Warung kopi atau yang lebih dikenal dengan singkatan warkop, merupakan tempat yang menyediakan kopi dan berbagai minuman serta beragam jenis makanan ringan sebagai pendamping. Warkop menjadi tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai latar belakang, sosial budaya untuk berkumpul, diskusi, ngobrol santai, dialog warga, opini masyarakat berbagai macam latar belakang, minum bersama untuk mendapatkan suatu informasi bermanfaat yang didapatkan.
Dahulu warkop hanya eksis di kalangan paruh baya, sebab aktivitas yang dapat dilakukan hanya sebatas minum kopi di waktu luang. Namun, seiring berjalanya waktu warkop mampu menarik perhatian dari berbagai kalangan usia, dengan beragam daya tarik. Sehingga banyak warkop bermunculan seiring dengan kebutuhan hidup.
Pada umumnya warkop memiliki konsep yang merakyat dengan harga terjangkau, sedangkan kafe dirancang seapik mungkin dan lebih bergengsi dengan harga yang cenderung lebih mahal. Karena semakin banyaknya peminat dalam menikmati kopi, pebisnis mulai melihat peluang dari sebuah warkop. Warkop diinovasikan menjadi seperti kafe agar menarik banyak pembeli dan menghilangkan citra kesederhanaan.
Menjamurnya kafe bernuansa aesthetic dengan desain yang ditampilkan dengan elegan bahkan dapat dijadikan sebagai spot foto yang instagrammable, ternyata tidak mengahalangi eksistensi warkop pinggir jalan di daerah Jakarta Timur. Seperti halnya Warkop A&D milik Andi yang sudah berdiri jauh sebelum merebaknya kafe dengan nuasa yang aesthetic saat ini. Warkop A&D tidak termakan zaman tetap eksis dan ramai pembeli dari berbagai kalangan usia.
Warkop A&D telah berdiri sejak tahun 2004, dahulu terletak di depan Balai Pustaka Pemuda, namun pada tahun 2018 berpindah ke depan gedung KNPI di sebelah lapangan Veledroom, dengan harapan akan ramai pembeli karena terdapat proyek LRT. Pemilik Andi awalnya mengelola warkop A&D sendirian, namun karena Andi mulai memiliki kesibukan maka akhirnya Andi menyewa pegawai untuk menjaga dan melayani warkopnya. Saat ini terdapat 2 pegawai bernama Arip dan Yovi yang mengelola warkop A&D. Pada awal mulai berjualan warkop A&D mampu menarik banyak pembeli dengan makananya yang sederhana.
Minuman dan makanan yang disajikan di warkop A&D termasuk bervariasi namun tetap dengan harga yang terjangkau. Harga makanan dan minuman di warkop A&D sendiri dibandrol mulai dari 4.000-17.000 rupiah. Menu makanan yang terdapat di warkop A&D yaitu, indomie dengan berbagai topping, seperti keju, kornet maupun telur. Selain itu juga terdapat pisang bakar dan roti bakar. Untuk minuman, warkop A&D menyajikan kopi, teh, dan beragamam minuman berasa lainya. Menurut Arip salah satu pegawai warkop A&D saat ditemui di tempat, menu yang menjadi favorit para pembeli adalah roti bakar.
Dari segi interior warkop A&D terlihat sangat sederhana. Dengan menggunakan terpal sebagai atap dan kursi serta meja panjang dari kayu yang jauh dari gambaran aesthetic seperti kebanyakan kafe saat ini. Warkop A&D nampak seperti warung biasa karena terletak di pinggir jalan tanpa adanya pondasi permanen.
Merebaknya kafe dengan desain aesthetic dan beragam kelebihan yang disuguhkan, tentu memiliki dampak tersendiri bagi warkop pinggir jalan seperti A&D. Tidak jarang banyak pembeli yang memilih merogoh kocek lebih mahal untuk menikmati suasana kafe yang nyaman dan aesthetic daripada warkop dengan tatanan yang seadanya namun harga terjangkau.
“Pastinya terdampak dengan adanya kafe-kafe saat ini, tapi gak separah waktu pandemi pembeli itu bisa turun sampai 90 persen,” ujar Arip pegawai warkop A&D saat ditemui ditempat, Jumat (2/12).
Saat pandemi Arip mengatakan bahwa warkop A&D mengalami penurunan pembeli secara drastis karena terbatasnya mobilitas pada masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) kemarin. Dalam sehari pembeli yang datang hanya kisaran lima orang, bahkan ada satu waktu warkop A&D tidak memiliki pembeli sama sekali.
Kini, pandemi mulai mereda dan usaha warkop A&D telah normal dari segi pendapatan. Warkop A&D sudah kembali melayani banyak pembeli. Pembeli yang biasa datang juga merupakan dari kalangan pekerja karena warkop A&D sendiri buka pada pukul 17.00-03.00 dimana bertepatan dengan jam pulang kerja. Namun, semakin malam kalangan pembeli yang datang menjadi lebih bervariasi.
Pembeli yang datang ke warkop A&D memiliki kesan tersendiri terhadap warkop yang berdiri sejak lama ini. Adapun tanggapan dari salah satu pembeli yaitu Syifa mengatakan bahwa sebagai penikmat warkop sekaligus kafe, warkop A&D dapat menjadi pilihan yang tepat apabila sedang tidak memiliki banyak budget, namun tetap ingin berkumpul bersama teman atau keluarga.
“Selain makanan dan minuman yang enak, abangnya juga ramah sih jadi bikin nyaman aja kesini. Harganya juga murah sesuai kantong,” ujar Syifa salah satu pembeli di warkop A&D.
Maraknya kafe aesthetic saat ini tidak mengurangi eksistensi dari warkop A&D. Warkop A&D mampu bertahan dari tahun ke tahun meskipun tempat maupun makanan yang disajikan sangat sederhana. Warkop A&D sendiri memiliki keuntungan perihal lokasi yang strategis, sebab terletak di pinggir jalan sehingga banyak pembeli yang datang karena sedang melintasi jalan tersebut. Namun, kekurangan dari warkop A&D adalah tidak adanya jaringan Wi-Fi sebagaimana yang banyak diinovasikan warkop rumahan dan kafe-kafe sebagai daya tarik pembeli.
“Kan memang konsepnya warkop untuk makan, minum sama ngobrol jadi tidak disediakan Wi-Fi karena memang bukan konsepnya aja. Jadi yang datang memang orang yang benar-benar mau makan,” jelas Yovi pegawai warkop A&D.
Selain itu untuk menjangkau banyak pembeli, warkop A&D ikut merambah ke Grabfood dan Gofood. Andi selaku pemilik warkop A&D berharap dengan kemudahan teknologi saat ini dapat membantu warkopnya melayani pembeli yang sedang tidak ingin ke tempat, namun tetap ingin menikmati makanan atau minuman yang terdapat di warkopnya dengan memesan secara online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H