Cara bertani alamiah ini kemudian diuraikan dengan lebih teknis dan detail dalam Buku ketiga: Revolusi Sebatang Jerami, karya Masanobu Fukuoka. Ia menawarkan cara bertani tanpa bekerja. Sebuah cara bertani yang sealamiah mungkin, membiarkan proses-proses tumbuh kembang tanaman seperti apa adanya.Â
Jerami, dalam cara pandang pertanian modern dipandang produk sampingan, sampah yang harus dibuang. Tapi dalam cara pandang pertanian alami, ia adalah bagian dari proses utama. Ia ikut andil dalam penyuburan tanah.
Begitulah bagaimana ketiga buku ini cukup penting bagi para pegiat lingkungan. Menelisik konsep ekofeminisme nya Shiva, mengingatkan saya pada "rahmatan lil alamiin" dalam Islam. Rahmatan (penuh kasih sayang) adalah seakar dengan rahim, kata muanats (feminim dalam bahasa Arab), dan lil alamiin adalah segenap alam.Â
Sebuah cara pandang yang merahmati keseluruhan alam, sejalan prinsip holistik, integral seperti apa yang diusung Shiva dalam hampir keseluruhan bukunya. Paradigma holistik ini juga disuarakan dengan lantang oleh Fritjof Capra, terutama dalam Turning Point dan The Web of Life.
Cara pandang atau paradigma holistik ini, bagaimanpun tak bisa tegak tanpa asumsi dasar, bahwa semesta adalah bertingkat secara vertikal (gradasi menaik), The Great Chain of Being, sebuah pijakan dasar bagi agama. Itulah paradigma-iman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H