Mohon tunggu...
Hiza Ro
Hiza Ro Mohon Tunggu... -

Simple & Original. Menyukai apa saja terutama ART's.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Animasi Open Source

26 Juli 2011   12:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:21 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13116836622117272685

Dunia animasi 3D dunia berkembang pesat sejak 1995, ketika film 3D pertama PIXAR (Toy Story) dirilis di Amerika. Walaupun sebelumnya banyak terdapat riset dan film pendek 3D di beberapa negara, namun kepiawaian PIXAR dan kerja kerasnya selama 20 tahun sanggup menjadi inspirator banyak studio animasi di dunia. Hingga saat ini PIXAR masih mendominasi bisnis animasi 3D dunia selain Dreamwork dan studio lainnya. Namun tahukan Anda jika keberhasilan dari studio tersebut tidak terlepas dari riset dan development selama puluhan tahun. Nah, dibalik semuanya itu linux dan open source berperan cukup besar.

Dunia animasi 3D dikejutkan dengan munculnya Open Movie pertama didunia, Elephants Dreams (http://www.elephantsdream.org/, 2005). Film berdurasi pendek ini (durasi) keseluruhannya diproduksi dengan Free Open Source Softare (FOSS), dengan software utamanya Blender (http://blender.org). ED dibuat di Belanda dengan kosep kolaborasi. Pencetusnya (Blender Institute) mengkonsep produsi film ini dengan merekrut Animator pilihan dari berbagai dunia. Mereka berkumpul di Amsterdam selama 1 tahun dan mengerjakan film hingga selesai dengan bantuan komunitas Blender di seluruh dunia melalui blog/website. Produser film sekaligus pencipta software Blender, Ton Rossendaal, adalah ujung tombak dari project Open Movie ini. Berturut-turut setalah ED, Blender Institute menciptakan Open Game (www.yofrankie.org), Big Bugs Bunny (www.bigbuckbunny.org), dan terakhir Durian (www.durian.blender.org). Demikianlah akhirnya genre Animasi Open Source ini dimulai.

[caption id="attachment_125199" align="alignnone" width="640" caption="Film-Film Open SOurce"][/caption]

Seperti halnya PIXAR dimasa awal, Open Movie dikerjakan sebagai puncak dari riset dan teknologi dibaliknya. Maksudnya kenapa tema film Toy Story pada saat itu dipilih? Salah satunya karena PIXAR baru bisa membuat texture plastik dengan renderman (software render) yang dimilikinya. A Bugs Life (1998) merupakan penemuan dari teknologi baru mereka, Monster Inc. (2001) menonjolkan efek Fur (bulu dan rambut), The Incredible (2004) mencoba efek rambut dan animasi manusia, Finding Nemo (2003) Simulasi air, Ratatouille (2007) fokus di makanan, UP (efek Cloud/awan), dan seterusnya. Nah, Open Movie Blender adalah pembuktian dari kehandalan software Blender untuk digunakan secara profesional. Setara dengan industri 3D film pada umumnya. Sedangkan di project Open Games, Blender terbukti mampu membuat game profesional dengan Game Engine yang tertanam didalamnya.

Menarik, Blender begitu mempesona khalayak dunia pada umumnya, dan Artist (animator, pelaku CG) pada khusnya. Kekaguman ini terbayar begitu sempurna dengan integrasi ALL in One dalam satu paket. Maksudnya, Blender tidak saja digunakan untuk membuat animasi, namun bisa didalamnya terdapat game engine, video editor, compositing, internal render, bahkan menulis Script. Ini bonus ++ bagi seorang animator profesional, pelajar/mahasiswa, programmer, video editor, motion graphic designer, dll. Kehadiran setiap rilis barunya seakan mampu menyedot perhatian berjuta penggunanya serentak. Tentu saja karena Blender Free dan Open Source, maka 'kemerdekaan' untuk mengembangkan, memodifikasi, mendistribusikan, menjadi sebuah software (baca: dewa) yang seakan turun dari langit langsung ke hadapan user. Tidak heran jika orang rela menjadi evangelist (utusan) secara sukarela untuk mempromosikannya.

Industri Animasi Masa Depan

Ini adalah prediksi penulis mencermati perkembangan Industri 3D dikorelasikan dengan visi di masa depan. Berangkat dari hobby, profesi, pelaku, akhirnya memimpikan dan berusaha mewujudkannya di Indonesia (www.serulingproject.blogspot.com). Baik, karena industri 3D masih didominasi oleh luar negeri (hollywood), maka alangkah baiknya jika kita mulai belajar dari mereka namun memulai di negara sendiri dengan mengedepankan kekayaan budaya lokal yang sangat kaya.

Linux dan Film

Era informasi terbuka adalah pemicu majunya industri 3D. Jika dulu kita susah untuk mengetahui proses sebuah animasi atau trik spesial efek dalam film, maka hal itu tidak berlaku sekarang. Sejak penemuan Google yang super canggih, kita dimanjakan oleh kemudahan mengakses hal apa saja yang diinginkan. Konsep blogging, citizen jurnalism, komunitas, open source dan linux adalah salah satu 'virus' yang memberangus monopoli bisnis dan industri yang awalnya hanya dimiliki oleh kaum berdasi. Sebagai contoh, dominasi bisnis milik Gates (Microsoft), kini mulai samar tergantikan Linux dan OS sebangsanya.

Tetapi ternyata jauh sebelum itu Hollywood sudah mengakali biaya produksi film dengan memasukkan Linux dan mengembangkan berbagi teknologi dibalik film-film besar. Sebut saja Titanic, Shrek, Final Fantasy, LOTR, dll. Studio yang mengaplikasinya sebagai contoh adalah: Digital Domain, PIXAR, Disney, Weta Digital, Sony Pictures, dan masih banyak lagi (http://icewalkerz.blogspot.com/2008/10/linux-on-hollywood-hollywood-movies.html).

Namun jangn salah anggapan bahwa Free disini adalah Gratis! Free bicara lebih kepada Freedom atau kemerdekaan. Sebagai perbandingan selain FOSS banyak juga software komersil yang basicnya dari Linux (http://www.yolinux.com/TUTORIALS/LinuxCommercialApplications.html). Salah satu alasan utama mereka tentunya adalah biaya. Wow, saya bisa jamin banyak orang kita belum tahu informasi ini apalagi mengaplikasikannya.

Migrasi Massal

Jika kita adalah orang cerdas, maka seyogyanya belajar dari kesalahan orang lain supaya tidak terjebak dalam sebuah keadaan yang bisa mangancam atau merugikan kita. Saya yakin kita semua adalah orang cerdas itu. Dengan demikian jelaslah bahwa kita bisa belajar dari cerita diatas. Segera mencari informasi sebanyak mungkin melalui internet, buku, dan sumber lain. Jelas sudah pembahasan diatas menjadi alasan kalau kita ingin berkecimpung di Industri ini, minimal wirausaha kecil dan menengah.

Mari kita berhitung matematis sebentar. Tidak susah karena berhubungan dengan rupiah Pertanyaannya: Berapa modal awal mendirikan studio animasi? Jawabannya: Relatif.

Maksudnya secara profesional atau hanya hobby? Legal atau ilegal? Dll. Kenapa begitu rumit? Tidak. Saya mengajak pembaca berpikir rasional bahwa modal utama sebelum semua berwujud adalah komitmen untuk jujur dalam berbisnis. Gampangnya, sumber yang kita gali dari modal kita haruslah sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku. Itu tandanya sebelum memulai kita diharuskan menentukan pilihan awal. Sebagai contoh adalah kebijakan memilih hardware dan software pendukung selain otak (brain) sebagai sumber kreatifitas utama.

Pilihan pertama ini akan menentukan pilihan berikutnya. Sebagai contoh jika kita membeli software berlisensi (propietary) untuk memproduksi 3D film. Sebagai perbandingan 3 software paling populer didunia 3D, kocek yang kita rogoh dari kantong minimal : $495.00 (Lightwave terbaru), US$3,495 (Autodesk 3ds Max), US$3,495 (Autodek Maya). Hmm, jangan ngeri dulu karena ini hanya diperuntukkan 1 komputer, silakan tanya dalam hati jika lebih dari 1 komputer (tambah ngeri). Pilihan selanjutnya jika harus menambah plugins untuk efek-efek khusus yg harganya juga ber-digit 6 dibelakangnya. Dengan berat hati saya tambah lagi pilihan software untuk design dan editing video seperti CorelDraw, Photoshop, Adobe Premiere, Adobe After Effect, dan sebangsanya. Sisanya silakan buka mesin pencari untuk mengetahui harganya. Namun parahnya, untuk pengeluaran sebesar itu, kita (user) hanya diberi HAK pakai. Tidak boleh menggandakan, tidak bisa memodifikasi, apalagi menjualnya. Fiuuh!

Studio di Hollywood sadar lebih cepat akan fenomena itu. Maka mereka pasti mempunyai team riset untuk mendevelop software yang dibutuhkan. Programmer berperan sangat penting dalam keberhasilan ini. Kenyataanya software tercipta dari ribuan baris coding dan ribuan jam untuk memproduksinya. Kolaborasinya dengan Artist Digital akan sungguh dahsyat seperti yang kita tonton dalam film 3D terbaru. Jangan senang dulu, karena kita hanya sebagai penonton kedahsyatan hasilnya. Software atau sumbernya tentu TIDAK akan mereka jual di pasaran. Jadi jangan samakan persepsi kita bahwa software yang mereka (studio terkenal hollywood) pakai SAMA seperti yang ada dipasaran. Sekali lagi tidak :)

Singkatnya pasti segera jerjawab di benak kita. Migrasi besar setidaknya memberi JAWABAN utama dari solusi masalah tersebut. Kecuali Anda mempunyai cukup modal untuk berani mengawalinya. Saya pribadi berpikir, kalaupun ada uang begitu besar ditangan, maka konsentrasinya pasti akan dialihkan ke pembelian hardware dan kesejahteraan karyawan. Hasilnya pun tidak begitu jauh berbeda. Kualitas!

Jadi tidak berlebihan jika masa depan sebuah software adalah Free Software. Itu artinya kebebasan dan kreatifitas tidak lagi terbatas melalui alat yang disebut sofware. Pun kreatifitas tidak harus melanggar HAKI untuk akhirnya merugikan orang lain (pencipta). Percayakah kita akan hal ini? Jika ya, maka tidak berlebihan kalau masa depan industri dunia akan didominasi oleh komunitas. Untuk Indonesia mungkin masih lama, namun perlahan sudah dimulai. Sepatutnya ini adalah peluang yang harus Anda gali dan kembangkan jika ingin terlibat dan menjadi bagian dari sejarah.

Bagaimana Memulai?

Ini pertanyaan yang umum ditanyakan. Sederhana saja, dimulai dengan mengakses situ-situs pengguna Blender dan Linux. DI Indonesia sudah tersedia komunitas Blender (www.blenderindonesia.org) yang berkembang dengan cukup besar. Selanjutnya, silakan berkomunitas dan mempelajari lebih banyak tutorial yang tersedia dalam video atau ebook. Tenang saja, 99% banyak yang menyediakan gratis. Anda bisa mengirim pertanyaan di PM atau email mereka. Berkawan dengan pengguna senior yang sudah berproses lebih dulu. Terakhir JUST DO IT!

Download Slide: http://www.slideshare.net/hizaro/animasi-open-source

©2010 hizaro.com Founder Blender Indonesia & aktifis animasi open source - kapten@blenderindonesia.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun