Mohon tunggu...
Rika Bandari
Rika Bandari Mohon Tunggu... -

Humble, sweet and faster learning.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tamasya ke Negeri Sang Mantan Terindah

26 April 2017   10:02 Diperbarui: 26 April 2017   20:00 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuan pertama hari ini adalah Pantai Tanjung Kelayang, salah satu pantai terbaik di Pulau Belitung.  Kelayang sendiri berasal dari nama salah satu jenis burung di pulau ini, terletak di Kecamatan Sijuk sekitar 27 kilometer dari Kota Tanjung Pandan.  Pantai Tanjung Kelayang memiliki laut yang berair jernih biru kehijauan, bergelombang tenang dengan pasir pantai yang putih dan halus.  Jika cuaca cerah, dimulai dari pantai ini kami akan berkeliling ke 5 pulau menggunakan perahu kayu tradisional.   Kurang lebih 30 menit, akhirnya rombongan kami sampai di Pantai Tanjung Kelayang, disambut teriknya matahari, para peserta berhamburan mencari spot yang pas untuk berfoto, ada juga yang langsung menuju tempat penjual topi pantai.  Saatnya menuju kapal, setelah semua peserta memakai pelampung, mereka segera menaiki 3 kapal yang sudah disediakan untuk rombongan kami. Aku naik kapal yang penumpangnya hanya 10 orang.  Pak Hans dan Bang Obi di perahu 222, Bang Taufik di perahu Asahan.

Dok.pribadi
Dok.pribadi

Persinggahan pertama kami adalah Pulau Batu Burung Garuda yang terletak tepat diseberang Pantai Tanjung Kelayang.  Pulau ini terdiri dari tumpukan batu granit raksasa yang membentuk formasi kepala burung.  Kenapa yang dipilih burung garuda ? Karena kalau burung pipit kekecilan, sedangkan garuda melambangkan kegagahan, itu kata Bang Obi…wkwkkwk, Bang Obi bisa aja :V.  

Dok.pribadi
Dok.pribadi

Setelah puas memotret dari berbagai sudut,  kapal segera berangkat menuju Pulau Lengkuas.  Perjalanan ke Pulau Lengkuas akan memakan waktu setengah jam.  Sejauh ini cuaca masih cerah, matahari semakin menyengat.  Pulau Lengkuas, salah satu primadona wisata di Pulau Belitung.  Daya tarik utama pulau ini adalah mercusuar tua yang dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1882.  Sampai saat ini mercusuar masih berfungsi dengan baik sebagai penuntun lalu lintas kapal yang melewati ataupun keluar-masuk Pulau Belitung.  Dari atasnya kita akan dapat menikmati indahnya pemandangan pantai-pantai di Belitung dengan batuan magnit raksasanya.  Di Pulau ini kami juga berencana melakukan snorkeling menikmati pemandangan bawah laut Pulau Lengkuas.  Sesampainya di Pulau lengkuas para peserta berpencar, ada yang menaiki mercusuar, ada yang langsung mencari spot foto yang instagramable, ada pula yang hanya duduk-duduk santai sambil menikmati minuman ataupun makanan ringan di warung yang ada di Pulau tersebut. 20 menit waktu yang kami berikan dimanfaatkan dengan baik oleh para peserta sebelum kembali ke kapal untuk menuju spot snorkeling terbaik disekitar Pulau Lengkuas.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
       

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Setelah puas menikmati alam bawah laut di Pulau Lengkuas, para peserta bersiap menuju Pulau Kepayang untuk makan siang.  Setelah makan siang bersiap-siap untuk mengunjungi Pulau Pasir, yang sebenarnya bukan sebuah pulau.  Tempat ini hanya sebuah gosong alias tumpukan daratan yang terdiri atas pasir yang membentuk pulau saat air laut surut yang luasnya tidak lebih dari setengah lapangan bola.  Saat air laut pasang hampir seluruh daratan tenggelam dibawah laut.  Melanjutkan perjalanan menuju Pulau Batu Berlayar.  Mengapa disebut demikian ? Karena pada saat air laut pasang, dua buah batu granit yang berdiri vertikal dengan ketinggian 10 M di Pulau tersebut tampak seperti layar yang terbentang :). Setelah foto-foto sebentar, kami bersiap-siap kembali ke Pantai Tanjung Kelayang untuk menuju Pantai berikutnya.  Sesampainya di Pantai Tanjung Kelayang, peserta yang belum sempat membersihkan diri di Pulau Kepayang, segera menuju kamar mandi.  Ada yang melanjutkan foto-foto, dan ada juga yang langsung menuju bis.  Setelah semua peserta lengkap, bis segera meninggalkan Pantai Tanjung Kelayang menuju Pantai Tanjung Tinggi yang sangat terkenal itu.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Tanjung Tinggi diapit oleh dua semenanjung, yaitu Tanjung Kelayang dan Tanjung Pendam.  Nama Tanjung Tinggi berasal dari kata Tanjung yang artinya semenanjung dan Tinggi yang artinya pantai yang memiliki batu yang sangat tinggi.  Letaknya tidak jauh dari Pantai Tanjung Kelayang, kurang lebih 15 menit perjalanan menggunakan bus atau sekitar 31 Km dari Kota Tanjung Pandan.  Pantai ini memiliki luas 80 hektar, berpasir putih halus khas Pulau Belitung dan terdapat ratusan batu granit besar yang tersebar dikedua semenanjung dan juga dilaut didepan pantainya.  Ukuran batu-batu granit berusia ratusan juta tahun ini mulai dari beberapa kubik sampai ratusan kubik lebih besar dari ukuran sebuah rumah (sumber wikipedia).

Satu lagi alasan para wisatawan mengunjungi pantai ini adalah, merupakan salah satu lokasi syuting film Laskar Pelangi yang disutradarai Riri Riza yang diangkat dari Novel Laskar Pelangi yang fenomenal yang telah diterjemahkan kedalam banyak bahasa asing karya Andrea Hirata.  Perjalanan menuju pantai ini seperti perjalanan-perjalanan sebelumnya, lancar dan tanpa macet.  Berdasarkan informasi dari Bang Obi, transportasi umum kurang populer di Pulau Belitung, sehingga sampai saat ini hanya ada 6 unit taksi dan beberapa angkot yang dipakai untuk angkutan barang.  Sedangkan masyarakat di Pulau ini lebih memilih memakai kendaraan pribadi seperti mobil, motor ataupun sepeda.  Kurang lebih setengah jam para peserta diberikan waktu untuk mengeksplor Pantai Tanjung Tinggi. 

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Setelah puas mengabadikan keindahan Pantai Tanjung Tinggi, kami berangkat menuju Grago Point untuk menikmati pisang goreng, singkong dan empek-empek singkong khas Belitung ditemani secangkir kopi.  Tidak berlama-lama ditempat ini, kami berangkat lagi menuju pusat oleh-oleh Pondok Klapa.  Tepat jam 17.00 waktu Belitung, berdasarkan kesepakatan bersama, kami kembali ke Hotel untuk membersihkan diri dan beristirahat sejenak sebelum menikmati makan malam di Raja Seafood pukul 20.00 malam nanti.  Makan malam diiringi lagu-lagu lawas dan pembagian doorprize, para peserta terlihat bahagia.  Makan malam ini  ditutup dengan menyanyikan lagu KEMESRAAN bersama-sama.  Ada rasa hangat mengalir di dada ini melihat kebahagiaan mereka.  Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 saat kami tiba di hotel.  Menuju ke kamar masing-masing.  Lelah itu pasti, tapi rasa bahagia yang lebih terasa.  Saking lelahnya, gak sanggup lagi bicara walau untuk sekedar basa-basi ke Pak Hans.  Udah aaaah, bobo duluan ya Pak Hans, biar besok semangat lagi nemenin para peserta bertamasya.

26 Maret 2017

Seperti hari kemarin, jam 04.00 subuh aku sudah terbangun dan Pak Hans masih di alam mimpi.  Dikarenakan ini hari terakhir, aku membereskan semua perlengkapan jangan sampai ada yang tertinggal.  Menyelesaikan sarapan pagi ini lebih cepat, karena harus mengurus bagasi para peserta agar tidak ada yang tertukar ataupun tertinggal.  Setelah urusan bagasi selesai, cek out hotel pun selesai, kami segera menuju bus yang telah siap mengantar kami ke kota 1001 warung kopi alias Kota Manggar, Ibukota kabupaten Belitung Timur.  Hari ini aku ikut Bus—nya Bang Taufik.  Seperti biasa, Bang Taufik memberitahukan kembali rencana perjalanan hari ini.  Kami akan mengunjungi replika SD Muhammadiyah Gantong, SD tertua di desa Gantong bahkan di Pulau Belitung, Museum Kata Andrea Hirata dan Kampung Ahok.  Perjalanan menuju Desa Gantong kurang lebih 1 jam 30 menit menggunakan Bus dari Kota Tanjung Pandan. Perjalanan sama lancarnya seperti hari kemarin, jalanan pun sepi, kami melalui perkebunan kelapa sawit, padang rumput yang luas.  Agar perjalanan tidak membosankan, Bang Taufik memutar film Laskar Pelangi.  Menonton film Laskar Pelangi di Bumi Laskar Pelangi, ada rasa haru yang membuncah, terlebih saat melihat Lintang si Jenius, tak terasa air mata mengalir, membayangkan perjuangan dan semangatnya untuk bersekolah dan akhirnya harus kandas karena nyawa Ayah tercintanya-Lelaki Cemara Angin-direnggut ganasnya lautan dan Lintang harus menggantikan Beliau menjadi tulang punggung menafkahi 13 orang yang tersisa dalam keluarganya.  Dapat merasakan perjuangan ayah juara satu sedunia yang begitu bersemangat mengambil rapot Ikal dan Arai saat bersekolah di SMA Tanjung Pandan dengan mengendarai sepeda melalui jalan panjang yang seakan tiada bertepi.  Setelah satu setengah jam, sampailah kami di Replika SD Laskar Pelangi.  Turun dari Bus, kami harus berjalan kaki sebentar menuju bangunan SD Muhammadiyah Gantong, sayup-sayup kami mendengar anak-anak kecil menyanyikan lagu tema film Laskar Pelangi disalah satu ruang kelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun