Mohon tunggu...
HIMATUL AINI
HIMATUL AINI Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya siswi yang cukup gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mutasi ke Arah Reputasi

21 November 2024   15:30 Diperbarui: 21 November 2024   15:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa maksudmu tidak mau, Zayn?" tanya Komandan Raidy kepada bawahannya yang bernama Zayn Alfik itu. 

"Siap, mohon maaf, Komandan. Tetapi saya tidak mau jika saya harus melakukan hal itu," jawab Zayn dengan lugas pada Komandannya.

"Cih. Berani kamu melawan atasanmu, Zayn? Siap kamu jika harus menerima konsekuensi karena ketidakpatuhan mu ini?" 

"Siap, saya bersedia menerima segala resiko atas kejujuran saya, Komandan. Sekalipun saya harus menentang, Komandan." 

Semua ini berawal dari tindakan Zayn, seorang bawahan yang tidak mematuhi perintah komandannya untuk melepaskan seorang tahanan yang baru memasuki jeruji besi dua hari yang lalu. Tahanan atas kasus penganiayaan dan pelecehan terhadap seorang anak di bawah umur. Tahanan itu merupakan seorang anak dari pejabat yang disegani oleh beberapa orang yang memiliki kekuatan di bawahnya. Ia yang tidak ingin reputasinya hancur karena sang anak terkena sebuah kasus pun rela melakukan penyuapan pada salah satu komandan di Kantor Polisi tempat sang anak di tahan. Komandan Raidy lah orangnya. Ia pun mengatakan bahwa pemegang kasus anak dari pejabat tersebut adalah Zayn. Maka dari itu, sang pejabat pun membayar hampir dua kali lipat, agar sang anak bisa tetap bebas. Apapun caranya. Untuk melaksanakan perintah pejabat itu, Komandan Raidy menjatuhkan perintah pada Zayn, yang ternyata ditolak secara mentah-mentah oleh Zayn.

Setelah melakukan penolakan pada perintah menyimpang itu, tidak sampai dari dua hari, surat pemindahan tugas terhadap Zayn telah datang dan langsung diterima oleh Zayn. Dirinya dimutasi ke Kantor Polisi yang berada di tepat perbatasan yang ada di kota tetangga.

Baru beberapa hari, bahkan tidak mencapai satu minggu Zayn berpindah, rekannya yang masih berada di sana memberitahu dirinya bahwa tahanan anak pejabat itu sudah keluar dari jeruji besi. Mendengar hal itu, Zayn merasa kecewa pada komandannya. Bisa-bisanya komandan nya itu melepas seorang tahanan berbahaya hanya untuk sejumlah uang. Ia pun mempunyai keinginan untuk melaporkan komandan nya itu, akan tetapi ia ragu. Belum tentu atasannya mau mendengarkan penjelasan dari bawahan seperti nya

***.

Sudah hampir dua bulan Zayn dipindah tugaskan. Anak pejabat itu juga sempat memasuki jeruji besi kembali, bahkan dengan kasus yang sama. Akan tetapi, hal seperti kemarin kembali terulang. Tidak sampai satu minggu tahanan itu berada di balik jeruji besi, ia sudah lepas. Di kasus kedua ini, tidak hanya sang komandan yang di beri, tetapi dari keluarga korban pun di beri dengan sedikit bumbu ancaman, yang membuat keluarga lemah itu, mau tidak mau menutup mulut dan menarik kembali laporan mereka. Sedangkan untuk Komandan Raidy, ia hanya bertugas menjaga mulut dan tangan bawahannya, juga mengurus bukti-bukti yang sebelumnya memang sempat diserahkan pada Kantor Polisi.

"Apa benar dia kemarin sempat masuk dan dikeluarkan kembali?" tanya Zayn pada Rendra, temannya yang masih berada di sana. Rendra mengangguk, "Iya, dia kemarin sempat masuk di jeruji lagi. Tapi tidak sampai tiga hari dia sudah dibebaskan."

"Komandan Raidy keterlaluan, Ren. Lama-lama, warga pasti akan kehilangan kepercayaan pada pihak kepolisian seperti kita. Harus ada yang bisa menegurnya atau bahkan melaporkan nya pada atasan. Supaya hal ini tidak terus terulang, Ren."

Mendengar pernyataan Zayn, Rendra pun menganggukkan kepalanya menyetujui. "Tapi siapa Zayn yang bisa melaporkan Komandan Raidy pada atasan? Kita tentunya tidak akan langsung di percaya, Zayn. Kita hanyalah bawahan, Zayn"

"Tunggu saja, Ren. Kalau sampai dia membuat ulah lagi, pegang kasus itu, Ren. Buat Komandan Raidy berkata mengenai penyuapan itu. Rekam suara pembicaraan mu itu dan berikan pada atasan. Atau kau coba juga dengan kasus lain. Minta lah bantuan pada rekan mu yang lain, Ren. Semakin banyak bukti yang kita dapatkan, mungkin semakin besar juga peluang untuk atasan percaya kepada kita"

"Baiklah, Zayn. Akan ku coba saranmu. Aku akan mencoba bertanya dan meminta bantuan padda rekan ku yang lain.Semoga semua kecurangan Komandan Raidy bisa terungkap, dan kau bisa kembali, Zayn."

"Terima kasih, Ren. Sebenarnya kembali atau tidak pun aku tidak masalah, Ren. Sudah menjadi resiko kita harus siap ditempatkan di mana saja."

"Hei, ya aku mengerti, tapi jangan seperti itu, lah. Memangnya kau tidak rindu berjaga malam dengan ku, Zayn?."

"Hahaha, sedikit, Ren. tidak sebanyak gula pada teh tawar."

***

Lima bulan berlalu, benar saja. Anak pejabat itu kembali membuat masalah. Bahkan, ditambah dengan kasus penculikan. Selama lima bulan ini, kurang lebih ada tiga tahanan yang belum seharusnya dibebaskan, tetapi dibebaskan oleh Komandan Raidy, untuk sejumlah uang. Secara kebetulan, semua kasus yang dibebaskan oleh Komandan Raidy, di pegang oleh Rendra. Rendra pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia selalu merekam seluruh percakapannya dengan Komandan Raidy. Untuk bukti yang akan diserahkan pada atasan saat melaporkan kecurangan Komandan Raidy.

Kasus anak pejabat itu pun tidak lama sudah ditutup dan ia dibebaskan. Oleh karena itu, Rendra pun kembali menemui Zayn dan mengajak Zayn untuk melaporkan komandan Raidy pada atasan pusat. Tidak hanya membawa rekaman kasus anak pejabat itu, tiga kasus lain pun juga ada, lalu beberapa dari rekan Rendra. 

Mereka pun segera berangkat ke kantor pusat sore itu untuk mencoba melaporkan komandan Raidy. Dengan segenap keberanian dan sedikit rasa bersalah pada Komandan Raidy, mereka menemui Komandan Santoso. 

"Siap, mohon maaf mengganggu waktu komandan Santoso. Mohon izin, Saya Zayn Alfik dan ini rekan saya Rendra Jubre." Zayn dan Rendra pun membungkuk hormat pada Komandan Santoso, atasan pusat.

"Ya, ada apa kalian menghampiri, ku?" tanya Komandan Santoso. 

"Siap sebelumnya tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada komandan Raidy, disini kami ingin melaporkan kecurangan komandan Raidy dan aksi penerimaan suap komandan Raidy untuk syarat agar tahanan bisa dibebaskan sebelum waktu seharusnya, Komandan."

"Sebelum itu, apakah kalian memiliki bukti yang cukup untuk melaporkan atasan kalian ini?" Tanya Komandan Santoso pada keduanya.

Zayn dan Rendra pun saling pandang, lalu secara refleks mengangguk secara bersamaan. Keduanya langsung menunjukkan dan memutarkan rekaman-rekaman percakapan antara Rendra dan juga komandan Raidy. Tak hanya saat bersama Rendra, tetapi rekan lainnya. Rendra juga melaporkan mengenai ketidak profesionalan Komandan Raidy pada Zayn. Karena Zayn yang tidak ingin mengikuti perilaku tidak jujur Komandan Raidy, ia terpaksa harus di mutasi.

Komandan Santoso pun terkejut. Komandan Raidy yang dianggapnya bawahannya yang jujur dan patuh ternyata mau menerima sebuah suap. Bahkan sampai memindahkan bawahannya ke instansi lain agar rencananya tetap berjalan. Komandan Santoso pun berterima kasih kepada Zayn dan Rendra atas laporan mereka terhadap Komandan Raidy. Ia juga mengapresiasi keberanian dan kejujuran dua orang itu.

"Terima kasih, Zayn, Rendra. Saya akan mengembalikan Zayn pada kantor sebelumnya sebagai apresiasi atas kejujurannya. Pengabdiannya pada kejujuran dalam tugasnya."

"Siap, saya juga berterima kasih untuk apresiasi dari Komandan Santoso," ucap Zayn disertai senyum yang terpatri di wajahnya. 

"Siap, saya juga berterima kasih Komandan. Ini juga kami lakukan untuk membangun kembali kepercayaan orang terhadap kepolisian," ujar Rendra menambahi ucapan Zayn.

Setelah melakukan laporan keduanya pun kembali ke Kantor polisi masing-masing meski keadaan sekitar sudah cukup gelap. Di jalan pulang harapan keduanya adalah Komandan Raidy mendapat sanksi yang sepadan dengan kesalahannya.

***

Satu minggu setelah dilaporkan oleh Zayn dan Rendra, komandan Raidy pun ditangkap. Tahanan yang seharusnya belum dibebaskan pun dicari kembali. Sebelum benar-benar ditangkap komandan Raidy pun secara lebih dulu diturunkan secara tidak terhormat dari jabatannya. Setelah diturunkan dari jabatan, Raidy pun dimasukkan ke dalam jeruji besi atas kasus penyuapan dan penyalahgunaan jabatan.

"Aku memang salah. Gelap mata. Aku sama sekali tidak marah pada kalian berdua karena telah melaporkan, ku. Aku hanya berharap agar kalian tidak akan tersesat seperti diriku. Mengharuskanku menyesal di balik jeruji besi," pesan Raidy pada Zayn dan Rendra sebelum benar-benar berada di balik jeruji besi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun