Penerapan paradigma integrasi (Bayani, nurhani, irfani) dalam ilmu sosial humaniora cabang keilmuan Arsitektur
Integrasi ilmu adalah penyatuan yang harmonis antara nilai-nilai agama, khususnya Islam, dengan ilmu pengetahuan umum atau sains.
Arsitektur merupakan seni dan praktik perancangan serta pembangunan struktur bangunan. Dalam perspektif Islam, arsitektur mencerminkan perpaduan antara ekspresi budaya manusia dan bentuk pengabdian kepada Allah, yang menekankan harmoni antara manusia, lingkungan, dan Sang Pencipta. Arsitektur Islam juga menggambarkan kompleksitas hubungan geometris, hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang mendalam.Â
Epistemologi Bayani Qs Saba Ayat 13
Qs Saba Ayat 13 yang memiliki Arti "Mereka (para jin) selalu bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan kehendaknya. Di antaranya (membuat) gedung-gedung tinggi, patung-patung, piring-piring (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur. Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang banyak bersyukur."
Prinsip Bayani mengajarkan agar bangunan dirancang berdasarkan nilai-nilai Islam, seperti masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga mendukung kesalehan dan keimanan umat. Hal ini selaras dengan QS. Saba: 13, yang menggambarkan bangunan-bangunan tinggi dan ornamen-ornamen indah yang dibuat para jin untuk Nabi Sulaiman atas perintah Allah, menunjukkan keseimbangan antara keindahan dan tujuan spiritual. Â
Epistemologi Burhani
Paradigma Burhani menekankan pentingnya logika, nalar, dan ilmu pengetahuan dalam arsitektur. Sebagaimana Nabi Sulaiman menggunakan teknik canggih dan bantuan jin untuk menciptakan struktur besar dan fungsional, arsitektur modern juga mengadopsi teknologi, seperti desain kota pintar, untuk menciptakan bangunan yang efisien, fungsional, dan ramah lingkungan. sebagai contoh Menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup, seperti memanfaatkan rumah pintar agar lebih hemat energi atau memakai aplikasi pertanian modern untuk meningkatkan hasil panen tanpa merusak lingkungan. Teknologi digunakan sebagai alat untuk membuat hidup lebih efisien dan berkelanjutanÂ
Epistemologi Irfani
Paradigma Irfani memandang arsitektur sebagai saranaÂ
- untuk mencapai ketenangan batin
- mendekatkan diri kepada Allah
- menanamkan rasa syukur.Â
Dalam paradigma ini, bangunan tidak hanya difokuskan pada aspek fisik, tetapi juga pada nilai-nilai spiritual dan keberlanjutan, sehingga menghindari kesombongan dan pemborosan.Â
QS. Saba: 13 mengingatkan bahwa segala yang diciptakan hendaknya menjadi bentuk syukur kepada Allah, sebagaimana keluarga Daud diperintahkan untuk bekerja dalam rangka menunjukkan rasa syukur mereka. Prinsip ini relevan dalam arsitektur sebagai upaya menciptakan ruang-ruang yang mencerminkan keharmonisan spiritual, sosial, dan ekologis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H