Ada banyak kolaborasi seni yang dilakukan para seniman kita dengan seniman dari luar negeri. Silang seni budaya ini sebagai salah satu langkah berbagi pengalaman dan juga pemahaman akan seni budaya yang berbeda. Ini juga yang dilakukan Sacred Bridge Foundation yang kemarin (10/01) meluncurkan klinik silang budaya bertajuk Intra-Chromatic di Museum Nasional, Jakarta.Â
Intra-Chromatic adalah klinik silang-budaya dengan memanfaatkan musik, tari/gerak, dan seni visual sebagai kendaraan untuk meningkatkan praktek pemahaman, toleransi, dan rasa hormat di dalam masyarakat. Sacred Bridge Foundation, berupaya menjaga akar musik dan tradisi budaya dari dalam dan luar Indonesia.
Sebagai organisasi swasta nirlaba budaya pertama di Indonesia yang diakui oleh UNESCO, Sacred Bridge Foundation  berharap dapat mewujudkan harmonisasi antara manusia dan alam. Melalui budaya yang dapat dijadikan sebagai mata uang, Sacred Bridge mencoba membuka jalan dengan cara menjembatani tidak hanya masa lalu dan masa sekarang, tapi juga antara cara berpikir dan berperilaku tradisional-modern- kontemporer. Melalui integrasi inilah pemahaman yang lebih mendalam dan jernih antar generasi, etnis, dan gender bisa terjadi.Â
Dalam peluncuran Intra-Chromatic dijelaskan oleh Boo-Boo Sianturi selaku Ketua Sacred Bridge Foundation bahwa, "Seni bukan sekedar bidang untuk mempelajari atau memperdalam keartistikan, tetapi juga medium yang tepat untuk mengasah kepekaan nurani, kemampuan berpikir, mengkritik diri, dan tentu menerobos batasan/halangan. Intra-Chromatic adalah sebuah upaya berkelanjutan Sacred Bridge Foundation dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya saling memahami, bertoleransi dan menghormati."
Program klinik silang budaya ini memfasilitasi pameran hidup para seniman dari berbagai daerah di Indonesia yang telah melalui kurasi sebelumnya. Selain itu juga bekerja sama dengan seniman asal Swedia, duo Jonas Liverod dan Tobias Bradford sebagai fasilitator klinik disamping seniman lokal seperti Marzuki Hasan, I Nyoman Astita, Hasanudin dan Maya Tamara. Bentuk kontribusi seperti inilah yang menjadi upaya Sacred Bridge dalam membangun hubungan yang saling memperkaya antara Indonesia khususnya Nusa Tenggara Barat dan Swedia melalui kerjasama dengan Konstmuseet (Skvde Art Museum).
Sebagai perupa asli Sumbawa, Maya Tatum tumbuh besar dengan budaya Sumbawa dan kini makin berkembang pustaka seni budayanya dengan lingkungan Nordic sejak menetap di Swedia tahun 2010. Dengan lingkungan yang sangat multikultural ini berdampak pada pandangannya dalam menyikapi keberagaman baik dari kesehariaan maupun dalam hal berkesenian. Di pameran Intra-Chromatic ini Maya merasa senang, bangga sekaligus juga deg-degan akan pengalamannya melakukan klinik silang budaya ini.