“Trisha, perkenalkan ini Sandra. Sandra, ini Trisha teman baikku.” Kuulurkan tangan pada wanita itu sambil berusaha mengucap sepatah dua patah kata walau tenggorokanku terasa tercekik seiring debar jantungku yang mulai menggila. Pikiranku kacau, berbagai macam prasangka berlalu lalang demi mendengar kata “teman baik” dari mulutmu. Teman baik?
Petang itu kulalui dengan tidak nyaman karena melihat wanita itu selalu bermanja-manja padamu. Seharusnya aku yang di sampingmu, bukan dia. Protes yang hanya terlontar di dalam hati. Teman baik? Dua kata itu berputar-putar di kepalaku. Aku bingung. Sedih dan marah. Tapi pada siapa?
Rupanya petang itu merupakan kali terakhir kita bersama. Tak ada lagi jalan-jalan sore bersama Kayla ke taman kota di akhir minggu. Tak ada lagi panggilan di jam makan siang di telepon genggamku. Tak satu pun SMS manis atau pesan di inbox Facebook kuterima seperti biasanya. Kau menghilang begitu saja. Tanpa kata-kata…
Mungkin ini jawaban dari doa yang kupanjatkan di luar gereja tempo hari. Tuhan mungkin telah menunjukkan jalan kepadaku, jalan yang berbeda, jauh dari pengharapanku. Sudahlah, kita sejak awal memang berbeda.