Guenon, menganggap teosofi, pseudo masonic dan dalam hal tertentu antroposofi Steiner adalah jebakan yang mematikan bagi para pencari dan penapak jalan spiritual. Guenon bahkan membuat buku khusus untuk membahas aliran teosofi ini, Theosophy: History of a Pseudo-Religion. Teosofi, dalam pandangan Guenon, tidak menginduk ke satu pun agama otentik. Ia hanya mencampur adukkan ajaran antar-agama, dengan maksud eklektis semata dan sifatya hanya pencerahan semu dari agama-palsu, pseudo religion.
Apa yang digapai diluar skema syariat agama, adalah pencerahan psikis semata, bukan pengalaman spritual yang otentik. Praktik-praktik teosofi, perkumpulan pseudo masonic dai Prancis, Okultisme Anglo Saxon, sejatinya adalah menghancurkan tradisi keagamaan dan praktik spiritual yang otentik, di mana Guenon menyebutnya sebagai counter-initiation.Â
Bahkan pembahasan perihal counter-initiation, dilanjutkan dalam buku khusus yakni The Reign of Quantity and the Signs of the Times. Dalam buku ini, Guenon secara lugas menyatakan bahwa fenomena pseudo-religion, neo spiritualisme adalah jelas-jelas sebagai bentukan dari desain Sistem Dajjal, The Reign of Antichrist, yang mana menampakkan hal-hal yang seolah spiritual, tapi sejatinya menghancurkan fondasi agama dan spiritual itu sendiri.
Serangan para peletak dasar hikmah/gnosisme, filsafat perenial, terhadap fenomena spiritual movement yang duniawi, berlanjut hingga ke murid-murid Schuon dan Guenon. Schuon dan Hossein Nasr dengan jelas menggugat bagaimana para guru palsu, para mursyid dan nabi palsu, yang ikut kerkecimpung dalam masa keterbukaan sekat timur dan barat ini.Â
Mereka, para guru palsu ini, dengan menggunakan perangkat-perangkat dan ritual agama, dicampur adukkan dan di elaborasi sedemikian rupa tampak indah dan humanisme : ham, egaliter, dan segala tetek bengek urusan dunia, diletakkan seolah spiritual.Â
Mereka para guru dan nabi palsu ini, mendapatkan faedah duniawi (ketenaran, jabatan, kedudukan) lewat praktik agama yang telah didegradasi. New Age adalah salah satu cicit dari gerakan fenomena pseudo religion ini.
Charles T. Tart, salah seorang pionir psikologi transpersonal, merumuskan bahwa perubahan kesadaran adalah salah satu dari tujuan praktik-praktik spiritual. Perubahan kesadaran ini, didapat lewat praktik ritual (meditasi, tarian transce, dikir), dimana perasaan dan luapan emosi rasa bahagia, menyatu dan ekstase emosi adalah tujuan utamanya. Apa yang Charles T Tart ungkapkan, jauh-jauh hari sudah digugat oleh Guenon dan Schuon.Â
Bahwa tujuan semua laku ibadah adalah untuk marifat/gnosis, mengenal Tuhan, dan dipagari oleh ortodoksi (syariat agama). Tauhid (meng Esakan) adalah tujuan utama praktik agama dan pengetahuan esoterisme (bathin). Metafisika rumusan Guenon, bukanlah dalam pengertian cabang filsafat modern Barat.Â
Metafisika adalah al-Ilmu Al Ilahiy, pengetahuan tentang Allah berikut dimensi-dimensi tak kasat mata lainnya (maratabat alam, peringkat kecerdasan bathin) yang hanya bisa diraih lewat penempuhan jalan spiritual yang otentik.
Selain campur aduk ritual antar-agama dalam new age ini, perecokan juga dialami dalam ilmu pengetahuan. Pseudo sains dan pseudo spiritual berkomplot menghajar tradisi agama yang otentik, sekaligus menampakkan sains yang nyeleneh.Â
Fenomena penggalian-penggalian ajaran leluhur, fenomena UFO, konsep energi, chanelling/komunikasi telepati dengan mahluk UFO mendapatkan tempat dan respon dari banyak pihak. Bahkan lebih jauh, time-travel, seolah hal yang mungkin di level kesadaran psikis manusia.