Dalam beberapa kasus, sedimentasi ini dapat membentuk garis pantai baru atau memperluas pantai yang sudah ada.
Proses sedimentasi ini sering terlihat di daerah muara sungai, di mana aliran sungai membawa sedimen ke laut. Ketika aliran air sungai melambat dan bertemu dengan air laut, material yang dibawa akan mengendap dan membentuk delta atau pantai baru.Â
Delta Nil di Mesir adalah salah satu contoh terkenal dari proses sedimentasi yang membentuk garis pantai yang luas dan subur.
Namun, sedimentasi tidak selalu terjadi di satu tempat. Dinamika fluida menyebabkan material pantai terus bergerak sepanjang garis pantai melalui arus pantai (longshore current). Arus ini mengalir sejajar dengan garis pantai dan mengangkut sedimen dari satu tempat ke tempat lain, yang dapat memperpanjang atau mengubah bentuk garis pantai.
3. Perubahan Iklim dan Peningkatan Permukaan Laut
Perubahan iklim global juga mempengaruhi dinamika fluida di laut dan berdampak langsung pada garis pantai. Peningkatan suhu bumi akibat pemanasan global menyebabkan mencairnya es di kutub, yang berkontribusi pada peningkatan permukaan laut.Â
Ketika permukaan laut naik, wilayah pesisir yang lebih rendah menjadi lebih rentan terhadap banjir, yang dapat menyebabkan hilangnya daratan secara signifikan.
Selain itu, peningkatan suhu air laut dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas badai tropis, seperti siklon atau badai tropis, yang membawa gelombang besar dan angin kencang.Â
Fenomena ini mempercepat erosi pantai dan merusak ekosistem serta infrastruktur di daerah pesisir. Dengan demikian, perubahan iklim mempercepat perubahan garis pantai melalui dinamika fluida yang lebih intens.
4. Pentingnya Manajemen Pesisir
Dinamika fluida yang mempengaruhi perubahan garis pantai membawa tantangan besar bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Oleh karena itu, manajemen pesisir yang efektif sangat penting untuk mengurangi dampak negatif dari erosi dan sedimentasi.Â