Mohon tunggu...
Hilyah Hasanah
Hilyah Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pariwisata UGM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

The Other World Like Garuda Wisnu Kencana

9 Desember 2024   08:15 Diperbarui: 9 Desember 2024   11:21 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengamati salah satu dari tiga Dewa Trimurti kepercayaan agama hindu yang berperan dalam pemeliharaan semesta alam, Dewa Wisnu, mengendarai Burung Garuda dengan bentangan sayapnya yang selebar 66 meter, berdiri gagah, terlihat jelas hingga jarak pandang sejauh 20 KM. Garuda Wisnu Kencana, destinasi wisata di Bali yang sangat memberikan kesannya yang masih terbayangkan hingga beberapa bulan kedepan.

Pengalaman ini ku dapatkan ketika berkunjung ke Bali bersama teman-temanku.

Setelah dipandu tour yang dimulai dari hotel kami yang berada di Kota Denpasar, melewati berbagi tempat, jembatan panjang yang terdapat di Bali yang juga sekaligus menjadi jalan tol yang menghubungkan Nusa Dua, Bandara Ngurah Rai, dan Benoa, kemudian kami turun di tol Nusa Dua. Setelah itu, kami mendatangi Pantai Kuta, menikmati suasana toko-toko dan mall yang berada di pinggir pantai. Dilanjut dengan mengunjungi Pantai Melasti, surga bagi para pasangan prewedding. Semua kami lewati diiringi interpretasi dari pemandu wisata yang memimpin kami. Interpretasi yang disampaikan sangatlah menarik dan mudah dipahami. Sayangnya kedua destinasi tersebut kurang berkesan di mataku karena aku kurang menikmatinya dikarenakan panas Bali yang sangat menyengat. 

Setelah menunggu di bus cukup lama, akhirnya kami berangkat menuju destinasi terakhir kami, yaitu Garuda Wisnu Kencana. 

Jarak dari Pantai Melasti menuju Garuda Wisnu Kencana tidak terlalu jauh, hanya saja jalan cukup padat sehingga memakan waktu cukup lama untuk sampai. Namun, ditengah padatnya lalu lintas yang kami lewati, pemandu wisata kami menjelaskan sejarah, lokasi, dan segala kisah yang ada pada Garuda Wisnu Kencana. 

Sesampainya kami di area drop zone Garuda Wisnu Kencana, kami diminta untuk turun secepatnya karena harus bergilir dengan bus-bus di belakang kami. Di area drop zone, kami disambut dengan patung Garuda Wisnu Kencana versi mini yang berdiri di tengah. Sebelum memasuki gerbang masuk Garuda Wisnu Kencana, kami berfoto bersama dengan patung tersebut sebagai kenang-kenangan. Kerennya, meskipun yang berada di tengah tersebut adalah patung Garuda Wisnu Kencana versi mini, tetapi patung yang sesungguhnya pun terlihat dari sana mengingat seberapa besarnya patung tersebut.

Setelah berfoto beberapa kali, kami dibagikan tiket masuk. Kami pun berjalan menuju gerbang masuk. Sistem ticketing di sini sudah canggih dengan melakukan scan dari barcode di tiket yang diberikan. Satu persatu kami mulai memasuki alur tur wisata dari Garuda Wisnu Kencana. 

Dari gerbang masuk, kami langsung disuguhkan tangga yang terbuat dari batu. Tangga yang banyak dan tinggi. Tangga tersebut mengingatkanku pada satu buah scene di sebuah novel, dimana ia perlu melewati 3799 anak tangga sambil menggendong kekasihnya yang sedang dalam kondisi sekarat. Hanya dengan mengingat isi novel membuat saya semangat untuk menaikinya. Selain itu, ada sebuah vibe yang membuat suasana di sana menjadi mistis. Meskipun dari awal perjalanan, mengunjungi pantai-pantai dalam keadaan panas matahari yang menyengat, anehnya, mungkin karena sudah jam tiga, di Garuda Wisnu Kencana terasa sejuk. Meskipun melewati banyak anak tangga yang naik cukup curam, tetapi aku tidak berkeringat sama sekali dan cukup menikmati menaiki tangga tersebut.

Setelah menaiki cukup banyak anak tangga, kami sampai di lokasi pertama Garuda Wisnu Kencana, yaitu Wisnu Plaza. Disana saya langsung dapat melihat patung besar, setengah badan dari Dewa Wisnu. Di bawah patung tersebut, mengalir air yang orang Bali percaya sebagai air suci. Hal tersebut dijelaskan sebelumnya oleh pemandu wisata kami, bahwa air tersebut tiba-tiba memancar. Kalau dalam kisah islam, mungkin bisa dibilang seperti air yang tiba-tiba memancar dari pijakan Nabi Ismail yang sudah dikenal dengan sebutan air zamzam. Namun tentunya kepercayaan setiap orang berbeda. Bagi orang hindu di Bali, air mancur tersebut, yang juga disebut sebagai air mancur Parahyangan Somaka Giri, merupakan tempat suci yang juga merupakan tempat untuk meminta hujan pada Dewa Hujan ketika musim kemarau. 

Setelah melihat-lihat cukup lama dan istirahat, kami melakukan sedikit foto kemudian melanjutkan perjalanan kami. Setelah melihat jalan selanjutnya, ternyata patung setengah badan Dewa Wisnu tersebut merupakan titik tertinggi dari Garuda Wisnu Kencana, karena alur selanjutnya adalah kami menuruni tangga dari tempat tersebut.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Tangga yang kami turuni tidak sebanyak tangga ketika naik sebelumnya, tapi transisi yang dirasakan sangatlah besar. Dari kami merasakan toko di bagian depan dan drop zone Garuda Wisnu Kencana, setelah menuruni anak tangga tersebut, rasanya seperti memasuki dimensi yang berbeda dengan padang rumput hijau yang luas. Tempat yang sangat cocok untuk melakukan piknik seperti yang terdapat dalam scenes yang ada pada cerita ataupun film yang bertema kerajaan. Yang lebih menakjubkan lagi ketika aku memalingkan kepalaku ke arah kanan. Aku dapat merasakan jantungku yang berdebar dan mataku yang berbinar dengan melihat pemandangan yang aku lihat saat itu. Perasaan yang masih ku ingat hingga saat ini. Pemandangan lapangan luas berbentuk persegi, berumput, tetapi memiliki sedikit pola persegi yang dibentuk. Indahnya lagi, lapangan tersebut dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi. Ditambah dengan matahari yang berada di atasnya. Haa.. rasanya benar-benar seperti memasuki sebuah film. 

Yup! Satu film yang langsung masuk ke dalam pikiranku ketika melihat pemandangan tersebut. Maze Runner. Satu film yang bagiku memiliki banyak kenangan. Aku bahkan dapat melihat pemandangan tersebut seharian. Membayangkan bagaimana tebing tersebut bergerak menutup dan berganti posisi. Huft... memang aku yang terlalu banyak berimajinasi.

Lanjut.. 

Setelah menuruni tangga kembali, kami berbelok ke kiri untuk menuju ke patung utama, patung terbesar yang ada di Garuda Wisnu Kencana, yaitu Patung Garuda Wisnu Kencana. Kami berjalan cukup jauh. Sebenarnya terdapat fasilitas yang dapat mengangkut kami agar tidak lelah, tetapi tentu tidak gratis. Sehingga aku dan kedua temanku memilih untuk menikmati perjalanan saja. 

Sebelum sampai di area patung utama, kami melihat Patung Garuda yang cukup besar. Sepertinya garuda tersebut yang dinaiki oleh Dewa Wisnu. Setelah melewati tanjakan, akhirnya kami sampai di area Patung Garuda Wisnu Kencana. Awalnya kukira hanya patung besar yang terdapat di sana. Namun ternyata di bagian bawah patung tersebut dibuka sebagai pameran. Banyak sekali patung-patung kecil yang di pajang. Jujur saja, patung-patung tersebut cukup mengerikan, seperti kepala ogre dan monster-monster lainnya yang sepertinya merupakan karakter dari hikayat yang ada di sana, dengan mulutnya yang berdarah-darah. Mengerikan. Sangat mengerikan. 

Setelah puas berada di sana dan memandangi salah satu patung terbesar yang ada di dunia, kami kembali menuruni tanjakan tadi. Sebelum menutup hari yang melelahkan tetapi cukup berkesan ini, kami disuguhkan oleh pertunjukan Kecak Garuda Wisnu Kencana. Penampilan yang cukup menarik, dengan banyak sekali penari yang ada. 

Setelah puas menyaksikan pertunjukan tersebut, aku dan kedua temanku pun menuju ke gerbang keluar dari Garuda Wisnu Kencana. Kami memutuskan untuk berkeliling sebentar di area luar Garuda Wisnu Kencana sebelum akhirnya diminta untuk berkumpul kembali di Bus.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun