Begitu makanan kami sudah siap, saya meminta waktu kepada salah satu pekerja yang melayani kami untuk mengobrol sebentar. Kami duduk berhadapan di bangku kosong di sebelah bangku ayah dan adik saya.
Mas Gian namanya. Sudah bekerja di tempat ini selama kurang lebih 4 tahun. Dia yang duduk di seberang saya ini juga memakai masker wajah seperti saya, seperti para pengunjung lainnya. “Saya sudah bekerja di sini selama 4 tahun. Tempat foodcourt ini merupakan investasi yang dimiliki oleh Heni Handayani,” jawabnya ketika saya menanyakan tentang angkringan ini.
“Lalu, dari sebelum pandemi dan setelah pandemi hingga sekarang apakah jam buka dan jam tutup angkringan ini mengalami perubahan?” Tanya saya. “Iya mbak, kalo sebelum pandemi kita buka jam 10 pagi terus tutup jam 11 malem, nah pas pandemi ini kita buka jam 12 siang tutup jam 9 malem. Orang-orang yang datang juga dibatesin mbak, nerapin social distancing juga,” jawab Mas Gian.
Selain menerapkan social distancing, tempat makan angkringan ini juga kini menyediakan wastafel tambahan untuk memudahkan para pengunjung untuk membersihkan kedua tangannya, yang terletak di tengah taman.
“Berarti ketika pandemi melanda dan jam bukanya berubah, jumlah pembeli juga menurun ya, Mas?” Tanya saya lebih lanjut. “Iya mbak, jumlah pembelinya menurun drastis banget, sampe 50% ada mbak. Soalnya ‘kan kita ini ramenya pas jam-jam malem mbak, banyak mahasiswa yang nongkrong di sini pas jam segitu, jadi ketika jam tutup dimajukan, udah jarang banget yang kesini,” jawabnya.
Tidak heran mengapa kebanyakan mahasiswa memilih untuk nongkrong dengan segerombolan teman-temannya di sini, karena selain harga makanan dan minumannya yang cukup terjangkau, tempat yang bertemakan outdoor ini juga membuat para pengunjung bebas untuk menyalakan rokok dan menghembuskan asapnya di sini. Ditambah lagi tersedianya WiFi gratis yang mampu membuat kebanyakan orang, terutama pelajar dan mahasiswa betah berlama-lama di angkringan ini.
“Lalu, apakah ada perbedaan mas dari jumlah pembeli dari tahun 2020 lalu dengan tahun 2021 ini? Mengingat pada akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021 kebijaksanaan lockdown sulah mulai melonggar,” saya melontarkan pertanyaan lainnya.
“Oh iya mbak ada perubahan dari jumlah pembelinya, tapi naiknya nggak begitu banyak, paling Cuma sekitar dua bulanan pembeli mulai naik lagi meskipun jam buka kami nggak begitu lama. Tapi akhir-akhir ini pembelinya turun lagi (jumlahnya) mbak, soalnya banyak berita kalau angka covid melunjak naik lagi,” jelasnya.
Karenanya, produksi makanan angkringan pun turut menurun seiring menurunnya jumlah pembeli. Di samping membuat jam buka tempat makan ini yang menjadi lebih singkat, pandemi juga lah yang memberikan dampak kepada beberapa pelayan yang bekerja di foodcourt ini. Terlihat, semakin lama semakin sedikit pelayan yang berlalu-lalang di foodcourt.
Selain itu, dengan adanya perubahan waktu jam buka juga mengakibatkan pergantian shift pelayan berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. namun meskipun begitu, tempat angkringan ini tetap gigih membuka usahanya ditengah-tengah pandemi. diiringi usaha dan do'a, pasti ada rezeki yang mendekat, begitu jelas Mas Gian.
Mas Gian yang duduk di depan saya ini juga kelihatannya bekerja sendirian pada malam ini. Sedari tadi, dia yang melayani beberapa pembeli yang hendak memesan nasi angkringan. Saya pun menunggunya untuk menyiapkan makanan yang kami pesan tadi terlebih dahulu sebelum melakukan perbincangan ini.