Mohon tunggu...
HilmyAnis
HilmyAnis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang membagikan berbagai tulisan sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan opini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Kejutan Ulang Tahun

1 Februari 2024   16:50 Diperbarui: 1 Februari 2024   16:59 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari semakin malam, namun malam kali ini rasanya buram sekali. Malam yang tidak ada hujan, tapi ada petir yang menggelegar. Bukan menyerang di langit, tapi menyerang hatiku. Aku mengetahui fakta yang seharusnya tidak ku ketahui secepat ini. Tatapan ku masih kosong setelah mengetahuinya.

Malam ini aku memilih berdiam sendiri di dalam kamar kos. Aku tak ingin diganggu siapapun. Tubuhku kaku. Kakiku kram seketika. Nafasku berat. Tanganku tak bisa merasakan apa apa. Sedari tadi, air mata yang tidak berhenti turun dari ekor mata.

Fahri memang menghampiri kosku, namun tak aku bukakan pintunya. 

"Tolong Sha, maafn aku, aku akui ini khilaf, aku janji ga bakal lakuin lagi, tolong Sha, beri aku kesempatan sekali lagii, aku akan perbaiki semuanya," pinta dia penuh harap dari balik pintu.

Aku masih mematung. "Sha, tolong Sha, aku tau kamu didalam, tolong jangan diem ajaa, aku bener bener minta maaf Sha!" mohon dia lagi.

Kali ini logikaku berjalan. Kesalahan apapun jika itu bukan perselingkuhan masih bisa dimaafkan. Batas kesabaran ku telah habis. Emosiku memberontak keluar. Aku buka pintu itu, dengan muka penuh dengan emosi aku tatap matanya. 

Mulutku terbuka, "Mau ngapain kamu kesini?"

"Sha, aku bisa jelasin, tolong dengerin aku dulu, itu engga seperti yang kamu lihat, ini beda banget sama apa yang ada dipikiran kamu, tolong dengerin aku dulu ya," pinta dia pelan berusaha meluluhkan hatiku.

"Menurutmu aku bakal luluh hah?!" tanyaku dengan nada ketus.

"Sha, tolong yah, kamu mau aku harus apa biar kamu bisa maafin aku?" tanya dia dengan lemah lembut.

"Setelah sekian lama kita jalanin, dari semua momen kita kamu lupain gitu aja?! Kamu tega banget sih?! Kocak banget kamu, mana selingkuhnya sama Dinda lagi hahaha. Katanya kamu sayang sama aku, tapi kenapa kamu nyakitin kaya gini hah?! Gini kah cara sayang kamu? Dengan cara nyakitin, iya?! Hah?! Mau kamu minta maaf juga aku udah ngga peduli. Udah ngga ada gunanya kata maaf setelah apa yang kamu lakuin. Udah aku capek. Lebih baik kamu pulang aja," ucapku padanya dengan suara yang semakin melemah. Air mataku mengalir semakin deras. Energiku telah habis. Aku pergi meninggalkan dia yang tak bisa berkata-kata. Masih terdiam tidak menyangka aku akan seemosi itu. Tapi dari dalam diriku, tidak ada yang namanya kesempatan kedua. Sekali hancur ya hancur. Tidak bisa diperbaiki ataupun diperbarui. Dan tak berguna lagi kata maaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun