Mohon tunggu...
Hiqma Nur Agustina
Hiqma Nur Agustina Mohon Tunggu... Dosen - Penulis, dosen, peneliti, penikmat sastra, dan traveler

Penulis adalah staf pengajar di English Department, Politeknik Negeri Malang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Gunakan Standar Manusia dalam Melihat Masalah

11 Januari 2023   08:22 Diperbarui: 11 Januari 2023   08:41 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada manusia yang tidak dilanda konflik dan masalah. Semua itu akan datang dan pergi seperti tamu yang tidak diundang. Ketika dilanda ujian, manusia kerap merasa tidak beruntung, merana, dan terus berpikir kenapa itu semua dia yang mengalami. 

Menimpakan kesalahan pada diri sendiri malah semakin menjerumuskan diri untuk menjadi manusia yang tidak pernah bersyukur. Di saat ditimpa ujian, sebaiknya kita melihat orang lain yang diuji dengan beban kesulitan yang jauh lebih tinggi tingkatannya. Bukan, malah sebaliknya, merutuki nasib, menyalahkan diri sendiri atau yang lebih parah menyalahkan orang lain sebagai penyebab terjadinya kesulitan dan masalah.

Kadang ujian yang Tuhan berikan itu bermaksud agar kita kembali mengingat kepada-Nya. Sifat manusia yang cenderung melupakan Tuhan tatkala sedang senang membuat Tuhan mencoba memberikan pengingat, "Duhai manusia, ingatlah kembali kepada-Ku." Itulah yang kerap terjadi.

Di suatu masa, saya pun pernah merasa di titik mengikhlaskan atas segala ikhtiar yang pernah saya coba dan lakukan. Berulang kali melakukan ikhtiar, dan belum juga mendapat hasil. Sehingga, saya pun merelakan bahwa tidak setiap keinginan dan impian selalu terwujud menjadi kenyataan yang indah. 

Hingga saat hati dan lisan saya bersinergi, "Bismillah...Aku ikhlas atas segala ketetapan terbaik-Mu, Ya Robb." Tak berapa lama Allah Subhannahuwata'ala kabulkan. Dari situ saya semakin yakin bahwa sebenarnya Tuhan Yang Maha Kuasa menguji manusia dengan berbagai cara, jenis persoalan, untuk melihat seberapa tabah, kuat, ikhlas, dan banyak ikhtiar yang dilakukan.

Allah Maha Melihat segala ikhtiar yang dilakukan manusia, termasuk tujuan dan hakikat dari keinginan yang diupayakan bermuara pada kebaikan atau keburukan kah? Sebagai pencipta alam semesta beserta segala isinya tentu termasuk manusia sebenarnya kita hanya perlu melakukan tiga hal: berusaha semaksimal mungkin, bersyukur setiap waktu, dan ikhlas tanpa batas.

1. Berusaha maksimal

Mari kita mencoba melakukan refleksi. Berapa banyak dari kita yang sudah berusaha maksimal dalam mewujudkan mimpi besar dan cita-cita? Sudahkah Anda belajar banyak hal yang dapat meningkatkan skill dan kemampuan? Sudahkan Anda mengedepankan berpikir, bertindak, dan berbicara positif apabila bertemu dengan orang baru? Atau sudah mampukah Anda melihat orang lain dari kacamata positif semata? Bila jawabannya banyak yang belum, berarti ikhtiar maksimal belum cukup Anda lakukan.

Tidak mudah melakukan praktik di saat orang lebih banyak berteori dan beretorika. Namun, bila diri kita sendiri yang memiliki tekad untuk berubah menjadi insan yang lebih baik, tidak ada yang tidak mungkin bukan?

2. Bersyukur setiap waktu

Suatu hari saat kita mendapat kebahagiaan entah karena promosi jabatan, mampu membeli mobil baru, sudah bisa melunasi cicilan rumah, atau mungkin hal yang sepele seperti mendapat oleh-oleh dari rekan kerja atau tetangga yang baru saja pulang dari bepergian. Tak henti kita berucap...Alhamdulilah, dapat rezeki hari ini. Alhamdulilah...Tuhan Maha Baik sehingga aku dapat hal yang menyenangkan hari ini. Itu terjadi saat hari ini kita mendapat kesenangan. 

Bagaimana bila minggu berikutnya tiba-tiba mendapat musibah atau kesialan. Misal: ditipu oleh Online Shop dan mengalami kerugian dalam jumlah besar atau Anda ditinggalkan oleh rekan kerja hanya karena berbeda pendapat. Bagaimana respon Anda menghadapinya? Mungkin bisa seharian kita berkeluh-kesah dan mengumpat bagaimana itu bisa terjadi. Ini yang sering dilupakan bahwa kesenangan dan kesedihan akan datang silih berganti dalam kehidupan kita. 

Kehidupan itu ibarat roda yang akan terus berputar sampai nafas kita berhenti. Dari sini, kita perlu menetapkan hati bahwa saat sedih dan gembira, bersyukur kepada Tuhan Sang Maha Kuasa harus tetap konsisten dilakukan. Tanpa syarat, tanpa kata tapi.

3. Ikhlas tanpa batas

Memaknai ikhlas sebagai rahasia Allah yang ditempatkan di hati setiap hamba-hamba yang dicintai-Nya. Berbuat ikhlas tanpa mengharap imbalan dan pujian. Mampu merendahkan ego serendah-rendahnya sehingga sanggup menerima segala bentuk ujian yang datangnya dari Allah Subhannahuwata'ala semata. 

Tidak mudah menjadi manusia yang bisa ikhlas atas segala hal yang diterima. Lupakan segala hal buruk di masa lalu. Lupakan orang-orang yang pernah menyakiti hati dan pikiran. Lepaskan, hilangkan dari memori agar bisa menjadi manusia yang ikhlas. 

Apabila seorang manusia memiliki hati yang ikhlas dan tulus, maka termasuk orang-orang yang dicintai oleh Allah. Tingkatan ikhlas tertinggi adalah ketika seseorang melakukan amal ibadah tanpa adanya keinginan, dan melakukannya semata-mata hanya karena Allah. Melakukan ibadah hanya untuk menjalankan perintah Allah, bukan karena yang lain seperti materi, pujian, pangkat, jabatan, dan sebagainya.

Malang, 11 Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun