Mohon tunggu...
HilmyAnis
HilmyAnis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang membagikan berbagai tulisan sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan opini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Kejutan Ulang Tahun

1 Februari 2024   16:50 Diperbarui: 1 Februari 2024   16:59 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan Fahri sudah kenal lama. Sejak duduk di bangku SMP, kita resmi berpacaran. Hingga saat ini, memasuki masa perkuliahan, aku masih berstatus pacarnya. Walaupun hubungan kita sudah berjalan dengan usia, ia tidak pernah sama sekali berubah. Sikap romantisnya tidak pernah luntur. Selalu ada cara unik yang ia lakukan demi membuatku tersenyum bahagia bak sang ratu.

Beberapa kali, ia membelikanku buket bunga. Bahkan tanpa alasan yang jelas pun, tetap ia berikan. Katanya sih kejutan buat kamu, dan aku tidak pernah curiga dengan tingkahnya itu. Bagiku wajar saja, dan itu cukup lucu untukku. Sampai pada suatu ketika, aku dibuat kaget bukan kepalang olehnya. Ia kepergok makan berdua dengan cewek lain, mereka berdua berbicara sangat serius. Ternyata cewek itu sahabat dekatku, Dinda. Rasa emosiku tak terbendung, aku menghampiri meja mereka berdua dengan amarah yang memuncak.

"Heh! Kamu ngapain?!" teriakku di depan muka Fahri. Ia panik seketika, tak bisa berkata-kata.

Aku pandang Dinda dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dinda mengalihkan mukanya, merasa malu dan tak berani menatapku. 

"Kamu ngapain berduaan sama Dinda? Kamu selingkuh hah?! Jahat kamu ya!!" ucapku sambil mendorong tubuh Fahri. 

"Kamu juga Dinda, aku kira kita baik-baik aja, ternyata kamu sama aja!" ucapku sambil mendorong tubuh Dinda.

"Sayang tunggu dulu aku bisa jelasin," pinta Fahri sambil memegang tanganku.

"Ngga ada yang perlu dijelasin lagi. Kita putus!" ucapku sambil berlalu pergi.

Fahri terus menahanku pergi. Ia mengejar di belakangku. Namun aku berhasil keluar, jalanku semakin tergesa-gesa. Aku tak peduli orang lain lihat keributan kita berdua. Pikiranku mulai kacau. Aku memilih memberhentikan taksi lalu pergi dari tempat itu. Beruntung, Fahri gagal menyusulku. Raut wajahnya yang kecewa sangat terlihat.

Disepanjang perjalanan pulang, aku menjadi manusia paling tersakiti. Semua rasa sakit, pedih, perih, luka, dendam, emosi, amarah, bercampur menjadi satu. Air mataku tak bisa terbendung lagi. Mengalir deras tak ada halangan apapun. Aku menikmati rasa itu sendirian. Aku rasakan bagaimana sakitnya. Tak keluar satu katapun dari mulutku ini.

Semua memori indah tentang aku dan Fahri terbayang-bayang. Mulai dari kita SMP hingga saat ini, segala rintangan naik turunnya kita lalui bersama. Segala tangis dan tawa kita rasakan bersama. Bisa bisanya ia melakukan hal itu di depan mataku secara langsung. Bisa bisanya aku tidak curiga dengan sikapmu yang terus menerus memberiku buket bunga secara tiba-tiba. Ternyata itu bukan kejutan manis, tapi permintaan maaf atas perbuatanmu sendiri yang kau sembunyikan dariku.

Hari semakin malam, namun malam kali ini rasanya buram sekali. Malam yang tidak ada hujan, tapi ada petir yang menggelegar. Bukan menyerang di langit, tapi menyerang hatiku. Aku mengetahui fakta yang seharusnya tidak ku ketahui secepat ini. Tatapan ku masih kosong setelah mengetahuinya.

Malam ini aku memilih berdiam sendiri di dalam kamar kos. Aku tak ingin diganggu siapapun. Tubuhku kaku. Kakiku kram seketika. Nafasku berat. Tanganku tak bisa merasakan apa apa. Sedari tadi, air mata yang tidak berhenti turun dari ekor mata.

Fahri memang menghampiri kosku, namun tak aku bukakan pintunya. 

"Tolong Sha, maafn aku, aku akui ini khilaf, aku janji ga bakal lakuin lagi, tolong Sha, beri aku kesempatan sekali lagii, aku akan perbaiki semuanya," pinta dia penuh harap dari balik pintu.

Aku masih mematung. "Sha, tolong Sha, aku tau kamu didalam, tolong jangan diem ajaa, aku bener bener minta maaf Sha!" mohon dia lagi.

Kali ini logikaku berjalan. Kesalahan apapun jika itu bukan perselingkuhan masih bisa dimaafkan. Batas kesabaran ku telah habis. Emosiku memberontak keluar. Aku buka pintu itu, dengan muka penuh dengan emosi aku tatap matanya. 

Mulutku terbuka, "Mau ngapain kamu kesini?"

"Sha, aku bisa jelasin, tolong dengerin aku dulu, itu engga seperti yang kamu lihat, ini beda banget sama apa yang ada dipikiran kamu, tolong dengerin aku dulu ya," pinta dia pelan berusaha meluluhkan hatiku.

"Menurutmu aku bakal luluh hah?!" tanyaku dengan nada ketus.

"Sha, tolong yah, kamu mau aku harus apa biar kamu bisa maafin aku?" tanya dia dengan lemah lembut.

"Setelah sekian lama kita jalanin, dari semua momen kita kamu lupain gitu aja?! Kamu tega banget sih?! Kocak banget kamu, mana selingkuhnya sama Dinda lagi hahaha. Katanya kamu sayang sama aku, tapi kenapa kamu nyakitin kaya gini hah?! Gini kah cara sayang kamu? Dengan cara nyakitin, iya?! Hah?! Mau kamu minta maaf juga aku udah ngga peduli. Udah ngga ada gunanya kata maaf setelah apa yang kamu lakuin. Udah aku capek. Lebih baik kamu pulang aja," ucapku padanya dengan suara yang semakin melemah. Air mataku mengalir semakin deras. Energiku telah habis. Aku pergi meninggalkan dia yang tak bisa berkata-kata. Masih terdiam tidak menyangka aku akan seemosi itu. Tapi dari dalam diriku, tidak ada yang namanya kesempatan kedua. Sekali hancur ya hancur. Tidak bisa diperbaiki ataupun diperbarui. Dan tak berguna lagi kata maaf.

Tiba-tiba dari kamar samping, keluar beberapa orang, membawa kue ulang tahun dengan beberapa lilin menyala diatasnya. Mereka bernyanyi lagu selamat ulang tahun dengan pelan dan lembut. Aku mematung melihat itu. Mereka adalah sahabat dekatku, yang salah satunya adalah Dinda. Dengan senyum manis yang terpancar, aku menjadi sangat terharu. Yang awalnya aku penuh dengan emosi dan amarah, kini berubah menjadi tangis haru. Begitu pula Fahri, yang menawarkan diri untuk dipeluk.

Semua hal negatif langsung hilang begitu saja. Aku tak bisa berkata-kata lagi, dengan kejutan ulang tahun ini yang bisa bisanya aku sendiri lupa. Ternyata mereka tidak berselingkuh, mereka hanya merencanakan malam ini. Bersembunyi dariku agar tidak aku ketahui, namun sialnya aku malah melihatnya. Kini sudah aku lunturkan itu, kini aku bahagia memiliki mereka. Sosok yang sudah aku anggap seperti keluarga. Mereka memang suka jahil, tapi aku tetap sayang sama mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun