Mohon tunggu...
Hilmy Farhan
Hilmy Farhan Mohon Tunggu... -

Salah satu dari 255 juta penduduk Indonesia, rakyat dunia (Calon) Dokter (Calon) Professor

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Antara Kopi, Perjuangan, dan Calon Dokter

29 Oktober 2016   16:58 Diperbarui: 29 Oktober 2016   19:44 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

caffeine-png-5814999ed993733e29a353bc.png
caffeine-png-5814999ed993733e29a353bc.png
Ada yang tahu bahan kimia apa ini?

Tidak, saya tidak menantang diri kalian untuk membuka kembali buku kimia SMA.

Ini adalah caffeine (kafein), suatu zat yang orang awam kenali sebagai penahan rasa kantuk

Ada yang menarik dengan bahan tersebut

Beethoven sarapan pagi dengan tidak lebih dari 60 biji kopi setiap hari, terseduh di meja makannya. Begitu pula founding father of AmericaBenjamin Franklin. Pemikir hebat, Voltaire, pun adalah penikmat kopi kronis

Ya, KRONIS

Tapi apakah seorang pemikir hebat perlu berteman baik dengan kafein pada kopi? Menurut saya tidak selalu. Selama mereka dapat handle diri untuk terjaga melewati malam hari.

Saya adalah seorang mahasiswa kedokteran, dan saya adalah salah satu mahasiswa yang tidak berotak cemerlang. Saya adalah mahasiswa yang berbeda dengan mereka yang datang kuliah, melihat dosen menyampaikan materi, buka textbook sebentar malamnya, lalu dapat tidur dengan tenang.

Saya bukan mereka. Gen saya berbeda.

Saya perlu struggle lebih untuk memahami sama seperti mereka dalam suatu hal. Ini saya sadari ketika saya, pada hampir satu semester, mendapatkan nilai-nilai yang jauh dari harapan.

So you know, di kampus saya, FK UNAIR, Anatomi di kurikulum ini dibagi menjadi 3 paket. Ekstrimitas (alat gerak), Torak dan Abdomen (Area badan atas dan badan bawah seperti dada dan perut), dan Kepala (otak, mata, hidung, dan lain-lainnya).

(Gambar diambil dari Netter edisi 6)
(Gambar diambil dari Netter edisi 6)
Yep, gambar-gambar semacam ini yang harus dihapal. Cukup mengerikan untuk dihapal? Ah tidak, bagi para dokter, bidan, siapapun yang sudah ahli dalam bidang kesehatan, gambar ini tidaklah susah.

Singkat cerita, dari 3 paket Anatomi dalam satu semester, saya mendapat nilai : B, AB, dan D

yep, nilai paket 3, anatomi kepala adalah D. D mepet ke E.

Rekan, nilai D di kampus itu menjadi masalah. Setidaknya bagi saya.

Saya organisatoris, dan salah satu motivasi saya ketika itu menjadi organisatoris adalah menjadi pembuktian, bahwa organisatoris yang hebat adalah akademis yang hebat pula. Organisasi bukanlah halangan ataupun excuse.

Masalah datang ketika itu. Nilai D. Berbeda dengan rekan-rekan lainnya yang mayoritas aman pada nilai B, AB, atau A, yang selepas ujian dapat pergi ke bioskop menonton film.

Distress pun datang. Tapi ini bukan akhir perjuangan. Masih ada ujian perbaikan, satu minggu setelahnya

Dan apa tindakan yang saya ambil?

Saya ambil tindakan. Saya pergi ke suatu kedai kopi selepas kuliah. Sendiri melewati malam-malam (bahkan malam minggu) untuk belajar segala komponen kepala.

Itu semua dengan berbekal kafein. “Drug” yang menemani perjuangan ketika itu.

Berbekal kafein, saya berusaha melewati semua itu sekuat tenaga.

Singkat cerita, saya lulus dengan nilai B. Alhamdulillah.

Tapi rekan, ada yang lebih manis dari sekadar nilai B pada transkrip nilai (menurut mahasiswa FK kebanyakan, nilai B adalah nilai biasa). Ada yang lebih manis. Jauh lebih manis.

Kerasnya Perjuangan

Tidak berbicara output, saya berbicara proses.

Banyak dari kita lihat orang-orang hebat yang tercetak itu dengan output.

5th Symphony milik Beethoven yang mendunia itu bukanlah hasil dari kejeniusan semata. Mark Zuckerberg dengan facebook nya pun bukan hasil kedipan mata sesaat lalu tercipta. Begitu juga Steve Jobs dengan up and down dalam Apple-nya.

Mindset, people. Mari kita ubah mindset kita dalam melihat suatu hal. Apresiasi kinerja seseorang itu tidak pada output, tetapi proses mereka. Begitu juga diri kita sendiri.

“What makes you great, is your process to be great”

Kalimat tersebut mendasar, apakah kita sudah melalui proses itu dengan maksimal? Untuk sejawat mahasiswa kedokteran, apakah usaha kita untuk berproses itu sudah maksimal?

Sudahkah anda melewati malam-malam tanpa tidur? Sudahkah anda pergi ke kampus dengan mengorbankan punggung terberati tas isi laptop dan atlas? Sudahkah anda mengorbankan waktu bersama teman dan keluarga sedikit demi perjuangan itu?

Untuk mahasiswa,

Yakinlah, kondisi terjaga malam hari dengan kopi, buku, laptop dan suara jangkrik akan membawa dirimu pada jajaran mereka.

Last bu not least, sebagai penutup, apa yang ingin saya garisbawahi ada pada kalimat berikut.

“Pasien anda berhak mendapat yang terbaik dari diri anda kelak”

Keep struggling, keep suffer, and see you on top

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun