Sejalan dengan banyaknya permasalahan yang melanda Indonesia dari segi internal, banyak diantaranya disebabkan oleh faktor eksternal. Meskipun upaya yang dapat dilakukan hanya berfokus kepada masalah internal, pada hakikatnya faktor internal merupakan faktor terpenting dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh suatu negara. Hal ini dikarenakan struktur perekonomian suatu negara yang secara internal sudah kokoh, negara tersebut dapat mereduksi dampak pelemahan ekonomi yang disebabkan faktor eksternal (Krugman et al, 2018).
World Economic Forum (2019) menyarankan bahwa untuk membenahi permasalahan internal Indonesia, pemerintah harus melihat di luar kebijakan moneter, seperti kebijakan fiskal yang dapat meningkatkan investasi dan memberikan insentif yang menghidupkan kembali produktivitas. Lebih khusus, kebijakan fiskal harus memprioritaskan peningkatan di investasi, peningkatan produktivitas dalam infrastruktur, sumber daya manusia dan penelitian dan pengembangan yang dapat membantu pertumbuhan perekonomian. Kebijakan fiskal juga harus dilengkapi dengan reformasi struktural yang membuatnya lebih mudah untuk berinovasi dan memungkinkan kinerja dunia bisnis Indonesia yang lebih berkembang.
Mengingat banyaknya ketidakpastian global yang akan datang, Indonesia harus benar-benar memperhatikan struktur perekonomian internal sejak dini Maka, sudah sepatutnya Indonesia dan pemerintahan Jokowi di periode selanjutnya lebih waspada dan bersikap preventif terhadap tantangan-tangan global yang mulai bermunculan. Terlebih lagi di perekonomian global yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi. Mulai dari perang dagang US dan Cina yang semakin memanas, fenomena disintegrasi Brexit, dan gejala resesi yang bermunculan dari berbagai studi yang ada (IMF, Bloomberg dan JP Morgan).
Laporan IMF (2019) menekankan bahwa fenomena resesi global sudah di depan mata. Digadang-gadang resesi kali ini akan menjadi yang terbesar setelah tahun 2009. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh konflik perang dagang semata. Fenomena Brexit (British Exit), rendahnya iklim manufaktur, konflik geopolitik, lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, serta menuanya struktur demografi di berbagai negara maju menjadi faktor-faktor yang saling berkesinambungan erat dan tak terpisahkan satu sama lain. Selanjutnya, laporan IMF (2019) juga menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi global semakin melambat, diprediksikan sekitar 3.5% dari tahun sebelumnya sebesar 3.6%. Perekonomian global yang melambat akan mempengaruhi keadaan perekonomian Indonesia.
Maka dari itu, pembenahan permasalahan faktor internal dengan meningkatkan produktivitas, inovasi, dan kredibilitas bank sentral merupakan kunci penting dalam menopang perekonomian Indonesia untuk menimalkan dampak buruk pelemahan nilai tukar dan menerjang arus resesi global yang akan datang. Jika pemerintahan Jokowi selanjutnya gagal dalam membenahi permasalahan produktivitas Indonesia, perekonomian Indonesia sebagai small open economy akan turut mengalami resesi global.
Referensi
Bank Indonesia. (2019). Indonesia's Balance of Payments and International Investment Position. Diakses dari https://www.bi.go.id/en/publikasi/neraca-pembayaran/Default.aspx
Bank Indonesia. (2019). Kurs Transaksi Bank Indonesia. Diakses dari https://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksi-bi/Default.aspx
Badan Pusat Statistik. (2019). PDB Menurut Pengeluaran. Diakses dari https://www.bps.go.id/subject/169/produk-domestik-bruto--pengeluaran-.html#subjekViewTab6
Friana, H., & Jannah, S. M. (2019, October 2). Di Balik Ambisi Jokowi Memperpanjang Jalan Tol di Periode Kedua. Diakses pada 31 Oktober, 2019, dari https://tirto.id/di-balik-ambisi-jokowi-memperpanjang-jalan-tol-di-periode-kedua-ei7b.
International Monetary Fund (2019). World Economic Outlook: Global Manufacturing Downturn, Rising Trade Barriers.