Mohon tunggu...
HilmyAnis
HilmyAnis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang membagikan berbagai tulisan sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan opini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Harus Sekarang

13 Februari 2024   11:20 Diperbarui: 13 Februari 2024   11:32 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita coba di toko dekat pinggir kota, siapa tau disana ada," ucap Ibunya memberinya harapan sekali lagi. 

Namun, hasilnya sama saja. Makanan yang Rara cari habis dibeli orang lain. Rara semakin kehilangan kepercayaan diri. Ia merasa tidak izinkan mencicipi makanan itu sedikit pun. Harapannya tersisa 8 persen.

Setiap ditanya ibunya, "Ada?"

Ia selalu menggelengkan kepala tanpa berucap. Seketika Ibunya mengerti yang ia maksud. 

"Oke, kita coba ke toko rekomendasi teman ibu," hobi Ibunya sambil memutar stir mobil.

"Jikalau habis lagi gimana Bu?" tanya Rara dengan nada memelas.

"Kita coba dulu ya," jawab Ibunya mencoba menenangkan Rara dengan sepetik harapan lagi. Rara hanya bisa mengangguk sambil melihat keluar.

Tidak sadar, hari semakin sore. Langit yang tadinya biru dan abu karena banyaknya asap kendaraan, kini menjadi lebih terbuka dan menampakkan langit orange. Manis sekali melihat langit yang terukir jelas di depan matanya itu. Bohong jika ia tidak merasa kagum. Apapun tentang langit, Rara selalu berada di barisan depan. Ia sedikit menarik senyum di bibirnya. Matanya merekam semua yang ia lihat. Ia merasa masih diberikan harapan besar untuk merasakan hal-hal yang indah.

Ibunya yang melihatnya, merasa lebih lega. Ia merasa tidak salah mengambil jalan ini, Rara bisa dengan puas melihat pemandangan kesukaannya itu. Ia membiarkan Rara menikmati kekagumannya itu sendirian.  Walaupun harus berputar lebih jauh, setidaknya bisa menyusutkan rasa kecewa yang Rara rasakan. 

Tidak sadar, mereka berdua telah sampai di tempat yang dituju. Ibunya merangkul pundak Rara yang masih mencoba menerima energi positif setelah melihat itu. Untuk keempat kalinya, Rara merasa tertolak. Makanan yang ia incar, habis diborong orang lain. Tentu saja rasa kecewanya tidak terbendung. Sudah empat kali berpindah toko, hasilnya sama saja, nihil. 

Tidak tega melihat Rara semakin menunduk, ibunya berucap, "Ngga papa sayang, Ibu tau kamu pengen cobain banget, tapi belum untuk hari ini. Ngga semua yang kamu pengen, harus terjadi sekarang, bisa saja esok nanti. Semoga besok kamu bisa cobain, gantian sama orang lain, kan yang pengen itu ngga cuman kamu. Gapapa ya?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun