Mohon tunggu...
Hilwa HafizhaTajalla
Hilwa HafizhaTajalla Mohon Tunggu... Lainnya - "Indonesia tak tersusun dari batas peta, tapi gerak dan peran besar kaum muda." -Najwa Shihab

Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi yang tertarik dengan public speaking, seni, bahasa, dan tentunya tulisan maupun karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Potret Perjuangan Usaha Kecil Melawan Pandemi

25 Juni 2021   19:42 Diperbarui: 25 Juni 2021   19:57 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang sudah kita semua ketahui, dimulai tepat awal tahun 2020 lalu pemerintah negara kita menetapkan aturan agar seluruh masyarakat berdiam diri di rumah dan menjaga jarak dengan orang lain.

Seluruh kegiatan di luar rumah dibatasi, bahkan bekerja dan belajar pun dilakukan dari rumah hingga saat ini. Tentunya, kegiatan ini juga berdampak pada mereka yang memiliki usaha, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah.

Tepat malam ini sekitar jam 7.15, saya bersama dengan ayah dan adik bungsu saya keluar rumah untuk mencari makan. Meskipun cuaca sedang dingin dan bahkan hujan gerimis yang cukup deras, kami tetap menyalakan mesin motor dan menuju tempat makan angkringan. Tentu saja kami keluar rumah dengan mematuhi protokol kesehatan, seperti menggunakan masker.

Letaknya di Jalan Damai, Banteng, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman Yogyakarta. Cukup dekat dari tempat tinggal saya. Sesampainya di tempat makan, kami memarkirkan kendaraan dan langsung memesan makanan.

Terdapat beberapa orang yang juga sedang makan di tempat. Tidak terlalu banyak memang, hanya 3 meja yang dipenuhi oleh pembeli dengan beberapa orang di setiap mejanya.

Tempat makan ini merupakan foodcourt yang menyediakan makanan dan minuman yang cukup beragam. Ada sushi, ramen, soto, ayam kriuk, capcay, nasi angkringan dengan berbagai lauk dan beberapa makanan umum lainnya. Untuk minuman juga cukup beragam, mulai dari the, susu, jahe, jus, dan lainnya.

Perlu diketahui bahwa ‘icon’ dari foodcourt satu ini adalah nasi angkringannya. Tak hanya itu, banyak juga orang yang mengenal foodcourt ini dari Es Durennya yang dijual persis di sebelah kios nasi angkringan. 

Di kios angkringannya sendiri pun tak hanya menawarkan nasi angkringan dengan berbagai lauk seperti ikan teri, tempe, kikil, dan sebagainya, namun juga menawarkan sate telur, sate usus, dan bermacam-macam makanan pelengkap yang dijamin enak ketika dikonsumsi dengan nasi angkringan.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Tempat makan yang satu ini merupakan tempat makan outdoor, terdapat taman yang cukup luas dengan dihiasi beberapa tumbuhan dan patung King Kong di taman tersebut. Tak ketinggalan pula ayunan dan perosotan yang juga meramaikan taman itu.

Begitu makanan kami sudah siap, saya meminta waktu kepada salah satu pekerja yang melayani kami untuk mengobrol sebentar. Kami duduk berhadapan di bangku kosong di sebelah bangku ayah dan adik saya.

Mas Gian namanya. Sudah bekerja di tempat ini selama kurang lebih 4 tahun. Dia yang duduk di seberang saya ini juga memakai masker wajah seperti saya, seperti para pengunjung lainnya. “Saya sudah bekerja di sini selama 4 tahun. Tempat foodcourt ini merupakan investasi yang dimiliki oleh Heni Handayani,” jawabnya ketika saya menanyakan tentang angkringan ini.

“Lalu, dari sebelum pandemi dan setelah pandemi hingga sekarang apakah jam buka dan jam tutup angkringan ini mengalami perubahan?” Tanya saya. “Iya mbak, kalo sebelum pandemi kita buka jam 10 pagi terus tutup jam 11 malem, nah pas pandemi ini kita buka jam 12 siang tutup jam 9 malem. Orang-orang yang datang juga dibatesin mbak, nerapin social distancing juga,” jawab Mas Gian.

Selain menerapkan social distancing, tempat makan angkringan ini juga kini menyediakan wastafel tambahan untuk memudahkan para pengunjung untuk membersihkan kedua tangannya, yang terletak di tengah taman.

“Berarti ketika pandemi melanda dan jam bukanya berubah, jumlah pembeli juga menurun ya, Mas?” Tanya saya lebih lanjut. “Iya mbak, jumlah pembelinya menurun drastis banget, sampe 50% ada mbak. Soalnya ‘kan kita ini ramenya pas jam-jam malem mbak, banyak mahasiswa yang nongkrong di sini pas jam segitu, jadi ketika jam tutup dimajukan, udah jarang banget yang kesini,” jawabnya.

Tidak heran mengapa kebanyakan mahasiswa memilih untuk nongkrong dengan segerombolan teman-temannya di sini, karena selain harga makanan dan minumannya yang cukup terjangkau, tempat yang bertemakan outdoor ini juga membuat para pengunjung bebas untuk menyalakan rokok dan menghembuskan asapnya di sini. Ditambah lagi tersedianya WiFi gratis yang mampu membuat kebanyakan orang, terutama pelajar dan mahasiswa betah berlama-lama di angkringan ini.

“Lalu, apakah ada perbedaan mas dari jumlah pembeli dari tahun 2020 lalu dengan tahun 2021 ini? Mengingat pada akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021 kebijaksanaan lockdown sulah mulai melonggar,” saya melontarkan pertanyaan lainnya.

“Oh iya mbak ada perubahan dari jumlah pembelinya, tapi naiknya nggak begitu banyak, paling Cuma sekitar dua bulanan pembeli mulai naik lagi meskipun jam buka kami nggak begitu lama. Tapi akhir-akhir ini pembelinya turun lagi (jumlahnya) mbak, soalnya banyak berita kalau angka covid melunjak naik lagi,” jelasnya.

Karenanya, produksi makanan angkringan pun turut menurun seiring menurunnya jumlah pembeli. Di samping membuat jam buka tempat makan ini yang menjadi lebih singkat, pandemi juga lah yang memberikan dampak kepada beberapa pelayan yang bekerja di foodcourt ini. Terlihat, semakin lama semakin sedikit pelayan yang berlalu-lalang di foodcourt.

Selain itu, dengan adanya perubahan waktu jam buka juga mengakibatkan pergantian shift pelayan berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. namun meskipun begitu, tempat angkringan ini tetap gigih membuka usahanya ditengah-tengah pandemi. diiringi usaha dan do'a, pasti ada rezeki yang mendekat, begitu jelas Mas Gian.

Mas Gian yang duduk di depan saya ini juga kelihatannya bekerja sendirian pada malam ini. Sedari tadi, dia yang melayani beberapa pembeli yang hendak memesan nasi angkringan. Saya pun menunggunya untuk menyiapkan makanan yang kami pesan tadi terlebih dahulu sebelum melakukan perbincangan ini.

Hujan sudah mulai sedikit reda. Saya, ayah, dan adik saya juga sudah selesai. Tak lupa sebelum meninggalkan tempat makan, saya berterima kasih kepada Mas Gian yang sudah meluangkan waktunya untuk berbicara dengan saya.

Dokumen Pribadi, saya di depan kios angkringan
Dokumen Pribadi, saya di depan kios angkringan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun