Kesehatan merupakan salah satu hak dasar yang fundamental bagi kelangsungan hidup manusia. Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR) menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan, kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya. Kesehatan penting karena merupakan dasar bagi kehidupan yang produktif dan berkualitas. Kesehatan yang baik memungkinkan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan. Kesehatan juga berpengaruh langsung pada kemampuan belajar, bekerja, dan berinteraksi sosial sehingga bisa berdampak pada peningkatan kualitas hidup individu. Ketika kita sakit, kita tidak bisa melakukan tugas dan kegiatan kita dengan optimal. Hal ini tentu bisa mengganggu produktivitas dan kualitas hidup manusia secara keseluruhan.
Kesehatan itu sendiri dibagi menjadi 3 aspek, yaitu kesehatan fisik, mental, dan sosial. Kesehatan fisik merupakan suatu kondisi dimana seluruh sistem organ tubuh manusia mampu menjalankan fungsinya dengan baik sehingga bisa beraktivitas dengan bugar dan tidak mengalami keluhan sakit. Kesehatan mental dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kondisi psikologis manusia bisa berfungsi dengan baik meskipun mengalami tekanan hidup normal pada berbagai situasi kehidupan. Seseorang dengan mental yang sehat mampu bekerja secara produktif dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Sedangkan kesehatan sosial adalah kemampuan/skill yang dimiliki seorang untuk mengembangkan kompetensi sosial perilaku dalam interaksi positif dengan orang lain untuk membentuk suatu hubungan yang aman. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain. Ketika salah satu aspek terganggu, aspek lainnya juga ikut terdampak.
Kesehatan fisik merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kesehatan manusia secara keseluruhan. Kesehatan fisik lebih berkaitan dengan kondisi tubuh/jasmani seseorang. Maka, jika kita ingin sehat secara fisik, setiap sistem organ yang ada dalam tubuh kita harus sehat juga. Kondisi kesehatan keseluruhan tubuh, termasuk organ, jaringan, dan sistem organ yang bekerja secara terintegrasi disebut kesehatan sistemik. Tanpa kesehatan sistemik, kesehatan fisik yang baik tidak bisa tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan fisik memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan sistemik.
Dalam mendeteksi kondisi kesehatan sistemik seseorang, salah satu indikator penting yang sering kita lupakan adalah kesehatan mulut. WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa hampir setengah populasi dunia menderita penyakit mulut (karies gigi dan penyakit periodontal) dan tidak mendapatkan penanganan. Penyakit periodontal kronis telah menyerang 10 persen populasi dunia, sedangkan karies gigi pada gigi susu menjangkiti kurang lebih 530 juta anak anak di seluruh dunia. Padahal, berbagai literatur menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara kondisi kesehatan mulut dengan penyakit yang menyerang kesehatan sistemik, seperti pneumonia, kanker paru paru, penyakit kardiovaskular, dan diabetes. Hal ini tentu saja menjadi sebuah masalah yang serius.
Bagaimana kesehatan gigi dan rongga mulut bisa memengaruhi kesehatan sistemik? Rongga mulut merupakan gerbang utama masuknya makanan ke dalam tubuh kita. Di dalam rongga mulut manusia, terdapat lebih dari 700 spesies bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Saliva (air liur) dan cairan krevikular gingiva tidak hanya memberikan lingkungan hangat dan lembab, namun juga nutrisi yang mendukung tumbuh kembang spesies mikroba oral dan inhibitor (penghambat pertumbuhan) spesies mikroba non oral. Terdapat simbiosis mutualisme yang terjadi antara manusia dan mikroba oral. Mikroba oral merangsang respon imun yang kuat yang melindungi kita dari mikroba patogen yang bisa menginfeksi dan menyebabkan penyakit. Namun, ketika seseorang memiliki kebersihan mulut yang buruk serta kebiasaan makan yang tidak sehat, simbiosis antara imun tubuh manusia dan mikroba oral dapat terganggu. Hal tersebut meningkatkan populasi bakteri/mikroba patogen dalam mulut dan menyebabkan berbagai penyakit mulut, seperti : karies gigi, infeksi ondodontik, gingivitis, periodontitis, dan tonsilitis. Apabila tidak ditangani dengan baik, mikroba patogen/bakteri tersebut dapat menyebar melalui pembuluh darah ke area tulang rahang, sinus, leher, bahkan dapat menyebabkan endokarditis, yaitu peradangan pada lapisan dalam jantung. Pada kasus yang lebih parah, seperti pada orang dengan kondisi imun lemah karena mengalami AIDS atau diabetes, bakteri dari infeksi mulut dapat masuk ke aliran darah dan menyebabkan infeksi menyebar ke seluruh tubuh, memicu terjadinya sepsis hingga kematian.
Mikroba dalam mulut yang tidak terkontrol merupakan salah satu penyebab utama infeksi pada paru paru. Pada kondisi normal, mikroba “baik” bersaing dengan mikroba patogen untuk mendapatkan nutrisi dalam mulut. Selain itu, mereka juga menghasilkan zat bakteriosin yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Akan tetapi, kebiasaan buruk seperti merokok, makan makanan yang mengandung banyak gula, dan kurang menjaga kebersihan mulut bisa menyebabkan terjadinya dysbiosis, yaitu ketidakseimbangan pada berbagai jenis organisme mikroskopis yang hidup di dalam mulut. Bakteri patogen yang pada awalnya populasinya terkendali bertambah populasi melebihi batas normal. Keadaan ini menyebabkan mulut rentan terserang infeksi bakteri patogen yang menyebabkan peradangan/inflamasi. Selain itu, bakteri patogen tersebut juga bisa masuk ke saluran pernapasan dan paru-paru. Berkumpulnya mikroba patogen ke paru paru tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan seperti pneumonia, COPD, asma, bahkan hingga kanker paru-paru. Di sisi lain, penyakit mulut dan pernapasan semakin memperparah dysbiosis mikrobioma mulut. Siklus tak berujung antara dysbiosis dan penyakit oral-pernapasan ini semakin memperburuk kondisi penyakit mulut dan paru paru.
mengingat betapa krusialnya kesehatan mulut terhadap kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia secara keseluruhan, penting bagi kita untuk periksa ke dokter gigi secara rutin. Ada beberapa alasan mengapa kita harus rutin ke dokter gigi :
1. Pencegahan Penyakit gigi dan Mulut
Dengan rutin periksa ke dokter gigi, kita bisa mencegah penyakit mulut yang mungkin bisa menjangkiti kita di kemudian hari. Pemeriksaan rutin memungkinkan dokter gigi mendeteksi masalah seperti gigi berlubang, penyakit gusi, atau infeksi pada tahap awal, sebelum menjadi lebih serius. Penyakit gusi, seperti gingivitis atau periodontitis, dapat menyebabkan kehilangan gigi jika tidak ditangani.
2. Mempertahankan Penampilan dan Kepercayaan Diri
Dokter gigi dapat membantu memperbaiki masalah estetika seperti gigi bernoda, tidak rata, atau berjejal, sehingga meningkatkan rasa percaya diri. Selain itu, jika kita rutin untuk membersihkan plak dan karang gigi ke dokter gigi, bau mulut kronis (halitosis) yang menjadi salah satu penyebab tidak percaya diri pada sebagian orang dapat teratasi. Hal tersebut tentu dapat meningkatkan kepercayaan diri kita.
3. Menghindari Biaya dan Masalah yang Lebih Besar
Seringkali karena penyakit gigi dan mulut terlambat dalam mendapatkan penanganan, hal ini menyebabkan perlunya perawatan yang lebih intens untuk mendapatkan kesembuhan. Perawatan yang intens tersebut tentu memerlukan biaya yang lebih besar mengingat usaha dan perawatan yang diberikan oleh dokter gigi cenderung lebih banyak dan rumit. Di sisi lain, Deteksi dini dan perawatan preventif jauh lebih murah dibandingkan biaya perawatan masalah yang sudah parah, seperti perawatan saluran akar atau pencabutan gigi. Hal ini menunjukkan bahwa rutin periksa ke dokter gigi dapat menyelamatkan kita dari biaya besar yang diperlukan untuk mengobati penyakit gigi dan mulut yang terlambat dalam penanganan
4. membantu mempertahankan kesehatan sistemik
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, masalah kesehatan mulut dapat memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Contohnya, infeksi di mulut dapat menyebar ke organ lain dan meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, atau stroke. Selain itu, kondisi kesehatan mulut yang buruk bisa menjadi salah satu pertanda untuk penyakit sistemik tertentu, seperti HIV. Dengan kita rutin ke dokter gigi, kita bisa menurunkan kemungkinan komplikasi yang terjadi akibat penyakit mulut dan melakukan deteksi dini tentang kemungkinan penyakit sistemik yang dapat menyerang tubuh kita.
Dokter gigi sebagai garda terdepan dalam penanganan penyakit gigi dan mulut tidak hanya bertugas untuk melakukan tindakan klinis terhadap pasien saja, namun juga ikut mengedukasi masyarakat. Kolaborasi antara tenaga kedokteran gigi, institusi kesehatan, universitas, dan pemerintah merupakan langkah yang harus ditempuh dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai masalah ini. Pemerintah bekerja sama dengan institusi kesehatan dan dokter gigi bisa memberikan edukasi kepada masyarakat umum melalui seminar, penyuluhan di sekolah, ataupun menggunakan media sosial. Selain itu, kerja sama dengan tenaga medis lain seperti dokter umum dan spesialis juga diperlukan terutama dalam mengedukasi masyarakat mengenai hubungan antara kesehatan gigi dan mulut dengan kesehatan sistemik.
Kesimpulannya, kesehatan mulut sangat erat kaitannya dengan kesehatan sistemik manusia. Oleh karena itu, pemeriksaan gigi secara rutin sangat penting. Selain untuk mencegah dan mendeteksi penyakit sistemik, rutin ke dokter gigi juga bermanfaat untuk menjaga penampilan dan rasa percaya diri, menghindari biaya tinggi akibat komplikasi, serta menunjang kesehatan secara keseluruhan. Dokter gigi tidak hanya berperan untuk melakukan prosedur klinis, tetapi juga berkolaborasi dengan institusi medis, pemerintah, universitas, dan pemangku kepentingan layanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan kesadaran ,masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Petersen, P. E., Bourgeois, D., Ogawa, H., Estupinan-Day, S., & Ndiaye, C. (2005). The global burden of oral diseases and risks to oral health. Bulletin of the world health organization, 83, 661-669.
Avila, M., Ojcius, D. M., & Yilmaz, Ö. (2009). The oral microbiota: living with a permanent guest. DNA and cell biology, 28(8), 405-411.
Ruby, J., & Barbeau, J. (2002). The buccale puzzle: The symbiotic nature of endogenous infections of the oral cavity. Canadian Journal of Infectious Diseases and Medical Microbiology, 13(1), 34-41.
Usuga-Vacca, M., Díaz-Báez, D., Beltrán, E. O., Cortes, A., Vargas-Sanchez, P. K., & Avila, V. (2024). Oral diseases and systemic conditions: correlation analyses from the Colombian national health records between 2016 and 2023. Frontiers in Oral Health, 5. https://doi.org/10.3389/froh.2024.1466427
Pathak, J. L., Yan, Y., Zhang, Q., Wang, L., & Ge, L. (2021). The role of oral microbiome in respiratory health and diseases. In Respiratory Medicine (Vol. 185). https://doi.org/10.1016/j.rmed.2021.106475
Hemalatha, D. M., Melath, A., Feroz, M., Subair, K., Mohandas, A., & Chandran, N. (2020). A survey on the awareness of interrelationship of periodontal disease and systemic health among Mahe population. Journal of Indian Society of Periodontology, 24(3), 271–275. https://doi.org/10.4103/jisp.jisp_286_19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H