Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diaspora adalah masa tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia dan bangsa tersebut tidak memiliki negara, misalnya bangsa Yahudi yang tersebar di seluruh dunia. Dalam konteks ini, istilah diaspora muncul dengan merujuk penyebaran kelompok agama atau suku dari suatu tanah air karena paksaan atau sukarela.
Menurut William Safran (1991) Diaspora adalah kelompok yang memiliki identitas kolektif dan terpisah dari negara asal, serta berupaya mempertahankan hubungan dengan tanah air mereka.
Diaspora dapat diartikan sebagai perantau yang meninggalkan tanah kelahirannya untuk pergi ke negara lain dengan tujuan tertentu, bisa dalam hal karir, ekonomi, pendidikan atau lainnya. Pemain diaspora berarti para individu yang berpaspor Indonesia atau keturunan dari orang tuanya yang memiliki paspor Indonesia, yang kemudian mendapatkan panggilan untuk mengikuti proses seleksi pembentukan Timnas. Pemain diaspora memiliki peran penting dalam membantu pembangunan negara dalam berbagai bidang.
Jenis-Jenis DiasporaÂ
Warga Negara Indonesia yang tinggal di luar negeri dan masih memegang paspor Indonesia yang sah.
Warga Negara Indonesia yang telah menjadi Warga Negara Asing (WNA) dan tidak lagi memiliki paspor Indonesia.
Warga Negara Asing yang memiliki garis keturunan orang Indonesia
Warga Negara Asing yang memiliki kecintaan terhadap Indonesia
Sejarah Penggunaan Pemainn Naturalisasi Timnas ZIndonesia
Belakangan ini naturalisasi pemain sepakbola Timnas Indonesia menjadi perbincangan hangat di masyarakat Indonesia. Terutama PSSI pada era pelatih Shin Tae Yong (STY) mengisi para pemainnya dengan para pemain diaspora atau pemain keturunan yang lama hidup dan tinggal di luar negeri. Hal tersebut menuai pro dan kontra baik dikalangan masyarakat umum maupun para penggemar sepakbola.
Padahal, naturalisasi pemain sepakbola sudah dilakukan sejak 1950-an, dan pemain naturalisasi pertama adalah Arnold van der Vin, seorang kiper keturunan Belanda. Bahkan naturalisasi pemain sempat ingin dilakukan kembali, yaitu pada tahun 2000-an era Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, namun rencana tersebut mendapat banyak pertentangan. Banyak yang berpendapat bahwa naturalisasi merupakan akibat pembinaan sepakbola Indonesia telah gagal. Dasar hukum naturalisasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Proses ini memungkinkan seseorang untuk menjadi WNI melalui permohonan resmi dengan memenuhi syarat tertentu, seperti usia minimal 18 tahun, tinggal di Indonesia selama lima tahun berturut-turut, dan tidak memiliki kewarganegaraan ganda. Pada tahun 2010, naturalisasi dilakukan kembali ketika Cristian Gonzales, sebagai striker kelahiran Uruguay memutuskan untuk menjadi WNI dan membela timnas.Â
Pada era pelatih Shin Tae Yong (STY) sejak tahun 2019, pemain diaspora kembali diangkat dalam formasi pemain timnas. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengangkat performa timnas. Terbukti saat ini Timnas Indonesia tengah mempertahankan pertarungan agar lolos dalam kualifikasi Piala Dunia 2026.
Peraturan FIFA tentang Penggunaan Pemain Diaspora atau Naturalisasi
FIFA mengatur bahwa setiap negara boleh melakukan naturalisasi dengan syarat-syarat tertentu, seperti:Â
Pemain telah bermain di liga di negara tersebut selama lima tahunÂ
Memiliki darah keturunan dari orang tua maupun kakek dan nenekÂ
Tidak dapat membela timnas negara lain jika sudah pernah memperkuat timnas senior sebuah negara dengan 3 caps atau lebih.
Pemain diaspora adalah mereka yang memiliki ikatan leluhur dengan Indonesia, walaupun lahir dan hidup di luar negeri. Sedangkan naturalisasi adalah status yang diberikan bagi mereka yang tidak memiliki darah Indonesia namun diakui sebagai warga negara Indonesia melalui proses hukum.
Pelatih-Pelatih Timnas Indonesia yang Menggunakan Jasa Pemain Naturalisasi
Berikut ini adalah perbandingan program naturalisasi Timnas Indonesia pada 5 era Ketua Umum PSSI
1. Nurdin Halid (2003-2011)
Pada masa PPSI diketuai oleh Nurdin Halid terdapat dua pemain naturalisasi, yaitu Cristian Gonzales dan Kim Kurniawan.
- Djohar Arifin (2011-2015)
Pada era Djohar Arifin mendatangkan banyak pemain naturalisasi. Dikutip selama periode itu, ada 10 nama yang diproses, yakni Tonnie Cussel, Ruben Wuarnabaran, Stefano lilipaly, Raphael Maitimo, Bio Paulin, Diego Michiels, Victor Igbonefo, Sergio van Dijk, Jhonny van Beukering, hingga Greg Nwokolo.
- Edy Rahmayadi (2016-2019)Â
Pada era Edy Rahmayadi terdapat lima pemain naturalisasi, yaitu Ilija Spasojevic, Esteban Vizcarra, Alberto Goncalves, Ezra Walian, hingga Osas Saha.Â
- Erick Thohir (2019-Sekarang)
Era PSSI Ketua Umum Erick Thohir banyak mendatangkan pemain naturalisasi yang berasal dari pemain diaspora atau keturunan Indonesia. Sejauh ini, sudah ada 13 nama yang diproses jadi WNI.
Pencapaian Timnas Indonesia Bersama Pemain  Naturalisasi dan Diaspora
Hadirnya pemain naturalisasi dan diaspora bersama Tim Nasional Indonesia sangat mempengaruhi kualitas Tim Nasional Indonesia dan menjadi penguat formasi Tim Nasional. Pemain naturalisasi dan diaspora juga dapat dikatakan mendongkrak prestasi timnas di kancah Internasional.Â
Pemain naturalisasi dan diaspora memang sudah ada sejak tahun 1950an, akan tetapi perannya dalam membantu formasi timnas Indonesia untuk meraih prestasi di kancah Internasiona masih kurang terlihat hasilnya. Seperti hal nya ketika PSSI di era Nurdin Halid dengan 3 pemain naturalisasi dan diaspora, pemain diaspora masih kurang mempengaruhi prestasi timnas. Pada era Nurdin Halid, Nurdin Halid timnas Indonesia ikut berpartisipasi di Piala Asia 2005, namun hanya sampai fase grup. Timnas Indonesia kemudian masuk ke putaran final Piala Asia 2007 lantaran terpilih sebagai tuan rumah.
Â
Pada era PSSI diketuai oleh Djohar Arifin dengan sepuluh pemain naturalisasu justru dihadapkan dengan banyak kasus. Pengaturan skor, permasalahan gaji, mafia bola, dan semacamnya mencuat. Salah satunya adalah skandal sepak bola gajah PSS Sleman vs PSIS Semarang.
Kemudian era PSSI diketuai oleh Edy Rahmayadi dengan lima pemain naturalisasu, telah melangsungkan dua kompetisi usia muda, yakni Liga 1 U-16 2018, dan Liga 1 U-19 2018. Selama periode masa jabatan Edy Rahmayadi di PSSI, Timnas Indonesia U-16 berhasil menyabet gelar juara Piala AFF U-16 2018.
Yang terakhir pada era PSSI diketuai oleh Erick Thohir yang menjadi era PSSI dengan jumlah pemain naturalisasi dan diaspora terbanyak sepanjang sejarah era PSSI telah melahirkan sejarah baru terhadap prestasi Tim Nasional Indonesia. Di bawah kepemimpinan Erick Thohir di PSSI, timnas Indonesia embali juara SEA Games, pertama kalinya lolos ke babak knock-out Piala Asia senior, lolos semi final piala Asia U-23 sebagai debutan dan hampir lolos ke Olimpiade 2024.
Pengaruh Pemain Diaspora terhadap Timnas Indonesia dilihat dari Perspektif Global
Hadirnya pemain diaspora dapat memberikan pengaruh atau dampak yang dapat dilihat dari perspektif global. Mereka biasanya punya pengalaman main di liga luar yang lebih ketat, sehingga mereka bisa membawa skill dan pengalaman baru untuk meningkatkan kualitas permainan tim. Maka, Timnas Indonesia memiliki peluang untuk bersaing di level Asia Tenggara dan Asia. Pemain yang udah berpengalaman bisa jadi modal kuat dalam menghadapi tim-tim kuat dari unttuk lain.Â
Kehadiran pemain naturalisasi di Timnas Indonesia nggak cuma ngasih kontribusi di lapangan, tapi juga punya dampak positif buat pengembangan pemain lokal. Pemain naturalisasi, yang udah biasa main di liga-liga luar dengan standar permainan yang lebih tinggi, bisa jadi sumber ilmu yang berharga buat pemain lokal. Dari pengalaman mereka, pemain lokal bisa belajar berbagai hal penting seperti teknik dan skill tingkat tinggi, disiplin,etos kerja, kecerdasan taktik, dan mentalitas kompetitif.Â
Pengakuan yang lebih inklusif terhadap diaspora tidak hanya memperkuat identitas nasional tapi juga membuka jalan bagi sinergi yang lebih besar antara bangsa Indonesia dan warganya di luar negeri. Sinergi ini tidak hanya akan mendorong kemajuan pada bidang terkait, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di kancah global, sebagaimana dilakukan timnas sekarang yang bisa bersaing di level kompetisi lebih tinggi ketimbang sebelumnya.The Conversation.
Selain itu anggota diaspora juga dapat menjadi penghubung antara negara asal dan negara tujuan mereka, memfasilitasi dialog, kerja sama, dan diplomasi antarnegara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H