Mohon tunggu...
Historypedia
Historypedia Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Kompasiana Historypedia

Akun Kompasiana Historypedia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemerdekaan Ditumpas di Semarang

25 Februari 2021   14:32 Diperbarui: 25 Februari 2021   15:33 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Unit RAPWI tersebut kemudian bekerja sama dengan pasukan Jepang untuk mengamankan puluhan ribu interniran di wilayah Semarang dan Ambarawa, dengan unit RAPWI Semarang di bawah komando Kapten Wishart¹⁰. Dengan kedatangan RAPWI, keamanan para interniran Sekutu juga jadi perhatian Jepang¹⁰.

Maka, mungkin demi menjaga ketenangan lokal, ketika BKR Semarang meminta senjata dari pihak Jepang, Mayor Jenderal Nakamura (komandan Jepang di Jawa Tengah) memberi izin pada garnisun Jepang di Semarang untuk menyerahkan ratusan senjata bagi pihak Indonesia¹⁰.

Sebelum melanjutkan, agaknya lebih tepat apabila kita bahas mengenai garnisun Jepang di Semarang, yaitu Kido Butai. Tak seperti asumsi awal oleh beberapa sejarawan, Kido Butai bukanlah pasukan elit¹⁰, melainkan hanyalah suatu batalyon pelatihan khusus² yang kebetulan turut ditugaskan menjaga Semarang. Unit tersebut sepertinya dinamakan Kido Butai sebab unit tersebut dipimpin oleh seorang perwira, Mayor Kido Shinichiro¹⁰.

Kembali ke Semarang, sebenarnya para pemuda sudah mulai merampas sejumlah senjata dari Jepang sejak akhir September¹¹, dengan jumlah yang cukup signifikan. Kido Butai sendiri tidak dilucuti, tapi sesuai dengan izin Nakamura yang telah disebutkan sebelumnya, Kido Butai pun menyerahkan 660–700 pucuk senapan bekas PETA kepada BKR dan pemuda Semarang pada tanggal 4 dan 5 Oktober¹⁰.

Sangat disesalkan bahwa para pemuda dan rakyat masih lapar senjata¹⁰. Maka, beberapa hari setelah mereka sukses merebut puluhan ribu amunisi senapan², para pemuda memaksa Kido agar Kido Butai dilucuti dan senjatanya diberikan kepada mereka¹⁰. Oleh karenanya, pada hari itu juga, tanggal 12 Oktober 1945, Kido pun pergi ke Magelang untuk membahas masalah ini dengan Mayjen Nakamura¹⁰.

Berlawanan dengan sikap Jepang sebelumnya, permintaan senjata kali ini ditolak Jepang¹⁰. Penolakan ini berdasar pada argumen Mayor Kido bahwa senjata Jepang tidak seharusnya diserahkan begitu saja¹⁰. Penyerahan senjata adalah hal yang tabu di mata militer Jepang sebab senjata mereka adalah kepunyaan sang Kaisar¹⁰.

Sebaliknya, senjata yang sebelumnya diserahkan Kido Butai merupakan senjata bekas PETA di Semarang¹⁰. PETA dan Heiho, yakni unit-unit militer Indonesia di bawah kendali Jepang, telah dilucuti dan dibubarkan pasukan Jepang tak lama setelah kekalahan Jepang¹². Senjata PETA sendiri berasal dari persenjataan KNIL, yaitu militer Hindia Belanda, yang dirampas Jepang; penyerahan senjata pada tanggal 4 dan 5 Oktober tersebut adalah penyerahan senjata bekas PETA, bukan Jepang¹⁰.

Berbekal argumen tersebut, Kido memaksa Mayjen Nakamura berpikir ulang¹⁰. Akhirnya, Nakamura meminta pendapat markas militer Jepang di Jakarta mengenai masalah penyerahan senjata Jepang ini¹⁰. Permintaan Nakamura pun segera dijawab; markas militer Jepang melarang adanya penyerahan senjata¹⁰. Larangan tersebut bahkan mengizinkan penggunaan kekuatan militer demi menghentikan perebutan senjata ini¹⁰.

Kido, agaknya puas dengan keputusan pimpinan Jepang di Jakarta², segera kembali ke Semarang¹⁰. Argumen Kido inilah yang menjadi alasan pribadi Kido dalam serangannya terhadap Semarang¹⁰. Pastinya, larangan penyerahan senjata memberikan izin yang dibutuhkan Kido¹⁰, dan ia juga khawatir pada nasib para interniran Sekutu yang terancam oleh para pemuda², tapi provokasi dari pihak pemudalah yang menjadi alasan utama mengapa Kido menyerang Semarang.

Sehari kemudian, pada tanggal 13, Mayjen Nakamura ditawan para pejuang Indonesia¹⁰. Malamnya, suatu rapat Angkatan Muda Republik Indonesia diadakan di Semarang, di mana mereka membulatkan tekad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia⁵.

Besoknya, AMRI bersama BKR menangkap baik orang-orang yang tertuduh NICA⁵ maupun para anggota RAPWI¹⁰. Mereka juga menangkap ratusan warga sipil Jepang dan sebagian dari orang-orang sipil ini lantas dipenjarakan di Penjara Bulu¹⁰. Eskalasi dan provokasi ini memperkuat niat Kido dalam merebut kembali Semarang; pada hari yang sama, ia merampungkan rencana Pertempuran Semarang¹⁰.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun