Mohon tunggu...
Hisam Sidqi
Hisam Sidqi Mohon Tunggu... Seniman - membaca

Minoritas Pilihan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

War Lailatul Qadar di Kota Qom Iran

10 April 2024   15:01 Diperbarui: 10 April 2024   21:34 1800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada sebuah pepatah yang mungkin tidak asing bagi kita "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung", namun ada sedikit revisi suka-suka oleh sebagian orang madura sehingga menjadi "di mana bumi dipijak, di situ ada orang Madura". Terdengar aneh namun mungkin ini akan mendakati kenyataan, bahwa di mana pun akan ada orang Madura terlebih di Iran, Negeri para Mullah.

Kota Qom adalah salah satu provinsi sekaligus menjadi kota di Iran, Qom merupakan kota yang dianggap suci oleh muslim syiah, karena terdapat situs makam Sayyidah Fatimah Masumeh binti Musa. Fatima Masumeh adalah saudara perempuan dari 12 Imam Syiah kedelapan, Imam Rida (bahasa Persia menyebutnya Imam Reza). Dalam islam syiah, wanita sering dihormati sebagai orang suci terlebih jika mereka adalah kerabat dekat salah satu dari 12 Imam Syiah.

Oleh karena itu, Fatimah Masumeh dihormati sebagai orang suci, yang di makamkan di Qom, sehingga dianggap sebagai salah satu makam syiah penting di Iran. Setiap tahun, ribuan muslim syiah melakukan perjalanan ke Qom untuk melakukan ziarah dan ibadah lainnya juga sebagai bentuk penghormatan kepadanya karena beliau salah satu keluarga dari Ahlul Bayt atau Imam Reza menurut muslim syiah.

Sunni di Tengah Kota Syiah

Pepatah diatas tentang "di mana bumi dipijak, di situ ada orang Madura" mungkin cocok untuk disematkan kepada mahasiswa asal Madura ini. Menambahkan diri menjadi salah satu bagian dari populasi mahasiswa asal Madura di Iran setelah beberapa sudah ada sebelum kami. Saya dan teman saya yang sama-sama dari Madura sudah satu bulan lebih di Iran untuk melanjutkan pendidikan S2 dan merupakan alumni S1 dari salah satu kampus di Surabaya dan Palembang.

Muslim syiah di Iran sangat toleran terhadap saya dan teman-teman yang sunni ini. Kami pernah melaksanakan shalat di pelbagai masjid dan makam suci mereka. Salah satunya makam Fatimah Masumeh di kota Qom, di mana saat itu bertepatan dengan 10 hari terakhir di bulan Ramadan dan juga malam ganjil yaitu malam Lailatul Qadar seperti yang disampaikan dalam hadis Nabi "carilah malam Lailatul Qadar pada 10 hari malam ganjil di bulan Ramadan".

Saya dan tiga teman yang tergabung dalam organisasi IPI (Ikatan Pelajar Indonesia) Iran berangkat menuju kota Qom, menaiki kereta api dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam dari kota Tehran, Provinsi Teheran Iran. Melewati perbukitan dan gurun yang gersang. Untungnya kita tidak berhenti di tengah gurun, sebab jika berhenti, selain kesulitan akan bantuan karena jauh dari permukiman, kita yang dari indonesia ini mungkin disebut kadrun (kadal gurun) karena menikmati destinasi wisata gurun ala-ala orang Timur Tengah meskipun hidung tidak semancung mereka.

Qom Kota Suci dengan Ribuan Jamaah

Mendakati Magrib kami sampai di kota Qom, tampak bangunan gedung yang megah namun bernuansa artistik ala Timur Tengah, bak perpaduan antara bangunan klasik dan modern. Sebelum menuju masjid untuk berburu Lailatur Qadar, kami war takjil sambil lalu menunggu Magrib -Indonesia menyebutnya ngabuburit- untuk membatalkan puasa.

Magrib tiba kami membatalkan puasa dan melanjutkan shalat Magrib dan Isya serta shalat  Tarawih di masjid atau makam Fatimah Masumeh. Mungkin aneh bagi muslim syiah jika kami seorang sunni ini shalat di tengah-tengah mereka karena cara shalat sunni sedikit berbeda dengan shalat mereka. Namun mereka tetap toleransi, toh sesama muslim hanya cara menuju tujuan saja yang berbeda, sehingga kami tetap khusyuk saat melaksanakan shalat tersebut.

Saat itu kurang lebih sudah ada ribuan jamaah muslim syiah yang sedang mempersiapkan diri untuk ibadah. Dari situlah kami mulai war Lailatul Qadar guna mendapatkan pahala dan kebaikan. Bayangkan hanya 1 malam saja bisa menandingi dan lebih baik dari pada 1000 bulan, tidak percaya, coba saja perhatikan di QS. Al Qadr ayat 3. Bahkan ada yang mengatakan pada malam Lailatul Qadar, bumi ini akan menjadi sempit karena saking banyaknya malaikat yang turun untuk mengatur segala urusan di bumi.

Semakin malam jamaah semakin memadati masjid. Mereka berbondong-bondog mengisi sela-sela serambi dan halaman masjid hingga ke jalan umum untuk mendapatkan malam mulia, malam Lailatul Qadar dengan suhu udara sekitar 7 C. Jika diperhatikan masjid atau makam Fatimah Masumeh mungkin lebih besar dari pada Masjid Nasional Al Akbar Surabaya atau Jakarta Islamic Center.

Mereka bermunajat dengan membaca Al Quran, sholawat dan melantunkan Asma-Asma Allah. Kami perhatikan dengan baik saat mereka melangitkan doa-doa mereka dengan membaca kitab Mafatihul Jinan (kunci-kunci surga) sebuah kitab yang menghimpun secara umum doa-doa, hikayat dan hadis Nabi serta ayat-ayat Al Quran, sehingga menjadi kitab penting bagi kalangan muslim syiah yang ditulis oleh Syekh Abbas Al Qummi.

Pada saat baca kitab tersebut suasana menjadi pecah, banyak kalangan muslim syiah yang tidak bisa membendung tangis. Begitu pula kami, mengakui bahwa kami adalah hamba lemah yang banyak dosa. Semoga pada malam itu kami bertepatan dengan malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Semoga Allah mengampuni segala dosa yang pernah kami perbuat.

Kegiatan malam Lailaitul Qadar di Qom diakhri dengan ceramah, doa dan barbaiat kepada Imam Mahdi dengan bahasa Persia. Jangan ditanya, tentu saya belum memahami bahasa mereka karena saya masih baru 1 bulan belajar bahasa Persia. Setelah itu kami melanjutkan war sahur sebelum memasuki waktu imsak dan adzan subuh hingga melanjutkan pulang ke tempat tinggal kami di kota Tehran, Provinsi Teheran Iran.

(Hisam Sidqi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun