Namun, meningkatkan suplai barang berisiko menggerus nilai eksklusivitasnya. Apabila jumlah barang semakin banyak serta semakin mudah didapatkan, maka artinya barang tersebut semakin tidak langka dan nilainya menurun. Oleh karena itu, hal yang dilakukan produsen adalah menjaga tingkat penawaran pada level yang rendah sehingga menciptakan sebuah kondisi excess demand. Persepi konsumen terhadap produk merupakan variabel yang sangat berperan penting dalam hal ini.
Penutup
Dapat disimpulkan bahwa makna streetwear lebih merujuk ke sebuah gaya berpakaian dan gaya hidup ketimbang sebagai sebuah benda. Fakta bahwa terdapat banyak perbedaan pendapat akan definisinya menunjukkan bahwa Streetwear pada dasarnya membawa nilai kebebasan, baik itu kebebasan untuk berekspresi, berkarya, maupun berpendapat.Â
Secara tidak langsung merupakan simbol perlawanan dari mereka yang termarjinalkan secara sosial, budaya, dan ekonomi, terhadap status quo yang telah dinikmati warga kelas atas selama berabad-abad lamanya. Ia seolah menunjukkan bahwa meskipun dianggap sebelah mata, tetapi kaum marjinal juga bisa bergaya, ekslusif, dan tentunya eksis.
Berkaca dari fenomena streetwear, mungkin seiring dengan meningkatnya kemajuan teknologi dan melimpahnya suplai barang-barang primer, motif konsumsi manusia tidak lagi digerakkan oleh kebutuhan akan manfaat fisiologis dan fungsi barang.Â
Di masa depan, kebutuhan pokok bukan lagi sesuatu yang diperjuangkan dan kesenian bukan lagi sesuatu yang orisinil. Mungkin saja yang kita butuhkan adalah nilai. Sebuah nilai yang bisa memberikan makna lebih kepada kehidupan modern yang statis serta kepada mereka yang lupa akan hakikat alam. Bagaimana menurut Anda?
Untuk kritik dan saran: himiespa.dp@gmail.com
Referensi
Collen Barry. (2017). Streetwear Bringing Steady Growth to Global Luxury Market. Diakses 25 Mei 2018
Hanan Hadad. (2017). WHY ARE PEOPLE SO HYPED OVER STREETWEAR BRAND, SUPREME?. Diakses 25 Mei 2018, dariÂ
Andrew Menke. (2017). Worldwide Popularity of Streetwear Ascending. Diakses 25 Mei 2018