Mohon tunggu...
Hindharyoen Nts
Hindharyoen Nts Mohon Tunggu... profesional -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Surat Terakhir Usman Harun kepada Ibundanya dan Tolak Ditutup Matanya

13 Februari 2014   14:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:52 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesan Tersirat

Ada tersirat pesan yang dapat dtangkap dari surat Usman dan Harun dalam surat yang dituliskan untuk ibundanya itu. Pesan tersebut dikiranya dapat dicontoh oleh Presiden dan pejabat Negara Indonesia yakni sikap  tegas Presiden Singapura kala itu yang menolak ampunan kedua prajurit KKO AL tersebut. Dalam suratnya ia mengabarkan kepada Ibu dan keluarganya bahwa rayuan memohon ampun kepada Pemerintah Republik Singapura tidak dapat dikabulkan, dan pelaksanaan hukuman mati telah diputuskan dilaksanakan pada 17 Oktober 1968.

Dalam konteks konflik Indonesia-Singapura yang terpicu pemberian nama KRI USMAN HARUN dan perspektif  perubahan geopolitik di kawasan Asean dan Asia pada umum yang sangat dinamis. Bukan tidak mungkin konflik ini akan semakin panjang dan meluas yang berpotensi mengundang kekuatan-kekuatan global ke Asia khususnya Asia Tenggara lebih khusus lagi ke kawasan Selat Melaka. Sebab kawasan dan perairan Selat Malaka  sangat strategis baik dari aspek ekonomi maupun militer. Isu yang beredar bahwa kekuatan-kekuatan global sedang mengincar kawasan Selat Malaka untuk dijadikan basis militer bukan sekedar isu belaka.

Pemerintah Indonesia kali ini harus bersikap tegas kepada Singapura. Jangan sampai negara besar seperti Indonesia justru bersikap lemah, lembek menghadapi sikap Singapura atau dengan gampangnya didikte negara tetangga yang cenderung kerap menggunakan isu-isu yang bernada provokatif dan memancing-mancing reaksi agar Indonesia terpancing karena mereka tahu sikap dan karakter Indonesia yang "hanya" reaktif, sesaat. (hindharyoen nts, jurnalis, dari: sobekan kalender Korps Marinir, Agustus 2003).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun