Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Music

K-Popnomics: Dream Factory or Den of Child Exploitation? Analyzing the Trend of Underage K-Pop Idols Debut

2 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 2 Agustus 2024   18:08 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Himiespa media sosial @himespa_ugm

Judul: K-popnomics: Dream Factory or Den of Child Exploitation? Analyzing the Trend of Underage K-Pop Idols Debut

Author: Adinda Dewi Ariestuti 

Pendahuluan

I'm super shy, super shy
But wait a minute while I make you mine, make you mine
I'm all nervous 'cause you are on my mind, all the time
I wanna tell you but I'm super shy, super shy

Lirik di atas adalah bagian chorus dari lagu Super Shy (2023) oleh NewJeans, salah satu girl group K-Pop yang tengah populer, baik di kalangan penggemar musik K-Pop maupun non K-Pop karena lagunya yang unik, berulang, dan easy listening. Akhir-akhir ini, musik K-Pop memang tengah digandrungi oleh para penikmat musik di berbagai belahan dunia. Bahkan, banyak turis berkunjung ke Korea Selatan hanya untuk menonton pertunjukan K-Pop sehingga berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di sektor budaya dan seni Korea, juga industri fashion, kecantikan, dan perawatan medis (Kim et al., 2021).

Gambar 1. Enam alasan atama auris mengunjungi Korea Selatan di tahun 2022, berdasarkan jenis kelamin (Statista, 2024)
Gambar 1. Enam alasan atama auris mengunjungi Korea Selatan di tahun 2022, berdasarkan jenis kelamin (Statista, 2024)

Terlihat pada Gambar 1., K-Pop dan gelombang Hallyu (Korean Wave) menjadi alasan terpopuler keenam yang mendasari para turis berkunjung ke Korea Selatan pada tahun 2022, dengan 16.9% didominasi oleh turis wanita. Selain itu, berdasarkan data Statista (2023), K-Pop menjadi alasan utama bagi para turis dalam rentang usia 15--19 tahun (21.3%) dan 20--29 tahun (17.3%) untuk mengunjungi Korea Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa K-Pop memang berperan besar di dalam menarik wisatawan ke Korea Selatan, terutama wisatawan wanita dan kelompok usia muda.

Lantas, bagaimana K-Pop mampu menembus batasan bahasa dan budaya hingga berhasil mencapai kesuksesan di pasar global? Konten musik yang sarat akan kemampuan bernyanyi, koreografi, dan visualitas para idola K-Pop dengan standar kecantikan di atas rata-rata tentu menjadi faktor utama yang menarik minat penggemar (Kim et al., 2021). Selain itu, maraknya penggunaan platform live-streaming, seperti V-Live, Weverse, Youtube, Netflix, TikTok, dan Instagram juga meningkatkan awareness akan K-Pop di kancah global. Ketika pandemi Covid-19 mulai mewabah pada awal 2020, aktivitas di industri K-Pop, seperti konser langsung, fansign, dan berbagai acara penghargaan musik sempat terhenti. Namun, agensi K-Pop berhasil mengatasi kondisi pada saat itu agar pendapatan artisnya tidak terlalu terdampak dengan menyelenggarakan online concert, seperti BTS MOTS: 7 virtual concert (2020) dan BLACKPINK: THE SHOW (2021), melalui platform live streaming berbayar.

Di era digitalisasi saat ini, eksistensi platform live streaming terbukti berhasil memengaruhi efektivitas dan efisiensi dalam proses memproduksi, mengakses, dan menyebarkan musik K-Pop di kancah global (Ma et al., 2022). Contohnya, dalam jurnal oleh Haydn (2020), adanya peningkatan konsumsi live streaming K-Pop selama pandemi Covid-19 tercatat telah berkontribusi di dalam eskalasi angka penjualan tiga agensi hiburan K-Pop terbesar di Korea Selatan, yaitu SM, YG, dan JYP, yang mencapai 2,64 miliar USD (Ma et al., 2022). Hal ini tidak lepas dari kontribusi platform live streaming yang menjadi wadah bagi para idol K-Pop untuk mempromosikan lagu, album, dan group merchandise guna meningkatkan sales income mereka.

Faktor terakhir, yaitu proses rekrutmen dan pelatihan para calon idola K-Pop yang kompetitif. Agensi K-Pop biasanya fokus mencari hidden gem di antara para trainee untuk kemudian didebutkan menjadi anggota grup K-Pop karena agensi juga telah menggelontorkan sejumlah dana investasi selama masa trainee anggota (Kim et al., 2021). Tak tanggung-tanggung, banyak agensi yang mengadakan audisi global resmi untuk menggaet talenta asing terbaik sebagai trainee mereka. Tak jarang, agensi merekrut peserta di bawah umur untuk ditempa sedemikian rupa menjadi seorang idola, seperti NewJeans' Hyein (14), Le Sserafim's Eunchae (15), Baby Monster's Chiquita (14), dan yang paling muda, yaitu UNIS' Seowon (11).

Jika ditelaah lebih lanjut, debut idola K-Pop di bawah umur bukanlah suatu fenomena baru di industri musik K-Pop. Contohnya, di tahun 2000, BoA debut sebagai solois di bawah naungan SM Entertainment ketika usianya masih 13 tahun (Herman, 2020). Sayangnya, tren rekrutmen calon trainee muda dan debut idola di bawah usia 15 tahun -- batas bawah usia kerja yang legal di Korea Selatan -- kian marak terjadi dan seakan-akan terlihat dinormalisasi akhir-akhir ini. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yang patut untuk direnungkan. Apakah mempekerjakan seorang idola K-Pop di bawah umur merupakan bentuk child labor yang berpotensi mengarah kepada eksploitasi anak karena memberikan dampak negatif secara fisik, mental, sosial, dan moral?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun