Mohon tunggu...
Hisam Sidqi
Hisam Sidqi Mohon Tunggu... Seniman - membaca

Minoritas Pilihan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

War Lailatul Qadar di Kota Qom Iran

10 April 2024   15:01 Diperbarui: 10 April 2024   21:34 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu kurang lebih sudah ada ribuan jamaah muslim syiah yang sedang mempersiapkan diri untuk ibadah. Dari situlah kami mulai war Lailatul Qadar guna mendapatkan pahala dan kebaikan. Bayangkan hanya 1 malam saja bisa menandingi dan lebih baik dari pada 1000 bulan, tidak percaya, coba saja perhatikan di QS. Al Qadr ayat 3. Bahkan ada yang mengatakan pada malam Lailatul Qadar, bumi ini akan menjadi sempit karena saking banyaknya malaikat yang turun untuk mengatur segala urusan di bumi.

Semakin malam jamaah semakin memadati masjid. Mereka berbondong-bondog mengisi sela-sela serambi dan halaman masjid hingga ke jalan umum untuk mendapatkan malam mulia, malam Lailatul Qadar dengan suhu udara sekitar 7 C. Jika diperhatikan masjid atau makam Fatimah Masumeh mungkin lebih besar dari pada Masjid Nasional Al Akbar Surabaya atau Jakarta Islamic Center.

Mereka bermunajat dengan membaca Al Quran, sholawat dan melantunkan Asma-Asma Allah. Kami perhatikan dengan baik saat mereka melangitkan doa-doa mereka dengan membaca kitab Mafatihul Jinan (kunci-kunci surga) sebuah kitab yang menghimpun secara umum doa-doa, hikayat dan hadis Nabi serta ayat-ayat Al Quran, sehingga menjadi kitab penting bagi kalangan muslim syiah yang ditulis oleh Syekh Abbas Al Qummi.

Pada saat baca kitab tersebut suasana menjadi pecah, banyak kalangan muslim syiah yang tidak bisa membendung tangis. Begitu pula kami, mengakui bahwa kami adalah hamba lemah yang banyak dosa. Semoga pada malam itu kami bertepatan dengan malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Semoga Allah mengampuni segala dosa yang pernah kami perbuat.

Kegiatan malam Lailaitul Qadar di Qom diakhri dengan ceramah, doa dan barbaiat kepada Imam Mahdi dengan bahasa Persia. Jangan ditanya, tentu saya belum memahami bahasa mereka karena saya masih baru 1 bulan belajar bahasa Persia. Setelah itu kami melanjutkan war sahur sebelum memasuki waktu imsak dan adzan subuh hingga melanjutkan pulang ke tempat tinggal kami di kota Tehran, Provinsi Teheran Iran.

(Hisam Sidqi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun