Mohon tunggu...
Hilwa HafizhaTajalla
Hilwa HafizhaTajalla Mohon Tunggu... Lainnya - "Indonesia tak tersusun dari batas peta, tapi gerak dan peran besar kaum muda." -Najwa Shihab

Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi yang tertarik dengan public speaking, seni, bahasa, dan tentunya tulisan maupun karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tentang Studio Animasi Jepang dan Hasil Produksinya yang Abadi

6 Maret 2021   22:11 Diperbarui: 7 Maret 2021   12:51 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Teruntuk kalian yang suka menonton film, khususnya film animasi, pastinya sudah akrab dengan studio ini. Yup, Studio animasi veteran yang  didirikan pada 15 Juni tahun 1985 ini bernama Studio Ghibli yang berbasis di Koganei, Tokyo, Jepang.

Nama ‘Ghibli’ diambil dari kata benda Bahasa Italia untuk menyebut pesawat-pesawat pengincar Sahara. Meskipun berasal dari Bahasa Italia, kata ini sebenarnya diserap dari kata Qibli dari Bahasa Arab Libya yang berarti Qibla atau Kiblat. Teori dari nama Studio Ghibli adalah studio tersebut hendak meniupkan angin baru terhadap industri animasi atau anime.

Orang-orang di balik berdirinya Studio Ghibli ini adalah Hayao Miyazaki, Toshio Suzuki, dan Isao Takahata. Awal mula pertemuan ketiga orang ini adalah ketika Toshio Suzuki yang merupakan General Manager terlibat dalam penerbitan majalah edisi perdana Animage.

Studio Ghibli ini awalnya didirikan setelah film berjudul Nausicaa of the Valley of the Wind garapan Miyazaki pada tahun 1983 yang awalnya merupakan manga bersambung dan diterbitkan oleh majalah manga Tokuma Shoten. Tokuma ini adalah perusahaan induk Studio Ghibli.

Pada tahun 2001, dibukalah Museum Ghibli Mitaka yang didedikasikan untuk Studio anime yang terkenal di seluruh dunia dan Hayao Mazaki. di museum ini, diadakan pameran spesial dengan pergantian tema di setiap tahunnya!

Museum Ghibli Mitaka ini terletak di daerah Mitaka, Tokyo. Dengan konsep “Ayo Tersesat di Dunia Ghibli Bersama-sama”, dari anak-anak hingga orang dewasa dapat masuk dan menikmati suasana di museum ini dengan senang hati.

Tentunya di dalam museum Ghibli Mitaka ini terdapat karakter-karakter serta benda-benda yang ada di dalam film-film animasi Studio Ghibli dengan ukuran aslinya. Museum ini bagaikan negeri dongeng yang diwujudkan menjadi nyata.

Tentang film animasi Ghibli, apakah kalian sudah menonton salah satu dari puluhan filmnya? Saya ini bisa dibilang penyuka anime yang masih newbie karena belum genap dua tahun terjun ke dunia kartun Jepang ini. Dan dari film-film yang diproduksi Studio Ghibli, saya telah menonton 4 filmnya dan semuanya sangat bagus, dengan keunikan tersendiri di setiap filmnya.

Menurut saya, film animasi dari Studio Ghibli ini memiliki daya tarik tersendiri, karena memiliki alur cerita yang menarik. Namun, sebelum memutuskan untuk menonton salah satu film animasi dari Studio Ghibli, kita sebaiknya menentukan suasana hati kita pada saat ingin menonton, apakah kita ingin menonton sesuatu yang imajinatif dan penuh fantasi, atau kisah cinta yang manis, atau justru ingin menonton film animasi yang dapat menguras air mata dan emosi.

Film animasi dari Studio Ghibli yang pertama kali saya tonton adalah Spirited away yang rilis pada tahun 2001 dan meraih penghargaan Oscar, lho! Film Spirited Away ini menceritakan seorang anak perempuan bernama Chihiro yang berumur 10 tahun dan hendak pindah ke kota baru  dengan kedua orangtuanya. Ketika dalam perjalanan, mereka menemukan taman hiburan yang telah terbengkalai. Namun, kedua orangtua Chihiro melakukan kesalahan yang membuat roh-roh yang bersemayam disana marah. Karenanya, Chihiro harus bekerja di onsen roh untuk menyelamatkan kedua orangtuanya.

Ketika menonton film animasi ini, saya disuguhi alur cerita yang menarik dengan penggambaran karakter roh-roh yang unik dan berbeda satu sama lain. Perjuangan Chihiro menyelamatkan orangtuanya dengan bekerja untuk roh-roh itu cukup membuat saya terkesan. Untuk pecinta genre fantasi, kalian harus nonton ini! Apalagi yang suka dengan film animasi.

Lalu film animasi selanjutnya yang saya tonton dari Studio Ghibli adalah Whisper of the Heart yang dirilis pada 1995. Film animasi kali ini menceritakan tentang seorang remaja perempuan bernama Shizuku Tsukishima yang duduk di bangku SMP. Shizuku gemar sekali membaca, dan dia seringkali ke perpustakaan sekolah untuk meminjam buku. Namun setiap buku yang Shizuku pinjam tertulis nama seorang lelaki di kartu peminjaman buku perpustakaan, dan lelaki ini selalu meminjam buku yang disukai Shizuku terlebih dahulu. Nama lelaki itu adalah Seiji Amasawa.

Film ini memiliki alur yang ringan. Saya dibuat senyum-senyum sendiri ketika menontonnya. Meskipun endingnya sudah tertebak, saya tetap bisa menikmati adegan demi adegan yang ditayangkan, hingga akhirnya Seiji Amasawa secara berani dan terang-terangan menyatakan bahwa dia jatuh cinta dengan Seizuku, hati saya terasa bahagia. Sedikit lebay memang, namun kenyataannya memang begitu. Jika kalian suka dengan film bergenre drama, pastikan kalian menonton ini.

Film ketiga yang telah saya tonton adalah Ponyo. Film animasi ini bergenre fantasi dan dirilis pada 2008, menceritakan tentang seorang putri ikan mas bernama ponyo yang bersahabat dengan anak laki-laki berumur 5 tahun bernama Sosuke. Karena Ponyo ingin sekali menghabiskan waktu dengan Sosuke, Ponyo pun menginginkan dirinya agar menjadi manusia. Namun sayangnya, keinginan Ponyo ini membawa bencana yang mengancam desa tempat Sosuke tinggal.

Ketika menonton film ini, mata saya dimanjakan dengan animasi yang lucu-lucu. Saya sangat suka karakter Ponyo yang menggemaskan dan berani. Jika kalian suka dengan hal-hal yang lucu dan imut, cobalah untuk menonton Ponyo, pasti tidak akan menyesal!

Yang terakhir, adalah Grave of the Fireflies. Film animasi garapan Studio Ghibli ini dirilis pada 1988. film ini menceritakan seorang laki-laki bernama Seita dengan adiknya Setsuko yang berjuang untuk bertahan hidup setelah kematian ibunya karena pengeboman. Ayah dari kedua anak malang ini merupakan angkatan laut Jepang, dan ayahnya tidak ada kabar sama sekali.

Berlatar pada zaman perang tahun 1940-an, film ini sukses membuat saya menangis. Perjuangan Seita untuk menghidupi dirinya dan adiknya sangat besar. Percaya atau tidak, dari pertengahan film hingga selesai saya tak henti-hentinya meneteskan air mata.

Teruntuk kalian yang sedang ingin bersedih ria, saya rekomendasikan menonton Grave of the Fireflies. Filmnya bagus dan cukup menguras emosi, namun saya sangat suka.

Film-film Ghibli ini dapat dipastikan tak akan termakan oleh zaman, karena film-filmnya mengandung makna yang berarti dan dapat disebut abadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun