujuan lo saat ini"

Hal-hal Menarik dari Buku Ini:

Dialog Filosofis: Buku ini disusun dalam bentuk dialog antara seorang filsuf dan seorang pemuda, yang membuat pembaca bisa merasakan dinamika pembelajaran dan refleksi secara langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun