Mohon tunggu...
Eti Maryati
Eti Maryati Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

www.kawankampung.wordpress.com www.kawanbumi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hari Bumi 2018: Berapa Banyak Sampah Plastik yang Kita Hasilkan Hari Ini?

22 April 2018   07:34 Diperbarui: 22 April 2018   15:34 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.uumfe.org

Hari Bumi jatuh pada hari ini, 22 April. Perayaannya di tahun 2018 mengambil tema "Mengakhiri Polusi Plastik (End Plastik Pollution)".  Pengambilan tema ini tentunya muncul dari kekhawatiran yang begitu besar akan dampak sampah plastik pada Bumi dan sekaligus masa depannya.

Tapi pertama-tama, mari kita simak pesan Hari Bumi 2018 yang dicuplik dari laman www.earthday.org sebagai berikut.

"48 tahun yang lalu, pada 22 April 1970, jutaan orang turun ke jalan untuk memprotes dampak negatif dari pembangunan industri yang sudah berjalan selama 150 tahun.

Di Amerika Serikat dan seluruh dunia, kabut asap jadi mematikan dan semakin membuktikan bahwa polusi tersebut menghambat perkembangan anak-anak. Keanekaragaman hayati terancam sebagai hasil dari penggunaan pestisida yang berlebihan dan polutan lainnya.

Kesadaran akan ekologi global meningkat, yang dengan segera direspon oleh Kongres AS dan Presiden Nixon. Pada bulan Juli di tahun yang sama, mereka membentuk Badan Perlindungan Lingkungan dan menerbitkan banyak UU Lingkungan, diantaranya UU Air Bersih dan UU Spesies Terancam.

Satu Milyar Orang

Hari Bumi kini merupakan sebuah event global tahunan, dan kami percaya bahwa lebih dari 1 milyar orang di 192 negara akan berpartisipasi dalam aksi masyarakat terbesar di dunia ini.

Ini adalah hari aksi politik dan partisipasi sipil. Masyarakat berbaris, menandatangani petisi, bertemu dengan para pejabat, menanam pohon, membersihkan kota dan jalanan. Korporasi dan pemerintah mengikrarkan janji dan menggaungkan keberlangsungan. Pemimpin agama, termasuk Paus, menghubungkan Hari Bumi dengan melindungi ciptaan Tuhan, manusia, keanekaragaman dan planet yang kita semua hidup di atasnya.

Hari Bumi 2018 akan berfokus pada mobilisasi dunia untuk mengakhiri polusi plastik, termasuk memberikan dukungan terhadap usaha global untuk menyingkirkan penggunaan plastik bersamaan dengan regulasi global dalam hal pembuangan plastik. Jutaan masyarakat akan diedukasi mengenai resiko kesehatan yang diakibatkan penggunaan dan pembuangan plastik, termasuk polusi terhadap laut, air dan kehidupan alam, juga bukti-bukti bahwa pembuangan plasti menciptakan problem yang serius.

Dari meracuni dan merusak kehidupan laut hingga kehadiran plastik di dalam makanan kita  yang mengganggu hormon dan menyebabkan penyakit-penyakit mematikan dan pubertas dini, penggunaan plastik mengancam keselamatan planet kita. Tujuan kampanye Hari Bumi 2018 adalah untuk mengakhiri penggunaan plastik, mendorong penggunaan material alternatif selain material berbahan fosil, mendorong 100% plastik daur ulang, mendorong kepedulian korporasi dan pemerintah dan mengubah perilaku manusia dalam penggunaan plastik.

Kampanye Hari Bumi 2018 mencakup 4 agenda besar:

  • Menggerakkan masyarakat bawah untuk mendukung regulasi global terkait polusi plastik
  • Mengedukasi, memobilisasi dan menggerakkan masyarakat di seluruh dunia agar menuntut pemerintah dan korporasi untuk mengontrol dan           membersihkan polusi plastik,
  • Mengedukasi masyarakat di seluruh dunia untuk mengambil tanggung jawab pribadi terhadap polusi plastik dengan menolak, mengurangi, mengguna         ulang dan mendaur ulang plastik, dan
  • Mendorong pemerintah daerah untuk turut mengatasi polusi plastik melalui kebijakan dan upaya lainnya

Nah, dari pesan tersebut jelas sudah, mengapa tema Polusi Plastik ini diambil. Mari kita pikirkan, berapa banyak sampah plastik yang kita produksi dalam satu hari. Mulai bungkus snack, botol air mineral, kresek belanjaan, gelas minuman, hingga kotak jajanan di pinggir jalan. Katakanlah, jika satu orang  menghasilkan setengah kilogram sampah plastik sehari, berapa yang dihasilkan, misalnya saja, dua juta penduduk Kota Bandung dalam sehari? 1 Ton! Hmm, mengerikan ya. Mari kalikan satu minggu, satu bulan, satu tahun..

Ada lagi yang lebih mengerikan? Ya. Indonesia adalah penyumbang sampah plastik terbesar kedua setelah Tiongkok. Dalam riset yang dilakukan terhadap 192 negara, terlihat bahwa Indonesia menyumbang sebanyak 3,22 juta metrik ton limbah plastik. Penelitian lebih spesifik dilakukan oleh Lamb, et.al (2018) yang berjudul Plastic Waste Associated with Disease on Coral Reefs. Riset ini menunjukkan bahwa sampah plastik paling banyak ditemukan di Indonesia, yakni 25,6 bagian per 100m2 terumbu karang di lautan (tirto.id). Wah wah, tentunya kita tidak bangga dengan predikat ini.  

Jadi jawabannya jelas, kita harus mengambil aksi dari sekarang, sekecil apapun, untuk mengurangi penggunaan plastik. Jika berbelanja, bawalah kantong belanja sendiri, biasakan menolak tawaran kresek dari penjual atau pramuniaga. Saya sering mendapat jawaban "Gak perlu bayar kok plastiknya". 

Kalau sudah begitu, saya hanya tersenyum lalu menjelaskan saja bahwa bukan soal harganya. Yang paling sering adalah ekspresi bingung penjual atau pramuniaga ketika disodori kantong belanjaan "Apa ini Bu?". Hmm, hal seperti ini memang belum membudaya sekali di negara kita. Namun, jangan takut berbeda dari yang lain hanya karena melakukan sesuatu yang kita anggap benar. Ya, kan?

Kantong belanja hanya salah satunya. Banyak lagi yang bisa kita lakukan. Membawa botol air sendiri, membawa kotak makan sendiri, menggunakan kembali wadah-wadah plastik yang masih bisa digunakan, menggunakan kantong kertas, dan sebagainya dan sebagainya.

Mari berpartisipasi dalam aksi global Hari Bumi 2018 dengan mengurangi sedikit demi sedikit penggunaan plastik dalam keseharian kita. Bukan hanya dalam rangka Hari Bumi saja, melainkan terus menerus. Karena sesungguhnya kita mempunyai tanggung jawab, baik sebagai pribadi maupun masyarakat, untuk menjaga bumi. Bahkan dari sudut pandang agama pun, menjaga bumi merupakan tanggung jawab kita. Tanamkan pula kepada anak cucu kita untuk menjaga bumi agar dapat diwariskan juga dalam keadaan baik kepada anak cucu mereka nanti. (em)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun