Meskipun Lesson Study memiliki banyak potensi untuk diterapkan di Indonesia, ada beberapa tantangan besar yang perlu diatasi, terutama dalam konteks pendidikan Indonesia yang memiliki permasalahan struktural dan kultural. Berikut adalah tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi:
1. Keterbatasan Waktu dan Beban Administrasi Guru
Permasalahan administrasi guru di Indonesia menjadi salah satu hambatan terbesar dalam implementasi Lesson Study. Banyak guru di Indonesia yang terbebani dengan tugas administratif yang memakan waktu, seperti penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), pengisian laporan evaluasi, serta administrasi lainnya yang tidak terkait langsung dengan proses pengajaran. Padahal, waktu guru yang terbatas seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kualitas pembelajaran dan pembinaan profesionalisme mereka.
Sebagai contoh, Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi sekolah dan guru untuk menyesuaikan metode dan materi ajar dengan kebutuhan siswa, tetapi banyak guru yang terjebak dalam tugas administratif yang berlarut-larut, seperti penyusunan dokumen kurikulum, pelaporan penilaian, dan administrasi kelas yang memerlukan waktu panjang dan tenaga ekstra. Akibatnya, guru tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan refleksi pembelajaran, berkolaborasi dengan rekan sejawat, atau meningkatkan kualitas pengajaran mereka di ruang kelas.
Hal ini juga diperparah dengan adanya tuntutan evaluasi berbasis ujian yang mengharuskan guru untuk lebih fokus pada pencapaian nilai akademis siswa, ketimbang pada proses pembelajaran yang lebih mendalam. Sebagai akibatnya, Lesson Study yang memerlukan waktu untuk observasi, diskusi, dan perbaikan pelajaran menjadi sulit dilakukan dalam kondisi waktu yang terbatas.
2. Perubahan Budaya Mengajar yang Lambat
Salah satu tantangan dalam implementasi Lesson Study di Indonesia adalah perubahan budaya mengajar yang masih sangat bertumpu pada metode ceramah dan pendekatan tradisional. Banyak guru yang sudah terbiasa dengan cara mengajar konvensional dan belum siap untuk beralih ke metode yang lebih interaktif dan berbasis kolaborasi seperti yang diajarkan dalam Lesson Study.
Perubahan budaya mengajar ini memerlukan kesadaran kolektif di antara guru, dosen, dan pengelola sekolah untuk bersama-sama menciptakan lingkungan belajar yang lebih terbuka dan kolaboratif. Di Indonesia, banyak guru yang lebih tertarik pada kemudahan dalam mengajar dan kecepatan dalam menyelesaikan materi, sehingga metode yang memerlukan refleksi mendalam dan proses kolaboratif seperti Lesson Study dianggap memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak.
3. Keterbatasan Infrastruktur dan Teknologi
Meskipun di beberapa kota besar di Indonesia teknologi sudah mulai berkembang, masih ada banyak daerah terpencil yang kekurangan infrastruktur pendidikan yang memadai. Banyak sekolah yang masih kesulitan dalam menyediakan akses teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran berbasis digital atau berbasis teknologi. Ini menjadi kendala bagi penerapan Lesson Study, terutama ketika proses refleksi dan observasi pembelajaran memerlukan alat bantu digital atau platform online untuk berbagi temuan dan pengalaman.
4. Keterbatasan Pengalaman dalam Penelitian Kelas