Pendahuluan
Virus COVID 19 banyak sekali membuat perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Meskipun COVID 19 sudah mulai mereda di wilayah Indonesia, namun dampak dari kedatangan COVID 19 ini masih sangat terasa. Bayang-bayang COVID 19 pun sebenarnya masih belum 100% hilang dari Indonesia. Oleh karena itu, masih banyak sekali kegiatan yang masih mengandalkan teknologi tatap maya agar tetap berjalan. Salah satunya adalah kegiatan Pendidikan.
Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan guna mencerdaskan kehidupan. Dengan Pendidikan, seseorang dapat meraih apa yang diinginkan dan cita citakan oleh dirinya. Selain itu dengan Pendidikan, Seseorang mampu untuk menjalankan kehidupannya dengan maksimal dikarenakan ia sudah mempunyai bekal kehidupan berupa ilmu dan pengetahuan yang didapatnya dari pendidikan. Disisi lain, orang yang berpendidikan pun dapat bermanfaat bagi orang disekitarnya. Maka dari itu, nampak tidak berlebihan apabila Pendidikan disebut sebagai "Kebutuhan Individu".
Sekolah sebagai institusi Pendidikan tentu saja sangatlah berperan penting untuk menjalankan kegitan Pendidikan. Salah satu kegiatan Pendidikan ialah pembelajaran. Pembelajaran di sekolah pada umumnya dilakukan dengan beberapa peserta didik dengan guru yang dilakukan melalui tatap muka di ruang kelas. Namun ketika pandemic COVID 19 melanda Indonesia, kegiatan pembelajaran dialihkan kepada pembelajaran daring. Pembelajaran daring ini dilakukan melalui aplikasi tatap virtual seperti google meet dan zoom cloud meeting serta dibantu dengan aplikasi lain seperti whatsapp, google classroom, dan Microsoft teams.
Namun dalam kegiatan pembelajaran daring akan sangat sulit untuk memaksimalkan potensi masing masing peserta didik yang tentu saja berbeda tiap individunya. selain itu akan sangat berpotensi terjadi miskomunikasi dalam ruang kelas baik itu ketika menyampaikan materi pembelajaran atau ketika melakukan hal lain yang terkait pembelajaran. Dan pada akhirnya kesadaran kolektif yang ingin dibangun dalam Pendidikan akan terganggu atau bahkan akan berkurang.
Sebelum beralih kepada Pedagogi Kritis Revolusioner, terdapat pedagogi kritis. Apa itu Pedagogi Kritis? Mengutip (Hidayat, 2013) Pedagogi kritis didefinisikan sebagai teori pendidikan dan praktik pembelajaran yang didesain untuk membangun kesadaran kritis mengenai kondisi sosial yang menindas. Pedagogi kritis merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya membantu murid mempertanyakan dan menantang dominasi serta keyakinan dan praktik-praktik yang mendominasi.Â
Adapun Tugas utama dari pedagogi kritis yakni mengungkapkan dan menantang peran reproduksi sekolah dalam perbedaan kehidupan politik dan budaya. Meskipun terdapat perbedaan analisis di kalangan pemikir pedagogi kritis, para pemikir kritis bersatu dalam keyakinan mereka bahwa setiap praktik pedagogis yang sejati menuntut komitmen untuk transformasi sosial dalam solidaritas kelompok subordinasi dan terpinggirkan.
Pembelajaran Daring, Kesadaran Kolektif, dan Tantangannya
Pendidikan, Sudah semestinya dapat membantu serta menunjang kehidupan manusia baik itu secara individual maupun dalam skala masyarakat. Oleh karena itu, Pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan semaksimal mungkin agar tujuan dari Pendidikan dapat tercapai. Pendidikan pun dapat berperan sebagai sarana pemupuk kesadaran kolektif. Bagaimana tidak? Begitu banyak yang terlibat di dalam institusi Pendidikan, mulai dari tenaga didik peserta didik, wali murid, warga sekolah seperti staff dan sebagainya, hingga masyarakat luas pun dapat terlibat dalam institusi ini baik dalam kegiatan stakeholder maupun dalam kegiatan lainnya.
Kesadaran Kolektif pada dasarnya memang lah harus dipupuk kepada masyarakat luas dan salah satu Lembaga yang dapat membantu memupuk kesadaran kolektif ini baik melalui lulusannya maupun melalui sosialisasi. Jadi sudah sangat jelas bahwasanya pendidikan dan pembelajaran memiliki peran penting dalam memupuk kesadaran kolektif.
Namun sebagaimana diketahui, pembelajaran kini dilakukan melalui tatap maya yang tentu saja memiliki perbedaan dari pembelajaran tatap muka yang sudah dilakukan oleh sekolah. Dan sudah pasti akan terdapat tantangan ketika melaksanakan pembelajaran daring ini. Adapun salah satu tantangan atau kendala yang ditemui yakni, Dikutip dari (Prawanti, 2020) Pembelajaran secara daring mengharuskan peserta didik menggunakan gadged untuk menunjang proses pembelajaran.Â