Menara Syahbandar juga berfungsi sebagai kantor pabean tempat mengumpulkan pajak atas barang-barang yang dibongkar di pelabuhan Sunda Kelapa (sekarang Tanjung Priok).
Dibangun sejak tahun 1839, bangunan yang telah berumur hampir 200 tahun ini semakin miring keberadaannya akibat kontur tanah dan juga kendaraan-kendaraan berat yang melintas yang mengakibatkan tanah di sekitar bangunan menjadi miring.Â
Itulah sebabnya Menara Syahbandar ini juga dikenal dengan julukan Menara Miring atau Menara Goyang karena terasa bergoyang ketika ada kendaraan yang melintas.Â
Pantas saja ketika saya menaiki bangunan yang berlantai 5 setinggi 12 meter ini kepala saya terasa pusing dan condong miring. Namun effort menaiki bangunan Menara Syahbandar ini terbalas dengan pemandangan dari atas yang sungguh indah dengan kerlip-kerlip lampu dan pemandangan laut di malam hari.
Menara Syahbandar pada jaman pemerintahan Belanda menjadi titik Nol Kilometer Batavia, kalo sekarang titik nol nya berada di Monas. Menariknya lagi di bagian bawah Menara Syahbandar terdapat semacam ruangan pengasingan dan juga perlindungan berupa ruangan kecil yang konon terdapat lorong yang tembus ke Museum Fatahilah atau Stadhuis hingga Mesjid Istiqlal, namun sekarang ditutup untuk umum.Â
Di area Menara Syahbandar sendiri terdapat 2 gedung lain yang berada di depan dan di samping menara yang kini berfungsi sebagai tempat prasasti, koleksi foto dan sejarah berdirinya Menara Syahbandar.