Mohon tunggu...
Rika Bandari
Rika Bandari Mohon Tunggu... -

Humble, sweet and faster learning.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tamasya ke Negeri Sang Mantan Terindah

26 April 2017   10:02 Diperbarui: 26 April 2017   20:00 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Menarilah dan terus tertawa

 Walau dunia tak seindah surga

 Bersyukurlah pada Yang Kuasa

 Hidup kita diduniaaaa……selamanyaaaa

Yup...bersyukur atas apa yang kita punya akan membuat kita kaya dan bahagia :).  

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Seperti biasa, setelah selesai berfoto, kami melanjutkan perjalanan menuju Museum Kata Andrea Hirata. Dalam perjalanan, Bang Taufik menunjukkan rumah tinggal Andrea Hirata sang penulis Novel Tetralogi Laskar Pelangi yang amat fenomenal, Novel Dwilogi Padang Bulan & Cinta Dalam Gelas, serta Novel Ayah.  Rumah tembok berwarna pink di sebelah kiri jalan yang amat sederhana. Tak jauh dari rumah pink tadi, tepatnya disebelah kanan jalan setelah persimpangan, terdapat bangunan unik dengan cat warna-warni ceria, itulah Museum Kata Andrea Hirata, yang terletak di Jl. Laskar Pelangi No.7, Desa Gantong, Belitung Timur. Museum kata ini didirikan pada awal 2010, dan merupakan museum sastra pertama dan satu-satunya di Indonesia.  Didirikan sebagai bentuk apresiasi yang besar terhadap karya sastra berjudul Laskar Pelangi yang banyak membuat perubahan di Pulau Belitung, novel yang mampu menginspirasi banyak orang melalui kisah-kisah yang dituturkannya. Kesuksesan Film Laskar Pelangi turut andil dalam kemajuan di sektor pariwisata Belitung sehingga Andrea Hirata-pun dinobatkan sebagai Pahlawan Pariwisata oleh masyarakat Belitung. Museum ini menyimpan berbagai macam literatur dari berbagai macam jenis karya sastra, seperti literatur musik, seni, anak, dan lain-lain.  Dan yang pasti, kita akan menemukan novel-novel karya Andrea Hirata yang juga merupakan kurator di Museum ini.  Dengan membayar idr 50,000 kita dapat masuk dan menikmati keunikan museum ini, serta mendapatkan Novel mengenai Lintang/Aling sebagai souvenirnya.   

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Karena bertugas sebagai TL, aku dipersilahkan masuk tanpa perlu membayar uang tiket, tapi tidak mendapatkan souvenirnya ;'(.  Tak apalah, bisa foto-foto didalampun sudah merupakan kebahagiaan tersendiri buat aku.  Sayang Ikal-nya sedang tak ada disana.  Setelah puas berkeliling dan berfoto, kami melanjutkan perjalanan ke kampung “Sang Penista”, satu lagi manusia fenomenal yang mampu mengumpulkan jutaan umat dalam satu tujuan.  Tidak salah jika Bang Taufik mengatakan bahwa Gantong adalah kampungnya orang sakti…hehehhe.  Tidak sampai 5 menit, kamipun sampai di Kampung Ahok, ramai sekali wisatawan disana.  Jalan raya didepan rumah kediaman orang tua pak Basuki Tjahaja Punama a.k.a Pak Ahok sudah terhalang oleh bis yang parkir tak menghalangi antusiasme para pengunjung untuk berfoto.  Mungkin kedepannya ada yang mengatur antrian berfoto agar tidak dimonopoli oleh satu group saja ya :). Menghindari hiruk pikuk, aku bejalan menuju warung disebelah galeri Ahok.  Menikmati pisang goreng hangat sambil bertanya mengenai Pak Ahok dan keluarga menurut Ibu penjaga warung.  Dari cerita si Ibu, aku menarik kesimpulan bahwa pak Ahok orang baik, itu sudah.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Selanjutnya kami bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju Restoran Fega di Kota Manggar untuk menikmati santap siang terakhir di Pulau Belitung.  Ditengah kota ada tugu 1001 warung kopi sesuai julukan kota Manggar.  Wow……ternyata bukan hanya julukan, tetapi benar-benar ada banyak sekali warung kopi disepanjang jalan kiri dan kanan dengan letaknya berdekatan.  Betul seperti yang diceritakan novel-novel Andrea Hirata, bahwasanya orang melayu Belitung gemar sekali berkumpul di warung kopi dan tak heran pula jika ikal mampu menceritakan detail hasil penelitiannya mengenai korelasi antara jenis kopi yang dipesan dengan kepribadian pemesannya :).  Diantara warung-warung kopi itu, ada TOKO SINAR HARAPAN, toko dimana awal mula ikal merasakan cinta pertamanya  kepada A Ling anak pemilik toko. 

Cinta yang dikejarnya sampai keujung dunia, yang membuatnya mampu menaklukan samudera, daratan Eropa, Afrika bahkan Rusia.  Cinta yang akhirnya tak dapat dipersatukan karena perbedaan :'(.  Akhirnya sampailah di Restoran Fega, restoran yang terletak ditepi danau. Yang membuat restoran ini menjadi unik, adanya dermaga ditepi danau dengan beberapa kapal kecil bersandar disampingnya. Menikmati makan siang sambil menikmati panorama adalah pasangan yang serasi.  Selesai makan siang, kami menuju Kedai Kopi Tong Djie, ngopi-ngopi cantik sebelum kembali ke Jakarta.

Jam 15.00 PM semua peserta tiba di Bandara. Bagasi sudah diurus oleh Bella Wisata, tinggal membagikan boarding pass untuk group Sriwijaya, dan sekali lagi pengumuman delay 1 jam.  Ya sudahlah, nikmati saja, toh tidak ada lagi yang bisa dilakukan.  Alhamdulillah, sekitar jam 19.00 sampai juga di Jakarta dengan selamat.

Sumber: https://isnanisa.wordpress.com
Sumber: https://isnanisa.wordpress.com
Terima kasih buat kesempatannya ya Pak Hans, jadi tambah deh kota di Indonesia yang sudah aku singgahi.

 Besok-besok ajak aku lagi yaaaa :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun