Mohon tunggu...
Matrimony Lesmana
Matrimony Lesmana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tukang Sosiologi Budaya

dengan ikhlas dan senang hati menyerukan bahwa perbedaan sosial budaya sama sekali bukan alasan pemisahan masyarakat;

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pidato Nadiem Makarim dan Ki Hadjar Dewantara

25 November 2019   21:37 Diperbarui: 25 November 2019   21:50 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negeri ini kaya dengan keragaman, maka lumrah kalau anak bangsanya juga memiliki keragaman dalam kemampuan. Untuk memajukannya diperlukan penanganan khusus dan tidak mesti sama.

Selama ini kekayaan keragaman kemampuan di Indonesia lebih sering dihambat oleh keseragaman dan peraturan. Untuk itu guru dihimbau agar berada di samping anak didiknya demi membangun karsanya dengan keistimewaan masing-masing.

Benarlah kata ahli fisika Albert Einstein, bahwa setiap orang itu terlahir jenius. Tapi bila orang dinilai seperti menilai seekor ikan dalam kemampuannya memanjat pohon, maka seumur hidup ia akan percaya bahwa dirinya bodoh.

Mulai hari ini pula para guru diserukan untuk menghindari jalan satu arah dalam proses belajar mengajar. Tut wuri handayani - inilah tahap tersulit dari falsafah pendidikan Indonesia.

Bila karsa sudah berhasil terbangun, maka guru dihimbau untuk 'memberikan pundaknya sebagai pijakan' bagi setiap anak didiknya, agar mereka berani dan percaya diri. Untuk keluar untuk tumbuh para anak didik memerlukan tumpuan dan dukungan penuh. Tentu tumpuan dan dukungan terbaik datang dari orang terdekat, mereka yang mengenali kekurangan dan kelebihan anak didiknya.

Adalah kenyataan bahwa tugas guru sangat mulia sekaligus tersulit. Guru dituntut berinovasi di semua lini. Mereka harus kuat untuk bisa menarik anak-anak bangsa ini menuju kemajuan. Mereka harus terus mendampingi anak didiknya untuk tidak kecil hati bila kemampuan mereka tidak sama dengan kemampuan anak-anak lainnya.

Bahkan mereka dituntut untuk merendahkan dirinya, merelakan pundaknya diinjak demi terciptanya manusia-manusia Indonesia berpikiran maju sekelas Ki Hadjar Dewantara, B. J. Habibie atau bahkan Nadiem Makarim. Manusia-manusia Indonesia yang mampu keluar dari keterbatasan dengan karyanya sendiri.

Tepat di Hari Guru Nasional di tahun 2019 ini rumusan falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara dicanangkan secara nasional untuk disempurnakan. Kini dengan diaktifkannya kembali 'ing ngarsa sung tulada' dan 'ing madya mangun karsa' di samping 'tut wuri handayani', maka impian pemerataan kecerdasan Ki Hadjar Dewantara tidak lagi sekedar impian, melainkan kukuh menjadi cita-cita bangsa.

Bila beliau melihat ini, beliau pasti tersenyum di atas sana.

Selamat Hari Guru Nasional!

#merdekabelajar #gurupenggerak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun