Jenis buaya yang ada di Taman Buaya ini yaitu dari jenis buaya Sumatra, Kalimantan, Papua dan juga terdapat buaya buntung dan buaya putih (albino). Buaya-buaya ini menempati 4-5 kolam yang tiap kolamnya dapat menampung sekitar 100 buaya. Ketika kami sampai, kebetulan sekali buaya-buaya ini baru saja diberi makan. Menurut Pak Warsidi, sekali makan buaya ini membutuhkan 8-9 ekor ayam per buaya. Bisa dibayangkan berapa dana yang dibutuhkan untuk membeli pakan buaya-buaya ini yang sayangnya karena akibat pandemi buaya-buaya ini diberi makan seminggu 2 kali. Sementara dana yang dibutuhkan hanya mengandalkan pemasukan dari tiket yang dibeli pengunjung dan terkadang juga dari donatur.
Pantes saja, ketika kami mulai masuk ke dalam Taman Buaya ini, bau anyir, amis tercium yang ternyata bekas memotong sapi untuk pakan buaya. Selain itu juga banyak bangunan yang harusnya sebagai tempat atraksi terlihat tidak terawat dan juga banyak lumut yang bikin licin. Selain kolam tempat buaya, di Taman Buaya ini juga tersedia taman bermain dengan fasilitas ayunan yang juga terlihat kurang perawatan.Â
Mungkin kedepannya diperlukan kerja sama dengan pemerintah setempat khususnya Dinas Pariwisata agar Taman Buaya ini mendapat perawatan yang layak terutama untuk para buaya-buayanya dan juga petugas yang minim sekali hingga kerepotan karena harus mengurusi buaya yang ratusan jumlahnya.
Sungguh kunjungan yang mengesankan bersama jelajah Click, sayangnya waktu semakin sore Taman Buaya harus segera menutup tempatnya dan kami harus kembali menuju stasiun Cikarang untuk kembali ke rumah masing-masing. Terima kasih Click untuk jelajah Cikarang hari itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H