"Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jualah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran."
Mpu Tantular, sastrawan Majapahit, dengan karyanya ini dulu sudah turut menyumbang pengetahuan kemasyarakatan bagi bangsa Indonesia; berbeda-beda tapi tetap satu. Dengannya orang-orang Indonesia seharusnya merdeka menjalankan agama, adat dan budaya sendiri tanpa risih atau bahkan takut.
Orang-orang tua dulu dan para pendiri negara ini sadar akan perbedaan sosial budaya tanpa kecuali. Mereka menyadari bahwa perbedaan cukup dibiarkan hadir salam masyarakat Indonesia lalu disatukan, bukan diseragamkan ataupun dicari-cari perbedaannya.Â
Penyatuan ini merupakan kekuatan ke arah kebaikan untuk bersama membangun keIndonesiaan dengan cara saling melengkapi di semua bidang.
Meskipun bermata sipit, dan berkulit langsat, pada setiap penampilannya dulu beliau selalu identik dengan kaos putih berkerah dan Sang Merah Putih di dada.
Selamat Tahun Baru Imlek 2571 (2020 M)!
Sin Ni Kuai Lok, Kiong Hi Huat Tsai!
#SayaIndonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H