Kesimpulannya, terdapat trade-offs antara konsekuensi masa kini dan masa depan yang, sadar tak sadar, dipertimbangkan oleh individu rasional. Bentuk seks apapun yang dipilih, seperti kopulasi tanpa alat kontrasepsi, individu memperoleh manfaat jangka pendek berupa kenikmatan. Di sisi lain, konsekuensi jangka panjang yang harus ditanggung adalah risiko hamil dan terkena penyakit kelamin menular. Namun, tidak menutup kemungkinan masih ada orang yang memilih kenikmatan jangka pendek meski harus menanggung risiko di kemudian hari. Gruber (2001) mencoba memodelkan pilihan individu dalam menghadapi trade-offs antara konseskuensi masa kini dan masa depan. Diumpamakan seorang individu membuat pilihan yang mempengaruhi kesejahteraannya pada periode 1, 2, ..., T sehingga
Senada dengan Gruber, Yoon dan Tangtammaruk (2016) memodelkan keputusan individu ketika diberi tawaran untuk melakukan hubungan seks berisiko, menggunakan game theory. Berbeda dengan sebelumnya, model ini menekankan pada asymmetric information yang dihadapi oleh individu. Ketika ditawari seks, seorang individu (untuk selanjutnya disebut B) tidak mengetahui status HIV pasangannya (selanjutnya disebut A). Ini dapat terjadi karena dua hal. Pertama, B tidak memberi tahu status HIV dirinya kepada A, atau B berbohong kepada A. Oleh karena itu, individu B dihadapkan pada asymmetric information. Asumsi-asumsi dari model ini adalah sebagai berikut. Pertama, individu dengan HIV- lebih memilih seks tanpa kondom daripada dengan kondom (jika pasangannya berstatus HIV-). Kedua, individu dengan HIV- lebih memilih seks dengan kondom daripada tanpa kondom (jika pasangannya berstatus HIV+). Ketiga, individu dengan HIV- lebih memilih tidak seks daripada seks tanpa kondom (jika pasangannya berstatus HIV+). Keempat, individu dengan HIV+ lebih memilih seks tanpa kondom dibandingkan semua alternatif lain dan seks tanpa kondom lebih dipilih ketimbang tidak seks (untuk semua status HIV pasangannya).
Sebagai contoh, diumpamakan hanya B yang berstatus HIV- dan B tidak mengetahui secara pasti status HIV pasangannya. A memberikan tawaran kepada B untuk melakukan seks kemudian B menentukan pilihan untuk melakukan seks tanpa atau dengan kondom (sequential game). Jika keduanya setuju maka keduanya akan melakukan seks, jika tidak maka keduanya tidak melakukan seks. Payoffs (hasil) dari masing-masing kemungkinan ditunjukkan oleh gambar 1. Perlu dicatat bahwa nilai payoffs hanya sekadar contoh dengan dasar asumsi-asumsi yang telah disebutkan sebelumnya.
Gambar 1. Game of Tree Keputusan Seks dengan Informasi Tidak Lengkap
Diumpamakan pula tingkat keyakinan B bahwa A mengidap status HIV+ adalah simbol (myu) sehingga expected utility dari masing-masing kemungkinan seks dapat dinyatakan
Dari persamaan tersebut, individu B akan memperoleh payoffs yang sama dari dua kemungkinan seks jika tingkat keyakinan bahwa A mengidap status HIV+(myu) sebesar 2%. Akan tetapi, jika tingkat keyakinannya kurang dari 2% maka ia akan memilih seks tanpa kondom. Sebaliknya, ia akan memilih seks dengan kondom jika tingkat keyakinannya lebih dari 2%. Poin yang menarik adalah batasan tingkat kepercayaan (myu) akan semakin mengecil jika payoff negatif dari seks dengan pasangan HIV+ semakin besar. Oleh karena itu, jika individu B menganggap bahwa dampak negatif dari seks berisiko semakin besar ia cenderung akan berhati-hati (kecuali ia sangat yakin kemungkinan pasangannya berstatus HIV+ sangat kecil).
Kesimpulan Akhir
Perilaku seksual adalah sesuatu yang alamiah meskipun manusia memiliki kapasitas tertentu untuk mengendalikannya. Di samping itu, faktor lingkungan sosial juga memegang peranan penting dalam membentuknya. Motif ekonomi pun turut melandasi perilaku seksual individu. Ini tidak terlepas dari asumsi bahwa manusia adalah Homo economicus yang merespon pada insentif dan menimbang costs-benefits secara rasional. Kendati demikian, masih terdapat perilaku menyimpang yang membuat keputusan individu terkait seksualitas menjadi tidak rasional. Alasannya, anggapan Homo economicus seringkali terlalu ideal dan manusia dihadapkan pada dunia dengan informasi yang tidak sempurna. Model ekonomi mungkin mengandung asumsi yang terlalu kuat tetapi setidaknya dapat memberikan gambaran umum mengenai perilaku 'ena-ena' seseorang.
Untuk kritik dan saran: himiespa.dp@gmail.com